Jumat, 30 Maret 2018

Analisis Nilai-nilai Dramatik dalam Naskah Drama Aa-Ii-Uu




Latar Belakang
Keberadaan karya sastra di tengah-tengah masyarakat adalah hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Damono (1979:1) mengemukakan bahwa sastra menampilkan gambaran kehidupan; dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan menyangkut hubungan antarmasyarakat, masyarakat dengan orang-seorang, antarmanusia, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Gambaran kehidupan dalam karya sastra merupakan perwujudan dari hubungan yang tidak terpisahkan antara sastra dengan masyarakat. Sekaligus, hal itu merupakan perwujudan dari peran karya sastra sebagai institusi sosial. Sebagai institusi sosial, karya sastra bukan semata-mata karena diciptakan oleh masyarakat, tetapi adanya dimensi sosial yang melekat pada karya sastra itu. Karya sastra bukan hanya dibangun oleh struktur formalnya, melainkan juga struktur sosial. Tokoh dan penokohannya, peristiwa yang diceritakan, bahasa sebagai medium, dan nilai nilai yang terkandung dalam pesan dan amanat karya sastra merupakan bias kualitas dan kuantitas struktur sosial.
Di antara berbagai genre sastra, drama smemiliki bentuk yang khas. Hal ini dikemukakan oleh Waluyo (2003:2) yang mengatakan bahwa drama adalah salah satu genre karya sastra yang sejajar dengan prosa dan puisi. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Dietrich (1953:4) menjelaskan bahwa drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan dengan menggunakan percakapan dan action pada pentas di hadapan penonton (audience).
Drama adalah karangan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia dalam bertingkah laku yang dipentaskan dalam beberapa babak. Seni drama sering disebut seni teater.
Sejarah drama sebagai tontonan sudah ada sejak zaman dahulu. Nenek moyang kita sudah memainkan drama sejak ribuan tahun yang lalu. Bukti tertulis yang bisa dipertanggung jawabkan mengungkapkan bahwa drama sudah ada sejak abad ke-5 SM. Hal ini didasarkan temuan naskah drama kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa. Sejarah lahirnya drama di Indonesia tidak jauh berbeda dengan kelahiran drama di Yunani. Keberadaan drama di negara kita juga diawali dengan adanya upacara keagamaan yang diselenggarakan oleh para pemuka agama. Intinya, mereka mengucapkan mantra dan doa.
Salah satu drama yang dipandang sarat muatan kritik sosial adalah drama Aa Ii Uu karya Arifin C. Noer (1994). Aa Ii Uu merupakan drama pendidikan. Drama yang menggambarkan tentang sikap orang tua yang seringkali memaksakan kehendaknya pada anak-anaknya, termasuk dalam hal pendidikan.
Ada beberapa alasan yang melandasi dipilihnya karya Arifin C. Noer sebagai bahan penelitian. Salah satu alasannya adalah bahwa naskah-naskahnya menarik minat para teaterawan dari generasi yang lebih muda sehingga karyanya banyak dipentaskan di mana-mana. Karya-karyanya telah memberi sumbangan yang besar bagi perkembangan seni peran di Indonesia (Ensiklopedia Tokoh Indonesia, 2005).
Drama Aa Ii Uu mencerminkan pandangan dunia Arifin C. Noer terhadap kondisi sosial di Indonesia pada tahun 1990-an. Pada saat itu pemikiran masyarakat, khususnya para orang tua, memandang bahwa pendidikan yang mampu menghasilkan pekerjaan dengan nilai komersial tinggi lebih baik dibandingkan dengan pendidikan humaniora. Pandangan keliru seperti inilah yang dikritis oleh Arifin C. Noer melalui tokoh ”Uu” dalam karyanya yang dibuat pada tahun 1994 tersebut.
Drama Aa Ii Uu ini bercerita tentang tokoh Uu yang digambarkan sebagai seorang siswa SMA yang akan menghadapi ujian dan ia ingin melanjutkan pendidikannya di jurusan sejarah. Pemilihan jurusan yang diambil oleh tokoh Uu tentu saja ditentang oleh ayahnya serta keluarganya yang lain, mereka menganggap bahwa jurusan tersebut tidak memiliki nilai komersial seperti jurusan ekonomi ataupun farmasi yang ditempuh oleh kakak-kakaknya, Aa dan Ii. Pandangan bahwa jurusan yang dipilih oleh tokoh Uu tidak bernilai ekonomi tidak hanya datang dari keluarga Uu. Teman-teman Uu bahkan mengatakan bahwa Uu akan menambah angka kemiskinan dengan memilih jurusan tersebut. Uu yang tidak menyerah akhirnya memberontak dan mengurung dirinya dalam dan enggan untuk bertemu dengan siapapun kecuali ibunya, ia bahkan menolak untuk makan. Ayahnya berusaha mencari cara untuk membujuk Uu keluar, dimulai dari mendatangkan Oom dan Tante Uu, kemudian meyakinkan ibu Uu dan lain sebagainya. Sampai kemudian ibu Uu termakan oleh ucapan ayah, oom, dan tante Uu sehingga suatu malam ia menceritakan dongeng kepada Uu yang menjadikan Uu seperti robot. Disinilah konflik muncul, dimana semua orang dibingungkan oleh tingkah Uu yang kemudian diikuti oleh kakak-kakaknya yang berperilaku sama. Hingga, keluarga Uu mendatangkan sebuah dukun untuk menyembuhkan mereka. Drama ini diakhiri dengan persetujuan keluarga Uu untuk memilih jurusan yang ia sukai.
Setiap pengarang memiliki karakteristik masing-masing. Arifin C. Noer termasuk salah satu pengarang yang memiliki karakteristik yang kuat. Kecerdasannya dan intuisinya dalam menuangkan gagasan ke dalam naskah tidak dimiliki semua orang. Arifin C. Noer adalah salah satu pengarang yang memiliki kecerdasan intelektual yang mengagumkan. Ia mampu menampilkan tema sederhana menjadi sebuah cerita yang bermakna. Alur cerita dalam naskah drama Aa Ii Uu ditampilkan dalam kemasan sederhana, rapi, dan tidak monoton. Pembawaan suasana yang dinamis membuat alur cerita menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Grafik alur meningkat secara bertahap, mampu membawa pengaruh emosi penikmat. Gaya bahasa yang digunakan lugas, sederhana, jelas, namun tetap berkualitas, dan bahasa yang digunakan pun merupakan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, mampu menciptakan imajinasi pembaca, seolah-olah pembaca melihat dan merasakan secara langsung setiap peristiwa yang ditampilkan.
Naskah drama yang diberi judul “AA-II-UU Sebuah Naskah Sandiwara” ini mampu membuat pembacanya tertawa dan masuk ke dalam naskah drama tiga babak ini. Arifin C. Noer yang lahir pada 10 Maret 1941 di Cirebon ini sukses menjadikan naskah ini menjadi naskah yang berkualitas dan menarik. Arifin C. Noer yang mulai dikenal karena Teater Ketjil di Jakarta ini telah melahirkan banyak karya yang telah dipublikasikan, bahkan beberapa karyanya mendapatkan penghargaan baik penghargaan nasional maupun internasional.
Dalam makalah ini, akan dipaparkan nilai-nilai dramatik yang terdapat dalam naskah Aa Ii Uu karya Arifin C. Noer tersebut. Nilai-nilai dramatik yang meliputi nilai abstrak, nilai intelektual, nilai emosional, dan nilai dramatik. Nilai abstrak ialah suatu nilai yang tidak selalu terdapat didalam naskah drama, nilai ini dapat membangkitkan gairah dari pembacanya, setiap membaca memiliki refleksi yang berbeda-beda tergantung pada suasana hati yang meliputi pembaca pada saat itu. Nilai intelektual ialah nilai-nilai yang membuat pembaca berpikir dalam membaca naskah tersebut, bisa jadi pembaca harus membaca berulangkali untuk memahami maksud dari naskah tersebut, bisa juga pembaca harus menyelesaikan membaca naskah tersebut hingga selesai untuk dapat menjawab nilai ini. Nilai emosional ialah emosi-emosi yang terdapat dalam karakter tokoh-tokoh yang terdapat dalam drama, semakin banyak dan beragam emosi yang terdapat dalam naskah drama tersebut maka naskah drama tersebut semakin pantas untuk dipentaskan, nilai ini memiliki refleksi yang sama antara pembaca yang satu dengan pembaca yang lain namun tidak semua pembaca bisa menyadari semua emosi yang terdapat dalam sebuah naskah. Dan nilai dramatik ialah nilai yang memiliki konflik yang bagus, semakin rumit konflik yang dihadirkan semakin bagus drama tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa drama yang memiliki nilai abstrak, nilai intelektual, nilai emosional yang banyak dan beragam merupakan naskah drama yang pasti memiliki nilai dramatik sehingga sangat patut untuk dipentaskan.

Analisis Nilai-Nilai Dramatik pada Naskah Drama Aa-Ii-Uu
A.    Nilai Emosional
1.       Bapak    : “Yak! Zaman sekarang memang zamannya pedagang, dan zaman yang akan datang…” (Arifin C Noer, 1968:9)
Ibu         : “… zamannya robot-robot dan angka-angka. Menjijikan sekali.” (Arifin C Noer, 1968:9)
Bapak    : “Kamu boleh bilang menjijikan tapi yang pasti bukan zamannya pengkhayal- pengkhayal.” (Arifin C Noer, 1968:9)
Ibu         : “Mulai ngaco. Bagaimana bisa kamu menyebut ahli sejarah sebagai pengkhayal?” (Arifin C Noer, 1968:9)
Bapak    : “Karena buat saya orang yang bekerja sia-sia, yang tidak menghasilkan uang berate pengkhayal konyol. Boleh saja orang semacam itu hidup kalau mereka bisa hidup tanpa usus dan perut besar.” (Arifin C Noer, 1968:10)
 Ibu         : “Terserah kamu mau omong apa tapi saya tetap berpihak kepada Uu!” (Arifin C Noer, 1968:10)
Bapak    : “Artinya membiarkan Uu jatuh kepada pilihan yang keliru! Semua orang mengejar uang dan kamu biarkan Uu mengejar angina yang bernama lamunan sejarah. Sebagai ibu seharusnya kamu menyadarkan Uuu yang baru aiueo itu bahwa sejarah tidak akan pernah menyelesaikan hidup ini. hanya uang yang punya kemampuan tidak terbatas untuk menyelesaikan apa saja.”  (Arifin C Noer, 1968:10)
Ibu         : “Uu berhak memilih dan saya juga punya hak untuk berpihak.” (Arifin C Noer, 1968:10)
Bapak    : “Mulai keras kepala.” (Arifin C Noer, 1968:10)
Ibu         : “Sejak tadi kita sudah keras kepala. Sejak tadi kita pelotot- pelototan dan tidak diskusi.” (Arifin C Noer, 1968:10).

2.      Bapak    : “Kamu betul-betul kurang memahami zaman sekarang.  Doktoranda apapun memang sama, tapi nilai komersialnya berbeda-beda. Insinyur juga macam-macam dan boleh dikatakan sama tingkatannya satu sama lain, tapi tetap masing-masing memiliki nilai komersial yang berbeda beda.” (Arifin C Noer, 1968:6)
Ibu         : “Uu kan perempuan. Sudah untung dia mau sekolah sampai tinggi. Jadi biarkan saja dia maunya apa.” (Arifin C Noer, 1968:6)
Bapak    : “Zaman sekarang tidak mau membedakan lagi mana perempuan mana laki, apalagi dalam soal pendidikan. Jangan berpikiran kolot dong.” (Arifin C Noer, 1968:6) Ibu         : “Saya kira saya tidak kolot. Waras. Coba saja. Misalnya Uu betul-betul jadi ahli sejarah yang kata kamu tidak komersial itu, yang tidak menghasilkan uang itu, apa akan mengubah nasibnya sebagai seorang istri kelak?” (Arifin C Noer, 1968:6) Bapak    : “Makin banyak kamu bicara makin kelihatan kamu bodoh”. (Arifin C Noer, 1968:6).
Berlin : “Yang lucu tidak ada! Yang ada yang tragis!” (Arifin C Noer, 1968:12).



-


B.     Nilai Intelektual
1.  Terdapat pada adegan kedua babak kedua, yaitu ketika Uu selalu menjawab
semua pertanyaan yang ditujukan padanya dengan jawaban “Ya, Ma”. Hal ini terjadi setelah sebelumnya ibunya membacakan dongeng untuk Uu,kemudian Uu seakan tersihir dan terus menjawab semua pertanyaan dengan
mengatakan “Ya, Ma”.

2.      Terdapat pada adegan keenam babak kedua, yaitu ketika Aa dan Ii selalu menjawab yang diberikan kepada mereka dengan jawaban seperti Uu adik mereka, hanya saja sapaan yang mereka gunakan tergantung kepada yang mengajak mereka berbicara berbeda dengan Uu yang hanya menjawab “Ya, Ma” tidak peduli siapa pun yang memberikan pertanyaan. Hal itu membuat Bapak Rustam kesal sampai mengeluarkan pistol, agar Aa dan Ii berhenti bermain-main pada situasi yang genting, namun Aa dan Ii seakan tersihir akan sesuatu sehingga mereka berperilakuan sama seperti adiknya Uu.

C.    Nilai Abstrak:
1.  Terdapat pada bagian ke satu adegan pertama pada kalimat teks:
Uu adalah seorang siswi pelajar SMA yang sekarang sudah menduduki  kelas 3 SMA yang akan menhadapi ujian nasional. Dan kemudian setelah Uu  sudah melaksanakan ujian nasional,  dia mendapat pengumuman bahwa ia lulus ujian. Kemudian Uu  senang sekali mendapat berita seperti itu.

2.  Setelah mendengar dongeng tersebut akhirnya setiap ditanya Uu selalu menjawab, “Iya Ma, Iya Ma, Iya Ma” secara berulang-ulang. Hal itu semakin membuat Ibu, Bapak, Oom, dan kedua kakaknya khawatir. Tidak lama kemudian Aa dan Ii juga tertular oleh UU, yaitu setiap ada yang berkata atau bertanya kepada mereka maka mereka hanya menjawab “Iya Ma, Iya Pa, Iya Oom, Iya Tante.” Keadaaan semakin kacau tatkala Uu hilang dari kamarnya dan disusul oleh hilangnya Aa dan Ii.

3.      Seorang pembantu di rumah Oom dan Tante menyarankan untuk memanggil dukun. Datanglah dukun ke rumah Oom dan Tante. Sempat terjadi perdebatan antar tokoh, baik itu Bapak dengan Oom, Bapak dengan Dukun, Bapak dengan Pembantu, dan lainnya. Sang dukun menyarankan agar Pak Rustam dapat dengan lapang dada mengabulkan keinginan anak-anaknya, terutama keinginan Uu yang ingin masuk Jurusan Sejarah. Awalnya Pak Rustam tetap pada pendiriannya menolak saran dari Dukun, sampai pada akhirnya ia menyerah lalu merelakan Uu mengambil Jurusan Sejarah. Tidak lama kemudian UU terbangun dari igauannya, lalu ibu berkata kepada Uu bahwa semua mengizinkan ia mengambil Jurusan Sejarah. Lalu mereka saling berpelukan, hidup dengan bahagia. 

D.    Nilai Dramatik:
1.      Suatu malam Uu mengatakan kepada ibunya bahwa ia ingin menjadi Ahli Sejarah dan masuk perguruan tinggi mengambil Jurusan Sejarah. Mendengar pernyataan anak bungsunya tersebut sang ibu kaget, namun ia tidak juga menentang cita-cita anaknya tersebut, sang ibu hanya bertanya lalu menyuruh Uu untuk beristirahat. Tokoh ibu (ibu Rustam) lalu memberitahukan suaminya tentang keinginan anak bungsunya tersebut. Bapak Rustam marah, dan akhirnya memicu pedebatan diantara suami istri tersebut, yaitu Ibu Rustam dan Bapak Rustam. Sang Bapak dengan tegas menentang cita-cita UU yang ingin menjadi ahli sejarah, dengan pertimbangan bahwa bidang pekerjaan tersebut dari segi material tidak menjamin kehidupan anaknya. Namun berbeda dengan Ibu yang mendukung dan memberi kebebasan terhadap Uu untuk memilih jalan hidupnya, termasuk cita-cita yang Uu pilih. Ibu berasumsi bahwa setiap manusia berhak menentukan jalan hidupnya masing-masing, dan sebagai orangtua tidak berhak memaksakan kehendak bahwa seorang anak harus menjadi apa.


2.                 “Memilih ko Jurusan Sejarah. Kok ndak jurusan silat saja.” (Arifin C Noer, 1968:12).
3.                 Ketua              : “Kamu tau kenapa kita tertawa?” (Arifin C Noer, 1968:13)
Uu                              : “Nggak.” (Arifin C Noer, 1968:13)
Ketua                          : “Karena kita tidak setuju. Kita semua tidak rela kamu sebagai kawan akan mengingatkan jumlah orang-orang miskin di negeri ini.” (Arifin C Noer, 1968:13)
Ketua             : “Karena kita tidak setuju. Kita semua tidak rela kamu sebagai kawan akan mengingatkan jumlah orang-orang miskin di negeri ini.” (Arifin C Noer, 1968:13)
Ketua                          : “Memasuki Jurusan Sejarah atau jurusan atau fakultas-fakultas lainnya yang sejenis adalah sia-sia, karena ditijau dari segi lapangan kerja sangat sempit. Di Republik ini tidak perlu banyak-banyak ahli sejarah. Cukup seorang saja untuk mengepalai satu departemen dengan pelayan sebagai pembantunya. Nah, jelas sekarang? Yang dibutuhkan sekarang adalah tenaga-tenaga yang terampil laksana komputer untuk perputaran roa ekonomi.” (Arifin C Noer, 1968:13).

4.                  Tokoh Yang Lain (teman Uu yang tidak disebutkan namanya): “Mudah-mudahan dia insaf.” (Arifin C Noer, 1968:12)

Kesimpulan
Naskah Drama Aa-Ii-Uu karya Arifin C. Noer merupakan salah satu drama yang sangat patut untuk dibaca, dipentaskan, serta dianalisis. Cerita sederhana yang disajikan dengan sangat menarik dan dengan menggunakan bahasa sehari-hari, memberikan sedikit unsur jenaka dan unik, sehingga pembaca akan merasa seolah-olah melihat dan merasakan apa yang terjadi pada setiap peristiwa yang terdapat dalam naskah ini. Karakter-karakter serta peristiwa-peristiwa unik didalamnya membuat pembaca akan merasa tertantang untuk membaca hingga selesai naskah ini. Naskah drama Aa-Ii-Uu terbukti merupakan salah satu naskah drama yang sangat patut untuk dipentaskan karena memiliki keempat nilai dramatik yang menjadi suatu unsur dalam pemilihan naskah drama yang bagus. Sebuah drama yang bagus ialah naskah drama yang memenuhi keempat nilai dramatik. Tanpa nilai dramatik sebuah naskah drama tidak lagi mempunyai fungsi untuk dipentaskan.

Daftar Pustaka
Adheputri. 2012. “Nilai dan Fungsi Drama”. http://luickadheputri.blogspot.com/2012/05/nilai-dan-fungsi-drama.html diakses pada tanggal 25 April 2015.
Anonim. 2014. “Makalah Naskah Drama Aa-Ii-Uu Karya Arifin C. Noer Menggunakan Pendekatan Mimetik”. http://mjbrigaseli.blogspot.com/2014/12/makalah-naskah-drama-aa-ii-uu-karya.html diakses pada tanggal 25 April 2015.
Chandra, Ardi Wasila. 2014. “Pengertian Drama, Unsur-unsur Drama, Ciri-ciri Drama, dan Judul Drama yang Terkenal didalam dan diluar Negeri”. http://ardiwasilachandra.blogspot.com/2014/04/pengertian-unsur-ciri-drama.html diakses pada tanggal 21 April 2015.
Noer, Arifin C. 2006. AA-II-UU. Jakarta: PT Temprina.
Wiyanto, Eko. “Resistensi Arifin C. Noer Terhadap Kondisi Sosial Dalam Naskah Drama Aa-Ii-Uu: Analisis Sosiologi Sastra”. http://eprints.ums.ac.id/20589/19/artikel_publikasi_ilmiah.pdf diakses pada 17 Mei 2015.
Power Point Telaah Drama Oleh Puji Karyanto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar