Teori
tindak tutur menurut Wijana
Wijana
(1996:4) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur
langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur
tidak literal yang akan dijabarkan sebagai berikut :
1.
Tindak tutur langsung (Direct Speect Act)
Secara
umum tindak tutur langsung adalah tuturan yang digunakan sesuai dengan
penggunaan yang seharusnya, yaitu bahwa kalimat tanya digunakan untuk
menanyakan sesuatu, kalimat berita digunakan untuk memberitahukan sesuatu dan
kalimat perintah digunakan untuk menyatakan perintah, ajakan, atau permohonan.
Contoh : “Kapan libur sekolah?”, “Saya pergi
ke kampus”, dan “Tolong bersihkan kamarku”
Dari
berbagai contoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa: tuturan-tuturan tersebut merupakan
tuturan langsung karena digunakan sesuai dengan penggunaan yang seharusnya,
yaitu bahwa
1. Tuturan digunakan untuk bertanya,
2. Tuturan digunakan untuk
memberitahukan bahwa penutur pergi ke kampus
3. Tuturan digunakan untuk menyatakan
perintah.
2. Tindak
tutur tidak langsung (Indirect
Speech)
Tindak
tutur tak langsung merupakan tindak tutur yang digunakan tidak sesuai dengan
penggunaan tuturan tersebut secara umum, yaitu apabila kalimat tanya digunakan
untuk menyuruh mitra tutur, kalimat berita digunakan untuk bertanya dan
sebagainya.
Contoh : “kapan kamu pulang ?”, “Sudah malam, besok ketemu lagi”. “ Besok ke sini lagi ya! ”
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : tuturan (1), (2) dan (3)
merupakan tuturan tak langsung, yaitu bahwa tuturan (1), (2) dan (3)
masing-masing digunakan untuk menyuruh mitra tuturnya agar segera pulang dengan
menggunakan kalimat tanya, kalimat berita dan kalimat perintah.
Berdasarkan
penjelasan di atas antara tindak tutur langsung dan tidak langsung, skema
penggunaan modus kalimat dalam kaitanya dengan kelangsungan tindak tutur dapat
digambarkan sebagai berikut :
Tabel. 1 skema modus kalimat tindak tutur langsung dan tidak langsung
Modus
|
Tindak tutur
|
|
Langsung
|
Tidak langsung
|
|
Berita
|
Memberitakan
|
Menyuruh
|
Tanya
|
Bertanya
|
Menyuruh
|
Perintah
|
Memerintah
|
-
|
Teori
tindak tutur menurut Wijana dan
Rohmadi
Putu Wijana dan Rohmadi (2009)
menjelaskan adanya beberapa jenis tindak tutur, yaitu: tindak
tutur langsung dan tidak langsung. Kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat
deklaratif, interogatif dan imperatif. Dilihat dari sudut pandang konvensional,
kalimat deklaratif berfungsi memberikan informasi, kalimat interogatif untuk
menanyakan sesuatu dan kalimat imperatif berguna untuk menanyakan perintah,
ajakan, permintaan atau permohonan. ketika semua jenis kalimat atau ujaran
tersebut menjalankan fungsi sebagaimana fungsi secara konvensional, maka itu disebut
dengan tindak tutur langsung. Secara sederhana dapat didefenisikan bahwa tindak tutur
langsung adalah tindak tutur yang mana pemakaian kalimat atau ujarannya sesuai dengan
fungsinya secara konvensional. Sementara itu, jika kalimat yang digunakan
tidak sejalan lagi dengan fungsinya secara konvensional,maka itu disebut tindak
tutur tidak langsung.
Beberapa contoh kalimat:
1.
Bersihkan kamarmu!
2.
Apa tidak malu jika nanti temanmu
datang ke kamar?
3.
Biasanya kamar anak perempuan selalu
bersih
Contoh kalimat di atas pada dasarnya memiliki makna
yang sama, yakni menyuruh si anak perempuan, yang merupakan lawan tuturnya
untuk membersihkan kamar.
Secara konvensional, makna‘menyuruh’ adalah fungsi dari kalimat imperatif, dalam kalimat “Bersihkan kamarmu!” merupakan bentuk
tindak tutur langsung, karena penutur menggunakan kalimat perintah dalam
menyampaikan maksudnya. Sedangkan pada kalimat “Apa tidak malu jika nanti
temanmu datang ke kamar?” dan “Biasanya kamar anak perempuan selalu bersih” menggunakan
bentuk tindak langsung. Pada kalimat kedua, penutur menggunakan kalimat
interogatif. penutur tidak hanya sekedar bertanya saja, melainkan secara tidak
langsung memerintah lawan tutur untuk membersihkan kamar. Pada kalimat ketiga,
penutur menggunakan kalimat deklaratif. Penutur tidak hanya sekedar memberikan
informasi saja, melainkan menyindir dan memerintah lawan tutur.
Jika dilihat
dari sudut pandang tanggapan lawan tutur, maka tuturan yang diutarakan secara
tidak langsung biasanya tidak dapat dijawab secara langsung tetapi harus segera
dilaksanakan maksud yang terimplikasi di dalamnya. Pada kalimat ke dua dan ke
tiga, akan terasa janggal jika tanggapan dari lawan tutur hanya berupa jawaban
tanpa adanya suatu tindakan. dalam hal ini, kalimat imperatif yang fungsinya
untuk memerintah tidak dapat digunakan pada tuturan tidak langsung.
Kesimpulan
Tindak tutur juga
dibedakan menjadi dua yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak
langsung. Tindak tutur langsung merupakan bentuk deklaratif yang digunakan
untuk membuat suatu pernyataan, sedangkan tindak tutur tidak langsung merupakan
bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu permohonan. Penggunaan
tuturan secara konvensional menandai kelangsungan suatu tindak tutur langsung.
Tuturan deklaratif, tuturan interogatif, dan tuturan imperatif secara
konvensional dituturkan untuk menyatakan suatu informasi, menanyakan sesuatu,
dan memerintahkan mitra tutur melakukan sesuatu. Kesesuaian antara modus dan
fungsinya secara konvensional inilah yang merupakan tindak tutur langsung.
Sebaliknya, jika tututan deklaratif digunakan untuk bertanya atau memerintah
atau tuturan yang bermodus lain yang digunakan secara tidak konvensional,
tuturan itu merupakan tindak tutur tidak langsung. Misalnya, pernyataan “Di
luar panas”. Jika tuturan ini digunakan untuk membuat suatu pernyataan dengan
maksud menginformasikan kepada pendengar tentang cuaca maka tuturan tersebut
berfungsi sebagai tindak tutur langsung. Sedangkan jika tuturan itu digunakan
untuk membuat suatu perintah atau permohonan dalam arti si penutur memohon kepada
pendengar agar menyalakan
kipas atau AC, maka tuturan tersebut berfungsi
sebagai suatu tindak tutur tidak langsung.
Daftar Pustaka
Wijana,
Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik.
Yogyakarta: Andi Offset.
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad
Rohmadi. 2011. Analisis
Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta:Yuma Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar