Latar Belakang
Keberadaan
karya sastra di tengah-tengah masyarakat adalah hasil imajinasi pengarang serta
refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Oleh karena itu,
kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Damono
(1979:1) mengemukakan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan
kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini,
kehidupan menyangkut hubungan antarmasyarakat, masyarakat dengan orang-seorang,
antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Gambaran
kehidupan dalam karya sastra merupakan perwujudan dari hubungan yang tidak
terpisahkan antara sastra dengan masyarakat. Sekaligus, hal itu merupakan
perwujudan dari peran karya sastra sebagai institusi sosial. Sebagai institusi
sosial, karya sastra bukan semata-mata karena diciptakan oleh masyarakat,
tetapi adanya dimensi sosial yang melekat pada karya sastra itu. Karya sastra
bukan hanya dibangun oleh struktur formalnya, melainkan juga struktur sosial.
Tokoh dan penokohannya, peristiwa yang diceritakan, bahasa sebagai medium, dan
nilai nilai yang terkandung dalam pesan dan amanat karya sastra merupakan bias
kualitas dan kuantitas struktur sosial.
Di
antara berbagai genre sastra, drama smemiliki bentuk yang khas. Hal ini dikemukakan
oleh Waluyo (2003:2) yang mengatakan bahwa drama adalah salah satu genre karya
sastra yang sejajar dengan prosa dan puisi. Drama merupakan tiruan kehidupan
manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Dietrich (1953:4) menjelaskan bahwa
drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan
dengan menggunakan percakapan dan action pada pentas di hadapan penonton
(audience).
Drama
adalah karangan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia dalam bertingkah
laku yang dipentaskan dalam beberapa babak. Seni drama sering disebut seni
teater.
Sejarah drama sebagai tontonan sudah ada
sejak zaman dahulu. Nenek moyang kita sudah memainkan drama sejak ribuan tahun
yang lalu. Bukti tertulis yang bisa dipertanggung jawabkan mengungkapkan bahwa
drama sudah ada sejak abad ke-5 SM. Hal ini didasarkan temuan naskah drama kuno
di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM.
Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa. Sejarah
lahirnya drama di Indonesia tidak jauh berbeda dengan kelahiran drama di
Yunani. Keberadaan drama di negara kita juga diawali dengan adanya upacara
keagamaan yang diselenggarakan oleh para pemuka agama. Intinya, mereka
mengucapkan mantra dan doa.
Salah
satu drama yang dipandang sarat muatan kritik sosial adalah drama Aa Ii Uu karya
Arifin C. Noer (1994). Aa Ii Uu merupakan drama pendidikan. Drama yang
menggambarkan tentang sikap orang tua yang seringkali memaksakan kehendaknya
pada anak-anaknya, termasuk dalam hal pendidikan.
Ada
beberapa alasan yang melandasi dipilihnya karya Arifin C. Noer sebagai bahan
penelitian. Salah satu alasannya adalah bahwa naskah-naskahnya menarik minat
para teaterawan dari generasi yang lebih muda sehingga karyanya banyak
dipentaskan di mana-mana. Karya-karyanya telah memberi sumbangan yang besar
bagi perkembangan seni peran di Indonesia (Ensiklopedia Tokoh Indonesia,
2005).
Drama
Aa Ii Uu mencerminkan pandangan dunia Arifin C. Noer terhadap kondisi
sosial di Indonesia pada tahun 1990-an. Pada saat itu pemikiran masyarakat, khususnya para orang tua, memandang bahwa
pendidikan yang mampu menghasilkan pekerjaan dengan nilai komersial tinggi
lebih baik dibandingkan dengan pendidikan humaniora. Pandangan keliru seperti
inilah yang dikritis oleh Arifin C. Noer melalui tokoh ”Uu” dalam karyanya yang
dibuat pada tahun 1994 tersebut.
Drama
Aa Ii Uu ini bercerita tentang tokoh
Uu yang digambarkan sebagai seorang siswa SMA yang akan menghadapi ujian dan ia
ingin melanjutkan pendidikannya di jurusan sejarah. Pemilihan jurusan yang
diambil oleh tokoh Uu tentu saja ditentang oleh ayahnya serta keluarganya yang
lain, mereka menganggap bahwa jurusan tersebut tidak memiliki nilai komersial
seperti jurusan ekonomi ataupun farmasi yang ditempuh oleh kakak-kakaknya, Aa
dan Ii. Pandangan bahwa jurusan yang dipilih oleh tokoh Uu tidak bernilai
ekonomi tidak hanya datang dari keluarga Uu. Teman-teman Uu bahkan mengatakan
bahwa Uu akan menambah angka kemiskinan dengan memilih jurusan tersebut. Uu
yang tidak menyerah akhirnya memberontak dan mengurung dirinya dalam dan enggan
untuk bertemu dengan siapapun kecuali ibunya, ia bahkan menolak untuk makan.
Ayahnya berusaha mencari cara untuk membujuk Uu keluar, dimulai dari
mendatangkan Oom dan Tante Uu, kemudian meyakinkan ibu Uu dan lain sebagainya.
Sampai kemudian ibu Uu termakan oleh ucapan ayah, oom, dan tante Uu sehingga
suatu malam ia menceritakan dongeng kepada Uu yang menjadikan Uu seperti robot.
Disinilah konflik muncul, dimana semua orang dibingungkan oleh tingkah Uu yang
kemudian diikuti oleh kakak-kakaknya yang berperilaku sama. Hingga, keluarga Uu
mendatangkan sebuah dukun untuk menyembuhkan mereka. Drama ini diakhiri dengan
persetujuan keluarga Uu untuk memilih jurusan yang ia sukai.
Setiap
pengarang memiliki karakteristik masing-masing. Arifin C. Noer termasuk salah
satu pengarang yang memiliki karakteristik yang kuat. Kecerdasannya dan
intuisinya dalam menuangkan gagasan ke dalam naskah tidak dimiliki semua orang.
Arifin C. Noer adalah salah satu pengarang yang memiliki kecerdasan intelektual
yang mengagumkan. Ia mampu menampilkan tema sederhana menjadi sebuah cerita
yang bermakna. Alur cerita dalam naskah drama Aa Ii Uu ditampilkan dalam
kemasan sederhana, rapi, dan tidak monoton. Pembawaan suasana yang dinamis
membuat alur cerita menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Grafik alur
meningkat secara bertahap, mampu membawa pengaruh emosi penikmat. Gaya bahasa
yang digunakan lugas, sederhana, jelas, namun tetap berkualitas, dan bahasa
yang digunakan pun merupakan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga, mampu menciptakan imajinasi pembaca, seolah-olah pembaca melihat dan
merasakan secara langsung setiap peristiwa yang ditampilkan.
Naskah
drama yang diberi judul “AA-II-UU Sebuah Naskah Sandiwara” ini mampu membuat
pembacanya tertawa dan masuk ke dalam naskah drama tiga babak ini. Arifin C.
Noer yang lahir pada 10 Maret 1941 di Cirebon ini sukses menjadikan naskah ini
menjadi naskah yang berkualitas dan menarik. Arifin C. Noer yang mulai dikenal
karena Teater Ketjil di Jakarta ini telah melahirkan
banyak karya yang telah dipublikasikan, bahkan beberapa karyanya mendapatkan
penghargaan baik penghargaan nasional maupun internasional.
Dalam
makalah ini, akan dipaparkan nilai-nilai dramatik yang terdapat dalam naskah Aa
Ii Uu karya Arifin C. Noer tersebut. Nilai-nilai dramatik yang meliputi nilai
abstrak, nilai intelektual, nilai emosional, dan nilai dramatik. Nilai abstrak
ialah suatu nilai yang tidak selalu terdapat didalam naskah drama, nilai ini
dapat membangkitkan gairah dari pembacanya, setiap membaca memiliki refleksi
yang berbeda-beda tergantung pada suasana hati yang meliputi pembaca pada saat
itu. Nilai intelektual ialah nilai-nilai yang membuat pembaca berpikir dalam
membaca naskah tersebut, bisa jadi pembaca harus membaca berulangkali untuk
memahami maksud dari naskah tersebut, bisa juga pembaca harus menyelesaikan
membaca naskah tersebut hingga selesai untuk dapat menjawab nilai ini. Nilai
emosional ialah emosi-emosi yang terdapat dalam karakter tokoh-tokoh yang terdapat
dalam drama, semakin banyak dan beragam emosi yang terdapat dalam naskah drama
tersebut maka naskah drama tersebut semakin pantas untuk dipentaskan, nilai ini
memiliki refleksi yang sama antara pembaca yang satu dengan pembaca yang lain
namun tidak semua pembaca bisa menyadari semua emosi yang terdapat dalam sebuah
naskah. Dan nilai dramatik ialah nilai yang memiliki konflik yang bagus,
semakin rumit konflik yang dihadirkan semakin bagus drama tersebut, sehingga
dapat disimpulkan bahwa drama yang memiliki nilai abstrak, nilai intelektual,
nilai emosional yang banyak dan beragam merupakan naskah drama yang pasti
memiliki nilai dramatik sehingga sangat patut untuk dipentaskan.
Analisis Nilai-Nilai Dramatik pada
Naskah Drama Aa-Ii-Uu
A.
Nilai
Emosional
1. Bapak
: “Yak! Zaman sekarang memang zamannya pedagang, dan zaman yang akan datang…”
(Arifin C Noer, 1968:9)
Ibu
: “… zamannya robot-robot dan angka-angka. Menjijikan sekali.” (Arifin C Noer,
1968:9)
Bapak : “Kamu boleh
bilang menjijikan tapi yang pasti bukan zamannya pengkhayal- pengkhayal.”
(Arifin C Noer, 1968:9)
Ibu
: “Mulai ngaco. Bagaimana bisa kamu menyebut ahli sejarah sebagai pengkhayal?”
(Arifin C Noer, 1968:9)
Bapak : “Karena buat
saya orang yang bekerja sia-sia, yang tidak menghasilkan uang berate pengkhayal
konyol. Boleh saja orang semacam itu hidup kalau mereka bisa hidup tanpa usus
dan perut besar.” (Arifin C Noer, 1968:10)
Ibu
: “Terserah kamu mau omong apa tapi saya tetap berpihak kepada Uu!” (Arifin C
Noer, 1968:10)
Bapak : “Artinya
membiarkan Uu jatuh kepada pilihan yang keliru! Semua orang mengejar uang dan
kamu biarkan Uu mengejar angina yang bernama lamunan sejarah. Sebagai ibu
seharusnya kamu menyadarkan Uuu yang baru aiueo itu bahwa sejarah tidak akan
pernah menyelesaikan hidup ini. hanya uang yang punya kemampuan tidak terbatas
untuk menyelesaikan apa saja.” (Arifin C Noer, 1968:10)
Ibu
: “Uu berhak memilih dan saya juga punya hak untuk berpihak.” (Arifin C Noer,
1968:10)
Bapak : “Mulai keras
kepala.” (Arifin C Noer, 1968:10)
Ibu
: “Sejak tadi kita sudah keras kepala. Sejak tadi kita pelotot- pelototan dan
tidak diskusi.” (Arifin C Noer, 1968:10).
2. Bapak
: “Kamu betul-betul kurang memahami zaman sekarang. Doktoranda apapun
memang sama, tapi nilai komersialnya berbeda-beda. Insinyur juga macam-macam
dan boleh dikatakan sama tingkatannya satu sama lain, tapi tetap masing-masing
memiliki nilai komersial yang berbeda beda.” (Arifin C Noer, 1968:6)
Ibu
: “Uu kan perempuan. Sudah untung
dia mau sekolah sampai tinggi. Jadi biarkan saja dia maunya apa.” (Arifin C
Noer, 1968:6)
Bapak
: “Zaman sekarang tidak mau membedakan lagi mana perempuan mana laki, apalagi
dalam soal pendidikan. Jangan berpikiran kolot dong.” (Arifin C Noer, 1968:6)
Ibu : “Saya kira saya tidak kolot.
Waras. Coba saja. Misalnya Uu betul-betul jadi ahli sejarah yang kata kamu
tidak komersial itu, yang tidak menghasilkan uang itu, apa akan mengubah nasibnya
sebagai seorang istri kelak?” (Arifin C Noer, 1968:6) Bapak :
“Makin banyak kamu bicara makin kelihatan kamu bodoh”. (Arifin C Noer, 1968:6).
Berlin : “Yang lucu tidak ada! Yang ada yang tragis!” (Arifin C Noer,
1968:12).
-
B.
Nilai
Intelektual
1.
Terdapat pada adegan kedua babak kedua, yaitu ketika Uu selalu menjawab
semua pertanyaan yang ditujukan padanya
dengan jawaban “Ya, Ma”. Hal ini terjadi setelah sebelumnya ibunya membacakan
dongeng untuk Uu,kemudian Uu seakan tersihir dan terus menjawab semua
pertanyaan dengan
mengatakan “Ya, Ma”.
2. Terdapat
pada adegan keenam babak kedua, yaitu ketika Aa dan Ii selalu menjawab yang
diberikan kepada mereka dengan jawaban seperti Uu adik mereka, hanya saja
sapaan yang mereka gunakan tergantung kepada yang mengajak mereka berbicara
berbeda dengan Uu yang hanya menjawab “Ya, Ma” tidak peduli siapa pun yang
memberikan pertanyaan. Hal itu membuat Bapak Rustam kesal sampai mengeluarkan
pistol, agar Aa dan Ii berhenti bermain-main pada situasi yang genting, namun
Aa dan Ii seakan tersihir akan sesuatu sehingga mereka berperilakuan sama
seperti adiknya Uu.
C.
Nilai
Abstrak:
1.
Terdapat pada bagian ke satu adegan pertama pada kalimat teks:
Uu adalah seorang siswi pelajar SMA yang
sekarang sudah menduduki kelas 3 SMA
yang akan menhadapi ujian nasional. Dan kemudian setelah Uu sudah melaksanakan ujian nasional, dia mendapat pengumuman bahwa ia lulus ujian.
Kemudian Uu senang sekali mendapat
berita seperti itu.
2.
Setelah mendengar dongeng tersebut akhirnya setiap ditanya Uu selalu
menjawab, “Iya Ma, Iya Ma, Iya Ma” secara berulang-ulang. Hal itu semakin
membuat Ibu, Bapak, Oom, dan kedua kakaknya khawatir. Tidak lama kemudian Aa
dan Ii juga tertular oleh UU, yaitu setiap ada yang berkata atau bertanya
kepada mereka maka mereka hanya menjawab “Iya Ma, Iya Pa, Iya Oom, Iya Tante.”
Keadaaan semakin kacau tatkala Uu hilang dari kamarnya dan disusul oleh
hilangnya Aa dan Ii.
3. Seorang
pembantu di rumah Oom dan Tante menyarankan untuk memanggil dukun. Datanglah
dukun ke rumah Oom dan Tante. Sempat terjadi perdebatan antar tokoh, baik itu
Bapak dengan Oom, Bapak dengan Dukun, Bapak dengan Pembantu, dan lainnya. Sang
dukun menyarankan agar Pak Rustam dapat dengan lapang dada mengabulkan
keinginan anak-anaknya, terutama keinginan Uu yang ingin masuk Jurusan Sejarah.
Awalnya Pak Rustam tetap pada pendiriannya menolak saran dari Dukun, sampai
pada akhirnya ia menyerah lalu merelakan Uu mengambil Jurusan Sejarah. Tidak
lama kemudian UU terbangun dari igauannya, lalu ibu berkata kepada Uu bahwa
semua mengizinkan ia mengambil Jurusan Sejarah. Lalu mereka saling berpelukan,
hidup dengan bahagia.
D.
Nilai
Dramatik:
1. Suatu
malam Uu mengatakan kepada ibunya bahwa ia ingin menjadi Ahli Sejarah dan masuk
perguruan tinggi mengambil Jurusan Sejarah. Mendengar pernyataan anak bungsunya
tersebut sang ibu kaget, namun ia tidak juga menentang cita-cita anaknya
tersebut, sang ibu hanya bertanya lalu menyuruh Uu untuk beristirahat. Tokoh
ibu (ibu Rustam) lalu memberitahukan suaminya tentang keinginan anak bungsunya
tersebut. Bapak Rustam marah, dan akhirnya memicu pedebatan diantara suami
istri tersebut, yaitu Ibu Rustam dan Bapak Rustam. Sang Bapak dengan tegas
menentang cita-cita UU yang ingin menjadi ahli sejarah, dengan pertimbangan
bahwa bidang pekerjaan tersebut dari segi material tidak menjamin kehidupan
anaknya. Namun berbeda dengan Ibu yang mendukung dan memberi kebebasan terhadap
Uu untuk memilih jalan hidupnya, termasuk cita-cita yang Uu pilih. Ibu
berasumsi bahwa setiap manusia berhak menentukan jalan hidupnya masing-masing,
dan sebagai orangtua tidak berhak memaksakan kehendak bahwa seorang anak harus
menjadi apa.
2.
“Memilih ko Jurusan
Sejarah. Kok ndak jurusan silat saja.” (Arifin C Noer, 1968:12).
3.
Ketua : “Kamu tau kenapa kita tertawa?”
(Arifin C Noer, 1968:13)
Uu : “Nggak.” (Arifin C
Noer, 1968:13)
Ketua : “Karena kita
tidak setuju. Kita semua tidak rela kamu sebagai kawan akan mengingatkan jumlah
orang-orang miskin di negeri ini.” (Arifin C Noer, 1968:13)
Ketua
: “Karena kita tidak setuju. Kita
semua tidak rela kamu sebagai kawan akan mengingatkan jumlah orang-orang miskin
di negeri ini.” (Arifin C Noer, 1968:13)
Ketua : “Memasuki Jurusan
Sejarah atau jurusan atau fakultas-fakultas lainnya yang sejenis adalah
sia-sia, karena ditijau dari segi lapangan kerja sangat sempit. Di Republik ini
tidak perlu banyak-banyak ahli sejarah. Cukup seorang saja untuk mengepalai
satu departemen dengan pelayan sebagai pembantunya. Nah, jelas sekarang? Yang
dibutuhkan sekarang adalah tenaga-tenaga yang terampil laksana komputer untuk
perputaran roa ekonomi.” (Arifin C Noer, 1968:13).
4.
Tokoh Yang Lain (teman
Uu yang tidak disebutkan namanya): “Mudah-mudahan dia insaf.” (Arifin C Noer,
1968:12)
Kesimpulan
Naskah Drama Aa-Ii-Uu karya Arifin C. Noer merupakan
salah satu drama yang sangat patut untuk dibaca, dipentaskan, serta dianalisis.
Cerita sederhana yang disajikan dengan sangat menarik dan dengan menggunakan
bahasa sehari-hari, memberikan sedikit unsur jenaka dan unik, sehingga pembaca
akan merasa seolah-olah melihat dan merasakan apa yang terjadi pada setiap
peristiwa yang terdapat dalam naskah ini. Karakter-karakter serta peristiwa-peristiwa
unik didalamnya membuat pembaca akan merasa tertantang untuk membaca hingga
selesai naskah ini. Naskah drama Aa-Ii-Uu terbukti merupakan salah satu naskah
drama yang sangat patut untuk dipentaskan karena memiliki keempat nilai
dramatik yang menjadi suatu unsur dalam pemilihan naskah drama yang bagus.
Sebuah drama yang bagus ialah naskah drama yang memenuhi keempat nilai
dramatik. Tanpa nilai dramatik
sebuah naskah drama tidak lagi mempunyai fungsi untuk dipentaskan.
Daftar Pustaka
Adheputri. 2012. “Nilai dan
Fungsi Drama”. http://luickadheputri.blogspot.com/2012/05/nilai-dan-fungsi-drama.html diakses
pada tanggal 25 April 2015.
Anonim. 2014. “Makalah Naskah
Drama Aa-Ii-Uu Karya Arifin C. Noer Menggunakan Pendekatan Mimetik”. http://mjbrigaseli.blogspot.com/2014/12/makalah-naskah-drama-aa-ii-uu-karya.html diakses pada
tanggal 25 April 2015.
Chandra, Ardi Wasila. 2014.
“Pengertian Drama, Unsur-unsur Drama, Ciri-ciri Drama, dan Judul Drama yang
Terkenal didalam dan diluar Negeri”. http://ardiwasilachandra.blogspot.com/2014/04/pengertian-unsur-ciri-drama.html
diakses pada tanggal 21 April 2015.
Noer, Arifin C. 2006. AA-II-UU. Jakarta: PT Temprina.
Wiyanto, Eko. “Resistensi Arifin
C. Noer Terhadap Kondisi Sosial Dalam Naskah Drama Aa-Ii-Uu: Analisis Sosiologi
Sastra”. http://eprints.ums.ac.id/20589/19/artikel_publikasi_ilmiah.pdf
diakses pada 17 Mei 2015.
Power Point Telaah Drama Oleh
Puji Karyanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar