Review: Gadis Kretek | Ratih Kumala



"Kematian adalah apa yang paling titik, 'apa' dan bukan 'alpa' sebab ia sangat berisi dan tidak kosong dan tidak akhir, ia hanya salah satu tanda baca, titik yang paling titik, jeda."

Aku cukup tertarik baca Gadis Kretek karya Ratih Kumala ini sejak tahun lalu nonton serialnya. Serial yang menarik dan menunjukkan perfilman Indonesia sudah berkembang lebih baik!

Saat baca, tentunya ekspetasiku ada di standar tinggi karena adaptasinya. Hasilnya lebih dari yang kubayangkan! Ternyata banyak yang diubah dari versi adaptasi film. Kalau bisa aku bilang, adaptasi filmnya mengambil "premis" dari novel ini saja.

Gadis Kretek versi novel ini memberikan penggambaran lebih detail dan gak fokus ke percintaan Jeng Yah dan Raja saja. Pengenalan dan latar belakang para karakternya juga lebih detail. Aku suka bagaimana novel ini menjelaskan dengan rinci dari awal mula berdirinya kretek gadis sampai akhir.

Novel ini memakai dua sudut pandang, sudut pandang pertama dengan Lebas sebagai pemeran utama dan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Menarik karena berubah-ubah dengan porsi yang pas dan gak terlalu berlebihan.

Gadis Kretek juga menggunakan bahasa yang lebih santai dan mudah banget dicerna untuk ukuran buku sastra. Aku cinta bagaimana Ratih Kumala menunjukkan rasa kasih bapaknya Jeng Yah yang meluap-luap untuk anak gadisnya dan bahkan membiarkan putrinya membuat kretek. Pada era itu, membiarkan perempuan bekerja aja udah luar biasa!

Meski hmm, aku tidak begitu menyukai perkembangan karakter Jeng Yah yang terlalu cinta buta. Tapi gak papa! Aku memaafkan atas aksi balas dendamnya!

Aku amat cinta pula dengan cara penulis memberikan kritikan tajam atas ego pria yang menyebalkan. Aku sukses membenci Raja dengan segala diksi yang digunakan dalam novel ini hahaha.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama