Senin, 18 Februari 2019

Sastra Jawa Kuna Kakawin


1.      Pengertian Sastra Jawa Kuna Kakawin

Arti kakawin itu berasal dari kata ka + kawi ten yang mempunyai arti penyair. Kakawin sendiri dapat di artikan sebagai syair dan di buat di mataram Hindu pada masa pemerintahan Dyah Balitung sekitar tahun 820-8-23 saka atau sekitar tahun 810 masehi. Kitab yang juga dapat membedakan tentang kekawin di kenal dengan sebutan Wrettasancaya. Kitab Wrettasancaya ini di terbitkan oleh H kern pada tahun 1875 dengan huruf jawa beserta perjalanannya dengan bahasa jawa belanda. Kitab ini juga di terbitkan dengan huruf latin yang telah dibuat dalam Verspreide Gaschriften.
Pada zaman dahulu, orang yang pintar atau pandai dalam artian pandai membuat kesusasteraan kakawin yang biasa disebut dengan kawya. Pada dasarnya kakawin merupakan karya lokal jawa, yang berbahasa jawa kuna, beraksara jawa kuna, dan bergenre puisi. Sastra kakawin merupakan sebuah sastra yang berbentuk syair dalam bahasa jawa kuna dengan metrum yang berasal dari india.
Zoetmulder (1985:108) menyatakan bahwa biasanya kakawin berlatar dengan tokoh India bertemakan tentang dewa-dewa. Kakawin ditulis pada akhir abad ke-20. Kakawin banyak menggunakan kosakata jawa kuno yang terpengaruh dengan bahasa Sansekerta.

2.      Ciri-Ciri Sastra Jawa Kakawin

·         Satu bait terdiri dari 4 baris
·         Jumlah suku kata tiap baris sama ѿ
·         Tiap-tiap bait terikat guru (berat) dan laghu (ringan) guru dengan tanda (-) dan laghu dengan tanda (ѿ). Guru laghu adalah aturan kuantitas sebuah suku kata. Zoetmulder menjelaskan bahwa, kata guru berarti panjang atau suku kata panjang (lon sillable) sedang laghu berarti pendek, baik untuk bunyi vokal maupun untuk suku kata. Dengan demikian, dapat dijelaskan guru berarti suara panjang , berat dengan alunan panjang sedang laghu berarti suara pendek, ringan, dan dengan alunan pendek.



3.       Judul-Judul Sastra Jawa Kuna Kakawin

1)      Kakawin Ramayana
2)      Kakawin Baratayudha
3)      Kakawin Gajah Mada
4)      Kakawin Arjunawiwaha
5)      Kakawin Kresnayana
6)      Kakawin Sumanasantaka
7)      Kakawin Smaradhana
8)      Kakawin Bhomakawya
9)      Kakawin Hariwangsa
15)  Kakawin Nagarakṛtâgama/Kakawin Desawarnana
18)  Kakawin Siwaratrikalpa/Kakawin Lubdhaka



4.      Kakawin Ramayana

4.1  Ringkasan Kakawin Ramayana dan Terjemahan

Hana sira Ratu dibya rēngőn, praçāsta ring rāt, musuhnira praṇata, jaya paṇdhita, ringaji kabèh, Sang Daçaratha, nāma tā moli
Ada seorang Raja besar, dengarkanlah. Terkenal di dunia, musuh baginda semua tunduk. Cukup mahir akan segala filsafat agama, Prabu Dasarata gelar Sri Baginda, tiada bandingannya
Sira ta Triwikrama pita, pinaka bapa, Bhaṭāra Wiṣḥnu mangjanma inakaning bhuwana kabèh, yatra dōnira nimittaning janma
Dia ayah Sang Triwikrama, maksudnya ayah Bhatara Wisnu yang sedang menjelma akan menyelamatkan dunia seluruhnya. Demikian tujuan Sang Hyang Wisnu menjelma menjadi manusia.
Hana rājya tulya kèndran, kakwèhan sang mahārddhika suçila, ringayodhyā subbhagêng rāt, yeka kadhatwannirang nṛpati
Ada sebuah istana bagaikan surga, dipenuhi oleh orang-orang bijak serta luhur perbuatan, di Ayodhya-lah yang cukup terkenal di dunia, itulah istana Sri Baginda Prabu Dasarata
Malawas sirār papangguh, masneha lawan mahādewī, suraseng sanggama rinasan, alinggana cumabanā dinya
Sudah lama Sri Baginda menikah, saling mencintai dengan para permaisurinya, kenikmatan rasa pertemuan itu telah dapat dirasakan, bercumbu rayu dan sejenisnya
Mahyun ta sira maputra, mānaka wetnyar waṛēg rikang wiçaya, malawas tan pānakatah, mahyun ta sirā gawe yajña
Timbullah niat Sri Baginda agar berputra, agar berputra karena sudah puas bercinta, namun lama nian dia tidak berputra, lalu dia berniat mengadakan ritual
Sakalī kāraṇa ginawe, āwāhana len pratiṣṭa ānnidhya, Parameçwara hinangēnangēn, umungu ring kuṇḍa bahni maya
Semua perlengkapan upacara sudah dikerjakan, alat upacara pengundang serta tempat para Dewa sudah tersedia, Bhatara Çiwa yang dipuja-Pūja, agar berstana pd api suci itu
Çeṣa mahārsī mamūjā, pūrnāhuti dibya pathya gandharasa, yata pinangan kinabehan, denira Dewi maharāja
Sisa sesaji yang dihaturkan oleh Sang Maha Pendeta, sesajen yang sempurna, santapan yang nikmat rasa serta baunya, itulah yang disantap oleh dia, permaisuri Sri Baginda Raja
Ndata tīta kāla lunghā, mānak tā Sang Daçarathā sih, Sang Rāma nak matuha, i sira mahādewī Kauçalya
Demikianlah tidak diceritakan lagi selang waktu itu, para permaisuri kesayangan Prabu Dasarata melahirkan putera, Sang Rama putera yang sulung, dari permaisuri Dewi Kosalya
Sang Kekayi makānak, Sang Bharatya kyāti çakti dibya guṇa, Dewi sirang Sumitrā, Laksmaṇa Çatrughna putranira
Adapun putera Dewi Kekayi, Sang Bharata yang terkenal sakti mandraguna, sedangkan Dewi Sumitra, berputra Sang Lakshmana dan Sang Satrugna
Sang Rāma sira winarahan, ringastra de Sang Wasiṣṭa tar malawas, kalawan nantēnira tiga, prajñeng widya kabeh wihikan
Sang Rama diberi pelajaran tentang panah memanah oleh Bagawan Wasista dalam waktu tidak lama, beserta ketiga adik-adiknya, semuanya pintar cekatan tentang ilmu memanah

4.2  Tanggapan mengenai Kakawin Ramayana

Kakawin Ramayana merupakan salah satu kakawin yang paling tua dalam sejarah sastra jawa kuna. Kakawin Ramayana tersebut menceritakan mengenai perjalanan Rama. Kakawin ini merupakan kakawin yang sangat terkenal, hampir semua orang mengetahui mengenai cerita yang terdapat dalam kakawin ini. Kakawin ini merupakan sumber semua cerita-cerita Ramayana yang terdapat pada masa kini. Cerita mengenai perjalanan Rama dalam kakawin Ramayana ini sangat digemari oleh masyarakat. Masyarakat menganggap bahwa cerita yang terdapat didalam kakawin ini adalah cerita yang sangat menarik yang berisikan mengenai cinta, perjuangan, kekuasaan, pengorbanan, kekeluargaan, kepercayaan, dan lain sebagainya. Bahkan seorang pengamat kebudayaan dan penyair menganggap bahwa kakawin ini adalah kakawin yang memiliki gaya bahasa yang paling indah.



Daftar Pustaka

Tanpa Nama. 2014. “Pengertian Kekawin”. http://sastrabali.com/pengertian-kekawin/ diakses pada 15 November 2015 Pukul 19.51 WIB.
Tasnim, Ahmada. 2013. “KAKAWIN, parwa, metrum”. http://ahmada-tasnim-fib12.web.unair.ac.id/artikel_detail-87217-umum-KAKAWIN,%20parwa,%20metrum.html diakses pada 15 November 2015 pukul 20.34 WIB.
Wikipedia. “Kakawin”. https://en.wikipedia.org/wiki/Kakawin diakses 17 November 2015 pukul 21.55 WIB.

Wikipedia. “Ramayana”. https://id.wikipedia.org/wiki/Ramayana  diakses 17 November 2015 pukul 22.55 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar