Foklor
disebut sebagai tradisi lisan (oral
tradition) karena merupakan sebagian kebudayaan yang penyebarannya pada
umumnya melalui tutur kata atau lisan. Namun, tradisi lisan yang ada dalam
foklor tidak sempit namun sangat luas. Foklor merupakan penelitian dwitunggal,
dimana peneliti tidak hanya terbatas pada tradisinya (lore) melainkan juga manusianya (folk).
Istilah
foklor dikenalkan oleh William John Thoms, seorang ahli kebudayaan antik. Ia
memperkenalkan istilah foklor pada sebuah artikelnya dalam bentuk surat terbuka
dalam majalah The Athenaeum No.982,
tanggal 22 Agustus 1846 dengan menggunakan nama samara Ambrose Merton. Dalam
surat terbuka itu, Thoms mengakui bahwa dialah yang menciptakan istilah folklore untuk sopan santun Inggris,
takhayul, balada, dan sebagainya dari masa lampau, yang sebelumnya disebut
dengan istilah antiquities, popular
antiquities, atau popular literature.
Minat mengenai hal tersebut timbul di Inggris pada masa kebangkitan romantisme
dan nasionalisme abad ke-19.
Istilah culture yang dikenalkan 19 tahun (1865) setelah
istilah folklore oleh E.D Tylor berhasil
menggeser istilah folklore untuk
diidentifikasikan dengan kebudayaan pada umumnya, sehingga folklore hanya digunakan untuk arti kebudayaan khusus yakni
kebudayaan yang diwariskan melalui lisan. Istilah culture telah mendapatkan kesepakatan dalam dunia antropologi,
sedangkan folklore masih timbul
pertentangan yang sengit di dunia foklor sendiri. Sehingga, para ahli foklor di
dunia ada tiga macam kubu, yakni:
a. Ahli foklor humanitis (humanistic
folklorist) yang berlatar belakang ilmu bahasa dan
kesusastraan dimana para ahli ini yang tetap memegang ketat definisi WilliammJohn
Thoms. Sehingga, mereka lebih mementingkan aspek lore daripada folk dalam penelitian
mereka.
b. Ahli foklor antropologi (anpological
folklorist) yang berlatar belakang ilmu antropologi dimana
para ahli ini umumnya hanya mementingkan aspek folk daripada lore dalam
penelitian mereka.
c. Ahli foklor modern yang berlatar belakang ilmu-ilmu interdisipliner, dimana para ahli ini
memiliki pandangan yang terletak ditengah-tengah para ahli foklor yang lain.
Sehingga, dalam penelitiannya mereka, mereka tidak hanya meneliti salah satu
dari folk atau lore tetapi meneliti keduanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar