I. Pendahuluan
Cerpen
berjudul Sugriwo-Subali ini merupakan salah satu cerpen dalam antologi cerpen
Bulan Bugil Bulat karya Yanusa Nugroho. Antologi cerpen ini diterbitkan pada
tahun 1990 Cerpen ini merupakan cerpen yang sangat sesuai jika ingin
menganalisis sebuah karya sastra menggunakan teori pascastruktural, dikarenakan
tokoh Sugriwo dan Subali didalam cerpen ini sangat berlawanan dengan tokoh
dengan nama sama yang terdapat di naskah Ramayana.
Seperti
nama teori ini, yakni pascastruktural. Teori ini muncul setelah teori
struktural, dimana teori ini muncul saat teori struktural melemah. Jika teori
struktural menganggap bahwa karya sastra dibentuk dari hubungan antara
unsur-unsur struktur sehingga teori ini melihat kebenaran didalam sebuah teks
sastra, maka teori pascastruktural menekankan interaksi antara pembaca dengan
sebuah teks sastra.
Cerpen
Sugriwo-Subali karya Yanusa Nugroho ini menceritakan mengenai pertemuan kembali
tokoh Sugriwo dan Subali setelah terpisah ketika mereka hendak mencuri sayur.
Sebelum terpisah, kedua tokoh ini sangat dekat dan mereka selalu melakukan
segala sesuatu bersama-sama. Setiap malam, mereka akan mencuri paku milik A Chu
yang kemudian akan dilindaskan paku-paku tersebut di rel kereta api dan upah
yang mereka dapat akan mereka belikan makanan. Hanoman, orang yang menemukan
Sugriwo dan Subali ketika bayi, mengajarkan kepada mereka bahwa surga adalah
kenyang dan neraka adalah lapar. Sehingga, bagi Sugriwo dan Subali, malam
adalah surga karena mereka bisa makan dari upah yang mereka dapatkan. Surga
lain menurut mereka adalah mendapatkan ciuman di pipi dari Jilah, gadis yang
suka mereka manjakan dengan hasil curian mereka.
Hingga,
suatu hari Sugriwo dan Subali kepergok ketika mereka mencuri paku, disinilah
nereka kedua tokoh tersebut dimulai. Mereka mulai kelaparan karena tidak bisa
membeli makanan, bahkan mereka juga melihat Jilah berpelukan dengan Ma’un si
penjual es. Sugriwo dan Subali berpikir neraka mereka akan usai ketika
menjumpai truk sayuran ke kota, mereka berencana mencuri sayur. Sugriwo yang
naik ke dalam truk untuk mengambil sayuran, sedang Subali di bawah untuk
melihat situasi. Namun, tiba-tiba truk melaju. Subali bersembunyi, sedang
Sugriwo terjebak di dalam truk yang melaju. Begitulah cerita mereka terpisah
dalam waktu yang sangat lama, sama-sama memendam luka dan pedih akibat
kerinduan yang mendalam. Sampai akhirnya mereka bertemu kembali dan meluapkan
semua kerinduan mereka dengan mabuk bersama sambil mengenang masa lalu ketika
mereka selalu bersama.
Dalam karya
tulis ini berjudul “Reinkarnasi Sugriwo dan Subali” ini penulis akan memaparkan
hubungan intertekstualitas yang terjalin dalam cerpen berjudul “Sugriwo-Subali”
karya Yanusa Nugroho dengan naskah “Ramayana” oleh Sunardi D.M. Penulis akan
memaparkan perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan yang terdapat pada
tokoh Sugriwo dan Subali dalam kedua teks yang berbeda tersebut.
II. Isi
Cerpen yang
mengangkat tema melepas kerinduan ini sangat bertolak belakang dengan kisah
Ramayana yang terlebih dulu mengenalkan tokoh Sugriwo dan Subali. Sekalipun
sangat bertolak belakang, namun terdapat beberapa kesamaan yang terdapat dalam
kedua teks ini. Berikut penulis pemamarkan persamaan dan perbedaan cerpen
“Sugriwo-Subali” dengan Ramayana oleh Sunardi:
Persamaan
|
Perbedaan
|
-
Kedua teks ini sama-sama menceritakan bahwa tokoh Subali ditinggal
oleh tokoh Sugriwo.
-
Kedua teks ini sama-sama menghadirkan tokoh Hanoman yang sangat dekat
dengan Sugriwo dan Subali.
-
Kedua teks ini sama-sama berakhir dengan bertemunya Sugriwo dan
Subali.
|
-
Dalam cerpen ini Yanusa menggunakan judul dengan nama Sugriwo ditulis
terlebih dahulu. Sedangkan, dalam buku Sunardi nama Subali ditulis terlebih
dahulu.
-
Dalam Ramayana dikisahkan bahwa Subali dan Sugriwa adalah saudara
kandung. Sedangkan, dalam cerpen mereka adalah anak dari dua wanita yang
berbeda.
-
Dalam cerpen ini dikisahkan bahwa Hanoman adalah ayah angkat dari
Sugriwo dan Subali. Sedangkan, dalam
Ramayana Hanoman adalah keponakan dari kedua tokoh tersebut.
-
Dalam Ramayana keduanya berada di kubu yang berlawanan, yakni Sugriwo
si kubu Rama dan Subali di kubu Rahvana. Sedangkan dalam cerpen ini, keduanya
sangat dekat dan tidak terpisahkan.
|
III.
Penutup
Yanusa
Nugroho berhasil membuat Sugriwo dan Subali lahir kembali menjadi tokoh yang
berbeda di tengah-tengah kota Jakarta, mempertemukan mereka dengan Hanoman yang
kemudian mengangkat mereka menjadi anak. Pertemuan Sugriwo dan Subali dengan
Hanoman dalam cerpen ini barangkali untuk memberikan kesan bahwa Sugriwo dan
Subali tidak lepas dengan Hanoman, baik di cerpen ini maupun di kisah mereka
dalam Ramayana.
Dekonstruksi
yang paling kentara dari cerpen “Sugriwo-Subali” ini terletak dalam karakter
mereka, dimana dalam cerpen ini dikisahkan mereka sangat dekat dan tidak
terpisahkan. Berbeda dengan kisah mereka di Ramayana, dimana mereka berada
dikubu yang berlawanan.
Selain
perlawanan, kedua teks ini juga memiliki persamaan yang terlihat jelas yakni
terletak dibagian akhir cerita Sugriwo dan Subali. Dimana kedua teks tersebut
mengisahkan bahwa keduanya akhirnya bertemu kembali dan berbaikan.
Dilihat
dari berbagai segi dari cerpen berjudul “Sugriwo-Subali” dan kisah yang
terdapat dalam Ramayana, maka hubungan yang muncul diantara keduanya ialah
keinginan penulis memberikan masa depan yang diinginkannya dari kisah Ramayana
mengenai Sugriwo dan Subali. Penulis ingin menyatukan tokoh Sugriwo dan Subali
yang tidak terjadi dalam kisah Ramayana. Penulis ingin memberikan kesan, bahwa
tokoh Sugriwo dan Subali dalam cerpen ini adalah reinkarnasi dari keduanya
ketika tokoh tersebut ketika dihidupkan kembali.
Sehingga
dapat disimpulkan, bahwa cerpen Sugriwo-Subali karya Yanusa Nugroho ini
berhasil membuka mata kita bahwa kesan yang kita dapat dari sebuah karya sastra
tidak sepenuhnya bersifat kekal. Kesan tersebut akan berubah seiring dengan
munculnya karya-karya baru yang sangat berlawanan dengan karya sebelumnya,
meskipun memiliki kesamaan dibeberapa hal. Misalnya, cerpen ini yang memiliki
kesamaan nama tokoh dengan kisah Ramayana dengan karakter tokoh yang jauh
berbeda.
Referensi
Sunardi.
1997. Ramayana. Jakarta: Balai
Pustaka.
Nugroho,
Yanusa. 1990. Bulan Bugil Bulat. Kreasi
Media Utama: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar