Senin, 18 Februari 2019

Jenis Frasa Endosentrik dan Eksosentrik

 BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Bahasa menjalankan informasinya sebagai alat informasi dan komunikasi. Fungsi ini akan tercapai apabila pendengar atau pembaca memahami informasi yang disampaikan oleh penulis atau pembaca. Fungsi informatif dan komunikatif tersebut dapat dipelajari dalam ilmu sintaksis, yakni ilmu yang membahas mengenai proses pembuatan kalimat. Salah satu kajian yang akan dibahas dalam sintaksis adalah frasa.
Menurut Parera, frasa dapat diartikan sebagai suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak. Frasa termasuk dalam kumpulan kata nonpredikatif, dalam artian frasa tidak memiliki predikat. Hal itulah yang membedakan antara frasa dengan klausa dan kalimat. Frasa dapat digolongkan ke dalam beberapa klasifikasi, yakni berdasarkan distribusi unsur pembentuknya, kedudukan unsur-unsurnya, serta kategori kata yang menjadi unsur pusat.
Makalah ini akan membahas mengenai klasifikasi frasa berdasarkan distribusi unsur pembentuknya, yakni frasa endosentris dan eksosentris. Selain itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai frasa endosentris dan jenis-jenisnya, pengertian dari jenis-jenis frasa tersebut dan perbedaan yang dimiliki oleh jenis-jenis frasa endosentris.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan frasa endosentrik dan eksosentrik?
2. Apa sajakah jenis-jenis frasa endosentris?
3. Apakah perbedaan dari frasa koordinatif dan apositif?


1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan klasifikasi frasa berdasarkan distribusi unsur pembentuknya secara terperinci sehingga pembaca memahami klasifikasi frasa dengan baik.

1.4 Manfaat
Manfaat yang akan didapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Pembaca memahami definisi frasa endosentris dan eksosentris
2.      Pembaca mengetahui klasifikasi frasa endosentris
3.      Pembaca mengetahui  dan memahami perbedaan antara frasa koordinatif dan apositif.


BAB II
ISI


2.1 Definisi Frasa Endosentris dan Eksosentris

2.1.1 Frasa Endosentris

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), frasa endosentris adalah frasa yang keseluruhannya mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya.
Suatu frasa disebut sebagai frasa endosentris apabila satuan konstruksi frasa itu berdistribusi dan berfungsi sama dengan salah satu anggota pembentuknya (Parera, 2009: 55).
Frasa endosentris adalah frasa yang berhulu, yang berpusat, atau headed phrase (Whitehall dalam Tarigan, 1993: 97), yaitu frasa yang mempunyai fungsi yang sama dengan hulunya (Tarigan, 1993: 97).

2.1.2 Frasa Eksosentris

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), frasa eksosentris adalah frasa yang keseluruhannya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya.
Suatu frasa disebut sebagai frasa eksosentris apabila satuan konstruksi frasa itu tidak berperilaku sintatik sama dengan satu anggota pembentuknya (Parera, 2009: 56).
Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak berhulu, tidak berpusat atau non-headed (Whitehall dalam Tarigan, 1993: 94) ataupun noncentered (Cook dalam Tarigan, 1993: 94). Sehingga, frasa eksosentris disebut juga relater-axis phrase atau frasa relasional (Bloch dalam Tarigan, 1993: 94).


  2.2 Jenis-jenis Frasa Endosentris dan  Eksosentris

Secara sederhana, pembagian jenis-jenis frasa (konstruksi frasa) dapat dilihat pada bagan berikut:

2.2.1 Jenis-jenis Frasa Endosentris

Berdasarkan tipe strukturnya, frasa endosentris ini dibagi menjadi 2, yakni:
a.      Frasa Beraneka Hulu (multiple head)
Dibagi menjadi:
1)      Frasa Koordinatif
Frasa ini disebut juga dengan frasa serial, yakni frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang berbeda-beda.
Frasa koordinatif dibagi menjadi 4, yakni:
a.       Frasa koordinatif nominal, yakni gabungan dua atau lebih frasa yang bertipe nominal. Contohnya: Kakek dan nenek saya sudah berusia 80 tahun.
b.      Frasa koordinatif verbal, yakni gabungan dua atau lebih frasa tau kata yang bertipe verba. Contohnya: Mereka bercanda dan bergurau dengan riang gembira.
c.       Frasa koordinatif adjektival, yakni gabungan dua atau lebih frasa tau kata yang bertipe adjektif. Contohnya: Gadis itu cantik, ramah, dan sopan.
d.      Frasa koordinatif adverbial, yakni gabungan dua atau lebih frasa tau kata yang bertipe adverbia. Contohnya: Kami membuat rencana itu dengan teratur dan terperinci.

2)      Frasa Apositif
Yakni frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang sama. Frasa apositif umumnya bersifat nominal.
Contohnya:
Pak Amat, tukang pangkas itu, sudah meninggal.
Si Inem, pelayan cantik itu, pintar sekali memasak.
Kalian, kaum Kartini, harus berjuang mengangkat derajat kaum wanita.

b.      Frasa Modifikasi (modifier head)
Dibagi menjadi:
1)      Frasa Modifikasi Nominal
Yakni frasa modifikatif yang hulunya berupa nomina atau kata benda. Contohnya:
Orang kuat harus melindungi orang lemah.

2)      Frasa Modifikasi Verbal
Yakni frasa modifikatif yang hulunya berupa verba atau kata kerja. Contohnya:
Nanti sore sara akan berangkat ke Medan.
3)      Frasa Modifikasi Adjektival
Yakni frasa modifikatif yang hulunya berupa adjektif atau kata keadaan. Contohnya:
Ayah saya lebih tua daripada ibu saya.
4)      Frasa Modifikasi Adverbial
Yakni frasa modifikatif yang hulunya berupa adverbial atau kata keterangan.
Contohnya:
Nenek tiba kemarin sore di Bandung.

2.2.1 Jenis-jenis Frasa Eksosentris

Berdasarkan posisi penghubung yang mungkin terdapat di dalamnya, maka frasa eksosentris atau frasa relasional dapat dibagi menjadi 3, yakni:
1)      Frasa Preposisi
Yakni frasa yang penghubungnya menduduiki posisi di bagian depan.
Contohnya:


di rumah
ke Bandung
dari sawah
untuk mereka
kepada ibu
dengan pesawat
bagi nusa
demi keadilan
buat kakanda
keharibaan ibunda







2)      Frasa Posposisi
Biasa disebut post-position yakni frasa yang penghubungnya menduduki posisi di bagian belakang. Frasa ini tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Salah satu bahasa yang memiliki frasa posposisi adalah bahasa Jepang.
Contohnya:
kara   “dari” à Sitamati kara, kaetta          ‘saya kembali ke kota ramai”
3)      Frasa Preposposisi
Disebut juga dengan pre-post-position yakni frasa yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan dan di bagian belakang. Frasa ini juga tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Salah satu bahasa yang menggunakan frasa ini adalah bahasa Karo.
Contohnya:
i juma nari     dari ladang’

2.3 Perbedaan Frasa Koordinatif dan Apositif

Frasa Koordinatif
Frasa Aposotif
Hulu-hulunya memiliki referensi yang berbeda-beda.
Hulu-hulunya memiliki referensi yang sama.
Merupakan gabungan kata dimana gabungan katanya bisa lebih dari dua selama kata tersebut memiliki hubungan yang sama dan memiliki derajat yang sama dengan kata sebelumnya.
Merupakan kata pengganti dari kata sebelumnya, dimana kata selanjutnya biasanya menerangkan mengenai kata sebelumnya. Jadi bisa lebih dari satu kata pengganti jika memang suatu kata tersebut memiliki banyak kata pengganti.
Kedudukan dari kata pertama dan selanjutnya dapat dipertukarkan tempatnya.
Kedudukan dari kata pertama dan pengganti tidak dapat dipertukarkan karena kata pertama biasanya merupakan subjek kalimat.
Dalam suatu kalimat kedudukannya dapat menjadi subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Dalam suatu kalimat kedudukannya biasanya menjadi subjek atau objek kalimat saja.
Gabungan katanya dapat bertipe nomina, verba, adjektival, dan adverbial.
Gabungan katanya umunya bertipe nominal.
Identik dengan penggunaan kata “dan”
Identik dengan penggunaan koma



BAB III
PENUTUP


3.1 Simpulan

Klasifikasi frasa berdasarkan distribusi unsur pembentuknya dibagi menjadi dua, yakni frasa endosentris dan frasa eksosentris. Perbedaan yang terlihat dalam kedua frasa tersebut terletak pada ada tidaknya pusat frasa. Frasa endosentris memiliki pusat inti dan frasa eksosentris tidak memiliki inti. Frasa endosentris terbagi menjadi dua, yakni beraneka hulu (frasa koordinatif dan apositif) dan modifikatif. Sedangkan frasa eksosentris terbagi menjadi tiga, yakni preposisi, preposposisi, dan posposisi.

3.2 Saran

            Semua contoh yang telah dijelaskan di atas tadi harus diuji kembali dalam sebuah klausa atau kalimat. Sehingga dengan cara ini barulah dapat ditentukan apakah dan manakah dari unsur pembentuk frasa itu yang menjadi pusat.


Perera, J.D. 2009. Dasar-dasar Analisis Sintaksis. Cetakan Ke-12. Jakarta: Erlangga.

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Pengajaran Sintaksis. Cetakan Kesepuluh. Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar