Senin, 18 Februari 2019

Perbedaan Kalimat dan Wacana

Kalimat
Wacana
Terdiri dari minimal subjek dan predikat. Contohnya: Ibu sedang makan
          S            P
Dapat terdiri dari satu huruf saja. Contohnya lambang S yang berartikan ‘dilarang berhenti’.
Tidak harus memiliki tujuan, karena semua rangkaian kata dapat disebut kalimat selama kalimat tersebut memiliki fungsi subjek dan predikat.
Harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan tersebut dapat berupa menjelaskan, mengomentari, mengkritik, dsb.
Menjadi praktik komunikasi jika kalimat tersebut diucapkan dan memiliki intonasi yang jelas. Jika tidak diucapkan (hanya tertulis) maka kalimat tersebut tentu tidak dapat disebut praktik komunikasi.
Merupakan praktik komunikasi. Hal ini sehubungan dengan tujuan yang merupakan ciri dari sebuah wacana. Dimana komunikasi berlangsung karena petutur dan penutur ingin menyampaikan maksud atau tujuan.
Tidak terikat dengan konteks, topik, kohensi, dan koherensi. Sehingga, makna yang terkandung dalam suatu kalimat akan sama pada situasi, kondisi, budaya yang berbeda.
Terikat dengan konteks, topik, kohesi, dan koherensi. Sehingga, setiap orang, budaya, situasi, kondisi yang berbeda dapat menimbulkan makna wacana yang berbeda-beda pula.
Konsep kalimat hanya mengacu pada bahasa yakni sintaksis.
Konsep wacana terbagi menjadi 2, yakni konsep bahasa serta konsep sosial.
Kalimat hanya memiliki 2 bentuk, yakni tulisan (rangkaian kata-kata) dan ungkapan (kalimat yang diucapkan menggunakan intonasi tertentu).
Wacana juga memiliki 2 bentuk, tulisan dan ungkapan. Namun, dalam segi tulisan wacana tidak hanya berisikan rangkaian kata. Rangkaian gambar juga dapat disebut sebagai wacana selama ia memiliki tujuan yang jelas.

Wacana berdasarkan Fungsinya

Wacana berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 4, yakni wacana langsung, wacana tidak langsung, wacana pembeberan atau ekspositori, dan wacana penuturan atau naratif.
a.      Wacana langsung
Wacana langsung yakni wacana yang langsung menjabarkan mengenai tujuannya. Sehingga, tujuannya terlihat secara jelas dalam sekali baca.
Contoh:
Adikku sangat cerdas, ia bahkan dapat membaca diusia 4 tahun. Ketika orang tuaku mencoba untuk mengecek IQ-nya ternyata ia memiliki IQ superior.
Wacana diatas bertujuan untuk menyampaikan bahwa adik sang Aku sangat cerdas, dimana tujuan wacana tersebut sudah terlihat secara jelas.
b.      Wacana tidak langsung
Wacana tidak langsung yakni wacana yang cara penjabarannya sedikit bertele-tele. Sehingga, tujuannya terlihat setelah kita memahami makna wacana tersebut.
Contoh:
Orang tuanya bahkan tidak pernah menyangka anak yang baru berusia 4 tahun dapat membaca dengan lancar. Tentu mereka bangga dikaruniai anak seperti itu, dan kebanggaan itu bertambah ketika dibuktikan dengan IQ sang anak yang diatas rata-rata anak normal.
Wacana diatas bertujuan untuk menyampaikan bahwa anak berusia 4 tahun tersebut sangat cerdas. Namun, tujuan tersebut akan terlihat dengan menarik kesimpulan dari wacana tidak dapat terlihat secara jelas.
c.       Wacana pembeberan atau ekspositori
Wacana pembeberan atau ekspositori yakni wacana yang menjelaskan rincian dari suatu hal. Sehingga, tujuannya seringkali untuk mengajak khalayak mencoba hal-hal yang terdapat dalam wacana tersebut.
Contoh:
Restoran sushi baru itu memberikan diskon untuk 100 pelanggan pertama setiap harinya. Berbagai macam sushi yang cukup murah menjadikan restoran itu cepat mendapatkan pelanggan tetap. Sushi yang dihidangkan pun selalu dalam kondisi baru dan memiliki paduan warna yang sangat menggiurkan.
Wacana diatas bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk mencoba sushi disalah satu restoran sushi yang baru buka.
d.      Wacana penuturan atau naratif
Wacana penuturan atau daratif yakni wacana untuk mendeskripsikan sesuatu. Sehingga, tujuan wacana naratif yakni memberikan informasi kepada masyarakat tentang hal-hal yang terdapat dalam wacana tersebut.
Contoh:
Dewasa ini, rumah-rumah berjajar tidak lagi menimbulkan keakraban. Jika dahulu, orang-orang yang bertetangga akan saling bertegur sapa agaknya saat ini hal tersebut sulit ditemui. Sibuk akan pekerjaan menjadi alasan hal tersebut terjadi.
Wacana diatas bertujuan untuk menjelaskan bahwa pada masa kini masyarakat terkadang tidak mengenal tetangganya sendiri.

Iklan sebagai Wacana

Iklan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan; atau merupakan pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat umum.
Menurut pengertian iklan sendiri telah menyebutkan bahwa iklan memiliki tujuan tertentu, selain hal tersebut iklan dapat disebut wacana karena iklan memiliki ciri-ciri wacana yakni memiliki tujuan, pesan, tanda-tanda, serta fakta-fakta.
Misalnya iklan Sprite yang ada di televisi. Berikut penjabaran wacana iklan tersebut:
a.      Tujuan
Iklan tersebut bertujuan untuk mengajak konsumen untuk membeli sprite.
b.      Pesan
Pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut yakni bahwa sprite adalah minuman soda yang menyegarkan.
c.       Tanda-tanda
-          Verba: Menggunakan kalimat “setelah melihat iklan ini, kamu jadi haus dan ingin minum sprite” kalimat tersebut sangat persuatif dan menunjukkan bahwa iklan ini masuk dalam jenis wanaca langsung. Selain itu, tagline yang digunakan yakni “Sprite nyatanya nyegerin” juga semakin membuat orang yang melihat iklan tersebut penasaran untuk mencoba.
-          Non-verba: Video yang memperlihatkan segelas sprite dingin yang diputar dari mulai gelas kosong, diisi es batu, hingga diisi sprite. Video yang terlihat sangat nyata seperti orang menuangkan minuman juga sangat persuatif untuk membuat orang yang melihat iklan tersebut mengkonsumsi sprite.
Dari penjabaran diatas, maka dapat dibuktikan bahwa iklan merupakan salah satu contoh dari wacana.

Referensi


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar