1. Pengertian Sastra Jawa Kuna Kakawin
Arti kakawin itu berasal dari kata ka +
kawi ten yang mempunyai arti penyair. Kakawin sendiri dapat di artikan sebagai
syair dan di buat di mataram Hindu pada masa pemerintahan Dyah Balitung sekitar
tahun 820-8-23 saka atau sekitar tahun 810 masehi. Kitab yang juga dapat
membedakan tentang kekawin di kenal dengan sebutan Wrettasancaya. Kitab
Wrettasancaya ini di terbitkan oleh H kern pada tahun 1875 dengan huruf jawa
beserta perjalanannya dengan bahasa jawa belanda. Kitab ini juga di terbitkan
dengan huruf latin yang telah dibuat dalam Verspreide Gaschriften.
Pada zaman dahulu, orang yang pintar
atau pandai dalam artian pandai membuat kesusasteraan kakawin yang biasa
disebut dengan kawya. Pada dasarnya kakawin merupakan karya lokal jawa, yang
berbahasa jawa kuna, beraksara jawa kuna, dan bergenre puisi. Sastra kakawin
merupakan sebuah sastra yang berbentuk syair dalam bahasa jawa kuna dengan
metrum yang berasal dari india.
Zoetmulder (1985:108) menyatakan bahwa
biasanya kakawin berlatar dengan tokoh India bertemakan tentang dewa-dewa.
Kakawin ditulis pada akhir abad ke-20. Kakawin banyak menggunakan kosakata jawa
kuno yang terpengaruh dengan bahasa Sansekerta.
2. Ciri-Ciri Sastra Jawa Kakawin
·
Satu bait terdiri dari 4 baris
·
Jumlah suku kata tiap baris sama ѿ
·
Tiap-tiap bait terikat guru (berat) dan laghu
(ringan) guru dengan tanda
(-) dan laghu dengan tanda (ѿ). Guru laghu adalah aturan
kuantitas sebuah suku kata.
Zoetmulder menjelaskan bahwa, kata “guru” berarti
panjang atau suku kata panjang (lon
sillable) sedang “laghu” berarti pendek, baik untuk bunyi vokal maupun untuk suku kata. Dengan demikian,
dapat dijelaskan “guru” berarti suara panjang , berat dengan alunan panjang sedang “laghu” berarti suara
pendek, ringan, dan dengan alunan pendek.
3. Judul-Judul Sastra Jawa Kuna Kakawin
1) Kakawin Ramayana
2) Kakawin Baratayudha
3) Kakawin Gajah Mada
4) Kakawin Arjunawiwaha
15) Kakawin Nagarakṛtâgama/Kakawin Desawarnana
17) Kakawin Sutasoma
18) Kakawin Siwaratrikalpa/Kakawin
Lubdhaka
4. Kakawin Ramayana
4.1 Ringkasan
Kakawin Ramayana dan Terjemahan
Hana sira Ratu dibya rēngőn,
praçāsta ring rāt, musuhnira praṇata, jaya paṇdhita, ringaji kabèh, Sang
Daçaratha, nāma tā moli
|
Ada seorang Raja besar,
dengarkanlah. Terkenal di dunia, musuh baginda semua tunduk. Cukup mahir akan
segala filsafat agama, Prabu Dasarata gelar Sri Baginda, tiada bandingannya
|
Sira ta Triwikrama pita, pinaka bapa, Bhaṭāra Wiṣḥnu
mangjanma inakaning bhuwana kabèh, yatra dōnira nimittaning janma
|
Dia ayah Sang Triwikrama, maksudnya ayah Bhatara
Wisnu yang sedang menjelma akan menyelamatkan dunia seluruhnya. Demikian tujuan Sang Hyang Wisnu menjelma menjadi manusia.
|
Hana rājya tulya kèndran, kakwèhan sang mahārddhika
suçila, ringayodhyā subbhagêng rāt, yeka kadhatwannirang nṛpati
|
Ada sebuah istana bagaikan surga, dipenuhi oleh
orang-orang bijak serta luhur perbuatan, di Ayodhya-lah yang cukup terkenal
di dunia, itulah istana Sri Baginda Prabu Dasarata
|
Malawas sirār papangguh,
masneha lawan mahādewī, suraseng sanggama rinasan, alinggana cumabanā dinya
|
Sudah lama Sri Baginda
menikah, saling mencintai dengan para permaisurinya, kenikmatan rasa
pertemuan itu telah dapat dirasakan, bercumbu rayu dan sejenisnya
|
Mahyun ta sira maputra, mānaka wetnyar waṛēg rikang
wiçaya, malawas tan pānakatah, mahyun ta sirā gawe yajña
|
Timbullah niat Sri Baginda
agar berputra, agar berputra karena sudah puas bercinta, namun lama nian dia
tidak berputra, lalu dia berniat mengadakan ritual
|
Sakalī kāraṇa ginawe, āwāhana len pratiṣṭa ānnidhya,
Parameçwara hinangēnangēn, umungu ring kuṇḍa bahni maya
|
Semua perlengkapan upacara
sudah dikerjakan, alat upacara pengundang serta tempat para Dewa sudah
tersedia, Bhatara Çiwa yang dipuja-Pūja, agar berstana pd api suci itu
|
Çeṣa mahārsī mamūjā, pūrnāhuti dibya pathya
gandharasa, yata pinangan kinabehan, denira Dewi maharāja
|
Sisa sesaji yang dihaturkan
oleh Sang Maha Pendeta, sesajen yang sempurna, santapan yang nikmat rasa
serta baunya, itulah yang disantap oleh dia, permaisuri Sri Baginda Raja
|
Ndata tīta kāla lunghā, mānak tā Sang Daçarathā sih,
Sang Rāma nak matuha, i sira mahādewī Kauçalya
|
Demikianlah tidak
diceritakan lagi selang waktu itu, para permaisuri kesayangan Prabu Dasarata
melahirkan putera, Sang Rama putera yang sulung, dari permaisuri Dewi Kosalya
|
Sang Kekayi makānak, Sang Bharatya kyāti çakti dibya
guṇa, Dewi sirang Sumitrā, Laksmaṇa Çatrughna putranira
|
Adapun putera Dewi Kekayi,
Sang Bharata yang terkenal sakti mandraguna, sedangkan Dewi Sumitra, berputra
Sang Lakshmana dan Sang Satrugna
|
Sang Rāma sira winarahan,
ringastra de Sang Wasiṣṭa tar malawas, kalawan nantēnira tiga, prajñeng widya
kabeh wihikan
|
Sang Rama diberi pelajaran
tentang panah memanah oleh Bagawan Wasista dalam waktu tidak lama, beserta
ketiga adik-adiknya, semuanya pintar cekatan tentang ilmu memanah
|
4.2 Tanggapan
mengenai Kakawin Ramayana
Kakawin
Ramayana merupakan salah satu kakawin yang paling tua dalam sejarah sastra jawa
kuna. Kakawin Ramayana tersebut menceritakan mengenai perjalanan Rama. Kakawin
ini merupakan kakawin yang sangat terkenal, hampir semua orang mengetahui
mengenai cerita yang terdapat dalam kakawin ini. Kakawin ini merupakan sumber
semua cerita-cerita Ramayana yang terdapat pada masa kini. Cerita mengenai
perjalanan Rama dalam kakawin Ramayana ini sangat digemari oleh masyarakat.
Masyarakat menganggap bahwa cerita yang terdapat didalam kakawin ini adalah
cerita yang sangat menarik yang berisikan mengenai cinta, perjuangan,
kekuasaan, pengorbanan, kekeluargaan, kepercayaan, dan lain sebagainya. Bahkan
seorang pengamat kebudayaan dan penyair menganggap bahwa kakawin ini adalah
kakawin yang memiliki gaya bahasa yang paling indah.
Daftar Pustaka
Tanpa
Nama. 2014. “Pengertian Kekawin”. http://sastrabali.com/pengertian-kekawin/ diakses pada 15 November 2015
Pukul 19.51 WIB.
Tasnim,
Ahmada. 2013. “KAKAWIN, parwa, metrum”. http://ahmada-tasnim-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-87217-umum-KAKAWIN,%20parwa,%20metrum.html diakses pada 15 November 2015 pukul
20.34 WIB.
Wikipedia.
“Kakawin”. https://en.wikipedia.org/wiki/Kakawin
diakses 17 November
2015 pukul 21.55 WIB.
Wikipedia.
“Ramayana”. https://id.wikipedia.org/wiki/Ramayana diakses 17 November 2015 pukul 22.55 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar