BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar
Belakang
Prosa
adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima,
irama, dan kemerduan bunyi seperti puisi. Prosa dibagi menjadi 2, yakni prosa
fiksi dan prosa non fiksi.
Prosa
fiksi ialah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya. Isi
cerita tidak sepenuhnya berdasarkan fakta. Prosa fiksi disebut juga karangan
narasi sugestif/imajinatif. Prosa fiksi atau prosa baru dapat berbentuk cerpen,
novel, dongeng, roman, esai, dan resensi. Sedangkan, prosa non fiksi ialah
karangan yang tidak berdasarkan rekaan atau khayalan pengarang tetapi berisi
hal-hal yang berupa informasi fackual (kenyataan) atau berdasarkan pengamatan
pengarang. Prosa non fiksi disebut juga karangan semi ilmiah, seperti artikel,
tajuk rencana, opini, biografi, tips, reportase, jurnalisme baru, iklan,
pidato, dan feature.
Makalah
ini akan membahas mengenai salah satu sebuah prosa fiksi yang sangat terkenal
di Indonesia, yakni novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia novel ialah karangan prosa yang panjang dan mengandung
cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan
watak dan sifat setiap pelaku.
Makalah
berjudul “Analisis Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata” ini akan
memaparkan mengenai unsur-unsur instrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik yang
terdapat didalamnya. Unsur Intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya
sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra. Sedangkan, unsur
ekstrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari luar yang
menyangkut aspek sosiologi, psikologi, agama, dan lain sebagainya.
II.
Rumusan
Masalah
1.
Apa saja unsur instriksik yang
terdapat dalam novel Laskar Pelangi?
2.
Apa saja unsur ekstrinsik yang
terdapat dalam novel Laskar Pelangi?
III.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dan
manfaat dari adanya makalah ini adalah pembaca diharapkan mampu memahami
unsur-unsur instrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik yang terdapat didalam novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, dan penyusun berharap semoga makalah ini
dapat berguna bagi setiap pembacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Identitas
Novel Laskar Pelangi
Judul : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata
Penyunting : Suhindrati a. Shinta
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Tahun Terbit
Pertama : September, 2005
Tebal : xvi + 534
halaman
Format : 13 cm x 20, 5 cm
ISBN : 979-3062-79-7
II.
Sinopsis
Novel Laskar Pelangi
Cerita terjadi di desa Gantung, Kabupaten
Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan
dibubarkan oleh Depdikbud Sumatra Selatan jika tidak mencapai siswa baru
sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan,
akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato
menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil
itu.
Mulai darisanalah dimulai cerita mereka. Mulai
dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan
mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika
ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh
Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian
ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai
pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya
ke sekolah!
Mereka,
Laskar Pelangi – nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka
terhadap pelangi – pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara.
Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena
kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17
Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs.
Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan
lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa
dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah
Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat
mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal
yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya.
III.
Unsur
Instriksik Novel Laskar Pelangi
- Tema
Persahabatan
- Penokohan
·
Aku sebagai Ikal
Tokoh ‘aku’ dalam cerita
ini. Ikal merupakan anak
yang pintar.Ia sangat menyukai sastra, terlihat dari kesehariannya yang senag
menulis puisi. Ia menyukai A Ling sepupu dari A Kiong.
Watak: tidak mudah ,putus asa, setia
kawan dan tegar.
·
Pak K.A. Harpan Noor
N.A. Harfan Efendi Noor bin K.A. FadilahZein Noor. adalah orang yang sangat baik hati dan
penyabar meskipun murid-murid awalnya
takut untuk melihatnya. Seperti pada saat beliau bercerita tentang kisah
para nabi, semua murid sangat senang dan ketika beliau pulang
murid-muridnya selalu menatap lekat-lekat pada dirinya.
Watak: Baik hati, Ramah , dan Sabar.
Kutipan dalam Novel: “kemudian dalam
waktu yang amat singkat beliau telah Merebut hati kami”(LP, 2006 : 22) “
·
Erin
Watak: Cerdas, agamais, baik hati.
Kutipan dalam Novel: “ia cerdas, agamais,
cantik, dan baik hati” (LP, 2006 :443 bab 31 Zaal batu)
·
Ibu N.A. Muslimah Hafsari
N.A. Muslimah Hapsari Hamid binti K.A.Abdul Hamid. Dia adalah Ibunda Guru bagi Laskar
Pelangi dan berhati lembut.
Watak: Sabar, baik hati dan penyayang.
Kutipan pada Novel:“shalatlah tepat waktu
,biar dapat pahala lebih banyak ,demikian bu mus selalu menasihati kami “
(LP, 2006 :31)
·
Lintang
Teman Ikal yang luar
biasa jenius. Lintang telah menunjuk kan minat besar untuk bersekolah semenjak hari pertama berada di sekolah.
Ia berasal dari keluarga yang miskin.
Ayahnya bekerja sebagai nelayan miskin
yang tidak memiliki perahu dan harus menanggung kehidupan 14 jiwa anggota
keluarga. Cita-citanya terpaksa ia tinggalkan agar ia dapat bekerja
untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya semenjak ayahnya meninggal
Watak: Pantang menyerah dan cerdas
Kutipan dalam Novel: “Lintang juga cerdas
experiental yang membuatnya piawai menghubungkan setiap informasi dengan
konteks yang lebih luas” (LP, 2006 : 114)
“ kecerdasan yang lain adalah kecerdasan
linguistik” (LP, 2006 : 115)
“yang lebih menakjubkan adalah semua
pengetahuan itu ia pelajari sendiri dengan membaca bermacam buku milik kepala
sekolah kami jika ia mendapat giliran tugas menyapu di ruangan beliau “ (LP,
2006 : 119)
·
Mahar
Ia memiliki bakat dan minta besar pada seni. Pertama diketahui ketika tanpa sengaja Bu Mus menunjuknya untuk bernyanyi didepan kelas saat pelajaran seni suara
Ia memiliki bakat dan minta besar pada seni. Pertama diketahui ketika tanpa sengaja Bu Mus menunjuknya untuk bernyanyi didepan kelas saat pelajaran seni suara
Watak: Kreatif, imajinatif dan cerdas
Kutipan dalam Novel:“ dia memang seorang
eksentrik yang berdiri di area abu-abu antara imajinasi dan kenyataan ,tapi tak
diragukan bahwa ia cerdas ,pemikirannya terstruktur dengan baik ,dengan
pengetahuan dunia gaib nya yang mat luas “(LP, 2006 : 393)
·
Trapani
Pria tampan yang pandai dan baik hati ini sangat mencintai ibunya. Dan apapun yang ia lakukan harus selalu didampingi ibunya. Seperti saat ia akan tampil sebagai band yang di komando olehMahar, ia tidak mau tampil jika tidak ditonton Ibunya
Watak: Manja ,cerdas,rupawan.
Pria tampan yang pandai dan baik hati ini sangat mencintai ibunya. Dan apapun yang ia lakukan harus selalu didampingi ibunya. Seperti saat ia akan tampil sebagai band yang di komando olehMahar, ia tidak mau tampil jika tidak ditonton Ibunya
Watak: Manja ,cerdas,rupawan.
Kutipan dalam Novel: “sekali lagi kulihat
wajah mereka ,harun yang mudah senyum ,trapani yang rupawan,
syahdan yang liliput,kucai yang sok gengsi , sahara yang ketus ,a kiong
yang polos dan pria kedelapan yaitu samson yang duduk seperti patung ganesha.”
(LP, 2006 : 85)
·
Kucai
Ketua kelas sepanjang generasi sekolah Laskar Pelangi. Laki-laki ini sejak kecil terlihat bisa menjadi politikus dan akhirnya diwujudkan ketika ia dewasa menjadi ketua fraksi di DPRD Belitong.
Ketua kelas sepanjang generasi sekolah Laskar Pelangi. Laki-laki ini sejak kecil terlihat bisa menjadi politikus dan akhirnya diwujudkan ketika ia dewasa menjadi ketua fraksi di DPRD Belitong.
Watak: Lemot , susah diatur ,banyak bicara,
optimis, berjiwa Pemimpin.
Kutipan dalam Novel: “maka jika
digabungkan sifat populis, sok tahu, dan oportunitis dengan otaknya yang lemot
kucai memiliki semua kualitas untuk menjadi seorang politis” (LP, 2006
: 70)
“kelemahannya adalah nilai-nilai ulangannya
tidak pernah melampaui angka enam karena ia termasuk murid yang agak kurang
pintar, bodoh yang diperhalus” (LP, 2006 : 69-70)
“kucai adalah orang yang paling optimis yang
pernah aku jumpai”( LP, 2006 : 69)”
·
Sahara
Satu-satunya gadis dalam
anggota laskar pelangi. Merupakan gadis yang keras kepala dan mempunyai berpendirian yang sangat
kuat dan sangat patuh pada agama terbukti ia merupakan gadis berjilbab yang cantik dan
selalu rajin menunaikan
sholat dan mengaji, gadis yang ramah dan pandai, ia baik kepada siapa saja kecuali
pada A Kiong yang semenjak mereka masuk sekolah.
Watak: Susah diyakinkan dan Sahara Sangat
menjujung tinggi nilai kejujuran. Ia paling tidak suka berbohong
Kutipan Novel: “coba delokno penjelasan watak
e sahara, aku lali.---à”(LP,2006:301)
·
Flo
Bernama asli Floriana.
Seorang anak tomboy yang berasal dari keluarga kaya. Dia tidak sombong walaupun menjadi
anak orang kaya. Buktinya ia malah berkeingian bersekolah di SD SMP Muhamadiyah dan sama sekali tidak merasa malu.
Watak: Menyenangkan, cantik ,rendah hati .
Kutipan dalam novel: ternyata Flo adalah
pribadi yang sangat menyenangkan. Ia memiliki kemampuan beradabtasi yang luar
biasa. Ia cantik dan sangat rendah hati, sehingga kami betah di
dekatnya” (LP, 2006 : 359)
·
A Kiong
Kendatipun ia memiliki
wajah yang buruk rupa, ia memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan baik hati,
serta suka menolong pada siapapun
kecuali Sahara. Namun, meski mereka selalu bertengkar, ternyata mereka berdua
saling mencintai
Watak: Baik , agnostik,dan sedikit aneh
Kutipan dalam Novel: “A kiong malah
semakin senang . Ia masih sama sekali takmenjawab.ia tersenyum lebar ,matanya
yang sipit menghilang” (LP, 2006 : 27)
“A Kiong sempat menjalani hidup sebagai
seorang agnostik, yaitu orang yang percaya kepada tuhan tapi tidak
memeluk agama apapun”( LP, 2006 : 464)
·
Harun
Pria yang memiliki keterbelakangan mental dan
memulai sekolah dasar ketika ia berumur 15 tahun. Laki-laki ini sering
bercerita tentang kucingnya yang
berbelang tiga dan melahirkan tiga anak yang masing-masing
berbelang tiga pada tanggal tiga pada tanggal tiga kepada Sahara dan senang
sekali menanyakan kapan libur lebaran kepada Bu Mus.
Watak: Baik tetapi agak keterbelakangan
mental.
Kutipan dalam novel: “pria itu adalah harun
pria jenaka sahabat kami semua yang sudah berusia 15 tahun dan agak
terbelakang mentalnya (LP, 2006 : 7)”
·
Borek
Pria besar maniak otot
dan selalu menjaga citranya sebagai laki-laki macho. Ketika dewasa ia menjadi kuli di toko
milik A Kiong danSahara.
Watak: Nakal dan susah diatur.
Kutipan dalam novel:“ kucai didudukkan berdua
bukan karena mirip tapi karena sama sama susah diatur” (LP, 2006 : 14)
- Plot/Alur
Alur yang digunakan pado novel Laskar
Pelangi ini adalah Alur maju
Alasan : Karena penulis menceritakan kejadian
dari awal hingga akhir, sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan
terjadi selanjutnya.
Tahapan Alur
·
Tahap penyituasian :
Yaitu pada saat hari pertama penerimaan
murid baru di SD Muhamadiyah kekurangan seorang murid dan sekolah
hampir ditutup, namun dengan kehadiran seorang murid yang bernama Harun
telah menyelamatkan pembodohan di kampung paling miskin di pulau belitong yang
kaya akan tambang timah. (LP, 2006 : 1-8 )
“ guru-guru yang sederhana ini berada dalam
situasi genting karena pengawas sekolah dari Depdiknas Sumsel telah
memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari
sepuluh orang maka sekolah paling tua di Belitong ini harus ditutup” (LP, 2006
: 4)
“ Harun telah menyelamatkan kami dan kami
bersorak. Sahara berdiri tegak merapikan lipatan jilbabnya yang menyandang
tasnya dengan gagah, ia tidk mau duduk lagi. Bu Mus tersipu. Air mata guru ini
surut dan ia menyeka keringat di wajahnya yang belepotan karena bercampur
dengan bedak tepung beras.” (LP, 2006 : 8)
·
Tahap pemunculan konflik :
Ketika Bu Mus dengan segala usahanya dan
semangat kesepuluh laskar pelangi mampu berjuang dan melewati masa-masa sulit
serta kebahagiaan bersama. (LP, 2006 : 157)
“Karena
kegemaran kolektif terhadap pelangi maka Bu Mus menamai kelompok kami Laskar
Pelangi “ (LP, 2006 : 160)
·
Tahap peningkatan konflik :
Ketika Mahar dan Lintang berusaha mengharumkan
nama SD SMP Muhamadiyah lewat kemahiran dan kepintaran mereka dalam perlombaan
cerdas cermat dan karnaval saat perayaan HUT RI dan mampu mengalahkan
sekolah milik PN Timah.( LP, 2006 : 363)
“seperti mahar, Lintang berhasil mengharumkan
nama perguruan Muhammadiyah. Kami adalah sekolah kampung pertama yang menjuarai
perlombaan ini, dan dengan sebuah kemenangan mutlak” (LP, 2006 : 383)
·
Tahap klimaks :
Pada saat Lintang si murid paling jenius di
antara yanglainnya meninggalkan bangku sekolah karena ia harus mengurus
adik-adiknya setelah kematian Ayahnya. Di sanalah akhir dari cerita
perjuangan para kesepuluh Laskar Pelangi.( LP, 2006 : 430 )
“Seorang anak laki-laki tertua keluarga
pesisir miskin yang ditinggal mati ayahnya, harus menanggung nafkah banyak adik
yang tak berdaya, Lintang tak punya peluang sedikitpun untuk melanjutkan
sekolah” (LP, 2006 : 430)
·
Tahap penyelesaian :
Yaitu saat tembok PN Timah mampu
dihancurkan dan kemiskinan dapat dilawan oleh rakyat Belitong. Dan kebahagiaan
yang akhirnya mampu diraih oleh kesepuluh laskar pelangi.(halaman 481 )
Sekuen Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
1.
Di depan sebuah kelas SD Muhammadiyah
1.1
Tokoh Aku dan ayahnya sedang duduk di
bangku panjang bersama para orang tua dan anaknya yang lain.
1.2
Bapak K.A Harfan Efendy Noor dan Ibu
N.A Muslimah Hafsari atau Bu Mus berdiri di pintu.
1.3
Pak Harfan menghampiri orang tua
murid dan menyalaminya satu-persatu.
1.4
Pak Harfan berdiri di depan para
orang tua.
1.5
Harun dan ibunya datang, menjadi anak
kesepuluh yang datang di kelas.
1.6
Ibu
Muslimah mengatur tempat duduk di kelas untuk kesepuluh murid barunya.
1.7
Ibu Muslimah berbicara dengan para
orang tua.
1.8
Ibu Muslimah mengabsen.
2.
Di dalam kelas SD Muhammadiyah
2.1
Lintang menghambur ke kelas dan
mencari bangkunya sendiri.
2.2
Bu Mus mendekati ayah Lintang.
2.3
Ayah Lintang bercerita tentang
kehidupan keluarganya kepada Bu Mus.
2.4
Tokoh Aku menyusul Lintang ke dalam
kelas.
2.5
Lintang menyalami tokoh Aku dengan
kuat.
2.6
Lintang bercerita banyak hal kepada
tokoh Aku.
2.7
Ayah Lintang menatap Lintang dan
tersenyum getir.
2.8
Bu Mus mengelompokkan tempat duduk
muridnya.
2.9
Borek mencoreng muka Kucai.
2.10
Sahara tidak sengaja menumpahkan air
minum A Kiong.
2.11
A Kiong menangis sejadi-jadinya.
2.12
Tokoh Aku melihat Lintang menggenggam
sebuah pencil yang belum di serut.
2.13
Petugas dinas kesehatan datang untuk
menyemprot sarang nyamuk dengan DDT.
2.14
Pah
Harfan bercerita tentang perahu Nabi Nuh serta pasangan-pasangan
binatang yang selamat dari banjur bandang.
2.15
Kelas diambil alih oleh Bu Mus.
2.16
Kesepuluh siswa memperkenalkan
dirinya di depan kelas.
3.
Di sebuah kampung di Pulau Belitong
3.1
Seorang gentleman berkeliling kampung dengan sebuah Chevrolet Corvette.
4.
Di satu rumah kawasan gedong PN,
rumah Flo.
4.1
Flo sedang les privat piano.
4.2
Ayah Flo meminta maaf kepada guru les
piano.
5.
Di belakang sekolah.
5.1
Syahdan memohon kepada Kucai agar
diizinkan ikut ke pasar.
5.2
Syahdan memakai sepatu tokoh Aku dan
baju kebesaran milik Borek.
6.
Di ruang kelas
6.1
Bu Mus menjelaskan tentang karakter
yang dituntut islam dari seorang amir.
6.2
Kucai gemetar mendengar penjelasan Bu
Mus.
6.3
Kucai berdiri dan berdalih secara
diplomatis.
6.4
Kesepuluh siswa menulis nama untuk
dijadikan ketua kelas baru.
6.5
Bu Mus membacakan gulungan-gulungan
kertas.
6.6
Kucai terpilih kembali menajdi ketua
kelas.
6.7
Bu Mus menghampiri Kucai dan
bercerita sedikit.
7.
Di ruang kelas SD Muhammadiyah
7.1
Trapani bercerita tentang buku
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk” karya Buya Hamka.
7.2
A Kiong berkomentar mengenai cerita
Trapani.
7.3
Sahara menyalak komentar A Kiong.
7.4
Harun mengacungkan tangan dan
bertanya kapan libur lebaran.
7.5
Borek bercerita kepada tokoh Aku.
8.
Di ruangan bekas gardu listrik,
belakang sekolah
8.1
Borek menyuruh tokoh Aku untuk
membuka baju.
8.2
Borek menekan bola tenis ke dada
tokoh Aku.
9.
Di rumah tokoh Aku
9.1
Ibu tokoh Aku bertanya mengenai tanda
bulat merah kehitam-hitaman di dada tokoh Aku.
9.2
Tokoh Aku menceritakan kejadian yang
dilakukannya bersama Borek di belakang sekolah.
9.3
Ibu tokoh Aku bercerita tentang
macam-macam gila.
10. Di
ruang kelas
10.1 Lintang
terlambat masuk kelas.
10.2 Ibu
Mus memberi pertanyaan dihari pertama masuk murid kelas dua.
10.3 Ibu
Mus meminta A Kiong ke depan kelas untuk menyanyikan sebuah lagu.
10.4 Tokoh Aku bercerita
bahwa ia, Lintang, Samson (Borek), Sahara, dan Syahdan sibuk dengan dirinya masing-masing
sedang Mahar menyimak.
10.5 Ibu
Mus menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya menahan, menahan katuk dan tawa mendengar
lolongan A-Kiong.
10.6 Tokoh Aku dimarahi karena menyanyikan lagu potong
bebek angsa.
10.7 Ibu Mus tertawa
terpingkal-pingkal mendengar nyanyian tokoh Aku.
10.8 Samson menyanyikan lagu
berjudul Teguh Kukan Berlapis Baja karya C. Simanjutak
10.9 Mahar
ditunjuk Bu Mus untuk menyanyikan lagu sambil menunggu azan dhuhur.
11. Di
sebuah jalan
11.1 Lintang
bercerita bahwa ia dihadang seekor buaya besar ketika hendak berangkat sekolah.
11.2 Lintang
bercerita ia bertemu Bodega yang dapat menaklukkan buaya.
12. Di
lapangan basket
sekolah nasional
12.1 Warga
kampung berduyun-duyun
menuju lapangan basket sekolah nasional.
13. Di depan kelas
13.1 Lintang menyanyikan lagu Padamu Negeri di depan kelas.
14. Di rumah panggung Lintang
14.1 Ayah Lintang menyelinap
meloncat dari rumah.
14.2 Ayah
Lintang pergi ke
kantor desa.
14.3 Ayah
Lintang meminta
bantuan membantu menjawab pertanyaan Lintang.
14.4 Ayah
Lintang berlari
secepat kilat menyelinap ke dalam rumah.
14.5 Ayah
Lintang menemui
Lintang.
15. Di
tambang hitam
15.1 Samson dengan gugup
melemparkan sesuatu.
16. Di
suatu tempat di Pulau Balitong
16.1 Orang-orang
sedang main ski
secara manual karena ditarik dengan tenaga manusia.
16.2 Syahdan
terjatuh.
16.3 Orang-orang mendekati Syahdan dan
mengerubunginya.
16.4 Orang-orang
ketakutan melihat wajah Syahdan pucat dan sudah tak bernafas.
16.5 Tokoh
Aku dan teman-temannya mengangkat tubuh Syahdan.
16.6 Syahdan
terbangun saat diangkat oleh teman-temannya.
16.7 Syahdan
berpura-pura meninggal dengan menahan nafas.
16.8 Syahdan
dilemparkan ke jalan oleh teman-temannya.
16.9 Alam
memberikan pesta
di musim hujan bagi anak-anak malayu di Pulau Balitong.
17. Di toko kumuh pasar ikan yang
becek
17.1 Tokoh Aku mencium bau yang
memuakkan.
18. Di jalan menuju toko Sinar
Harapan
18.1 Tokoh Aku dan Syahdan saling
berganti posisi pembonceng sepeda.
18.2 Tokoh Aku mendeskripsikan
yang ia lihat dalam perjalanan.
19. Di
toko Sinar
Harapan
19.1 Tokoh Aku melihat dan
mendengar percakapan antara A.Miauw dan Bang Sad.
19.2 Tokoh Aku melihat tangan indah
dan halus yang keluar dari sebuah lubang sambil memberikan sekotak kapur.
19.3 Tokoh Aku mendeskripsikan
keindahan tangan halus yang dilihatnya.
19.4 Tokoh Aku mengucapkan
“kamsia” namun nona pemilik tangan indah dan halus itu hanya diam.
19.5 Tokoh yang bertangan indah
dan halus itu menjatuhkan kotak kapur yang belum diterima tokoh Aku.
19.6 Wajah tokoh Aku hampir
bersentuhan dengan wajah nona pemilik tangan indah dan mulus.
19.7 Tokoh Aku mendeskripsikan
ciri-ciri nona bertangan indah dan halus.
20. Di
kelas
20.1 Tokoh aku menarasikan
karnaval yang selama ini terjadi.
20.2 Tokoh Aku melihat Mahar diam.
20.3 Tokoh Aku mendeskripsikan hal
yang dilakukan Mahar.
20.4 Terjadi percakapan antara
Mahar dan murid dalam kelas.
20.5 Tokoh Aku mengatakan bahwa
kalung Mahar adalah sentral ide.
21. Di
sepanjang jalan tempat karnaval berlangsung.
21.1 Tokoh Aku mendeskripsikan
hal-hal yang terjadi di karnaval.
21.2 Orang-orang melihat
penampilan SD Muhammadiyah dengan antusias.
21.3 Seluruh anggota SD
Muhammadiyah merasa kegatalan.
21.4 Penonton memberikan tepuk
tangan selama 7 menit.
21.5 Sekolah SD Muhammadiyah
mendapatkan trofi.
22. Di
dalam kelas
22.1 Tokoh Aku merasakan rasa rindu pada
nona bertangan indah dan halus.
22.2 Tokoh Aku mengajukan diri untuk membeli kapur.
23. Di
toko Sinar
Harapan
23.1 Tokoh Aku berdiri di depan
lubang kecil yang mengeluarkan tangan indah dan halus.
23.2 Tokoh Aku meminta Syahdan
mencari informasi tentang nona bertangan indah dan halus.
24. Di
Masjid Al-Hikmah
24.1 Tokoh
Aku bercakap-cakap dengan Syahdan.
24.2 Tokoh Aku terkejut saat
mengetahui nona bertangan indah dan halus itu adalah sepupu A Kiong teman
sekelas mereka.
25. Di
kebun bunga sekolah
25.1 Syadan dan tokoh Aku menggiring A Kiong ke
kebun bunga.
25.2 Tokoh Aku menitipkan surat
untuk A Ling nona bertangan indah dan halus kepada A Kiong.
25.3 Puisi-puisi cinta tokoh Aku
mengalir deras kepada A Ling melalui A Kiong.
25.4 A Ling menyapa tokoh Aku.
26. Di
rumah tokoh Aku
26.1 Tukang pos membawakan surat yang
diberikan untuk
tokoh Aku.
26.2 Tokoh Aku mendapat surat dari
A Ling.
27. Di
Masjid Al Hikmah
27.1 Para sisawa SD Muhammadiyah
menginap di Masjid Al Hikmah.
28. Di
perjalanan menuju puncak gunung Selumar
28.1 Para siswa SD Muhammadiyah mendaki gunung Selumar.
28.2 Tokoh Aku mendeskripsikan
pemandangan gunung Selumar.
28.3 Mahar berceita dongeng.
28.4 Tokoh Aku membuat sebuah
puisi untuk A Ling.
29. Di
toko Sinar Harapan
29.1 Tokoh Aku menyiapkan hadiah untuk A
Ling.
29.2 Tokoh Aku melihat tangan yang
keluar dari lubang kecil yang biasanya memunculkan tangan A Ling tapi saat ini
yang keluar bukan tangan A Ling.
29.3 A Miauw mengatakan pada tokoh
Aku bahwa A Ling sudah pergi ke Jakarta dan memberikan barang yang dititipkan A
Ling untuk tokoh aku.
30. Di
puncak Gunung Samak
30.1 Tokoh Aku mendeskripsikan
suasana yang ada.
31. Di
rumah tokoh Aku
31.1 Tokoh Aku merasa kesepian
dengan perginya A Ling.
31.2 Syahdan, Mahar dan A Kiong datang menjenguk tokoh
aku.
32. Di
sebuah kampung di Pulau Belitong
32.1 Warga
kampung heboh karena Flo si anak Gedong hilang.
32.2 Bapak,
Iibu, dan saudara-saudara Flo berulangkali pingsan.
33. Di
Sungai Buta , sisi utara Gunung Selumar
33.1 Flo
tersesat di Sungai Buta.
33.2 Tokoh Aku mendeskripsikan
tentang Tok Bayan Tula.
33.3 Mahar, tokoh Aku, dan Syahdan
pergi ke tempat Tok Bayan Tula.
33.4 Mahar menemukan pesan dari
Tok Bayan Tula.
33.5 Mahar, tokoh Aku, dan Syahdan
berhasil menemukan Flo.
34. Di sekolah
34.1 Tokoh
Aku kehujannan.
34.2 Tokoh
Aku sedih karena
cintanya kandas.
35. Dirumah
35.1 Tokoh
Aku membaca buku
Herriot.
35.2 Herriot menceritakan tentang
Edensor.
35.3 Tokoh Aku bermimpi ke Edensor.
36. Di kelas
36.1 Bu Mus bertanya pada Mahar.
36.2 Mahar menjawab panjang lebar.
36.3 Bu Mus memarahi Mahar.
36.4 Mahar menyinggung Bu Mus.
36.5 Bu Mus meninggalkan kelas.
36.6 Sahara dan Kucai memarahi
Mahar.
36.7 Bu Mus masuk kelas.
36.8 Datang bapak dan anak
perempuan muda.
36.9 Anak pindahan dari sekolah PN.
36.10 Flo memperkenalkan diri.
36.11 Bu Mus menyambut Flo.
36.12 Flo meminta duduk di samping Mahar.
36.13 Flo menunjukkan isi tasnya.
36.14 Flo dan Mahar sangat dekat.
36.15 Flo dan Mahar menemukan hal
baru.
36.16 Flo dan Mahar membentuk
organisasi rahasia.
36.17 Tokoh Aku menjadi sekretaris
organisasi rahasia Flo dan Mahar.
37. Di
tempat Lomba
37.1 Tokoh Aku, Lintang, dan
Sahara mengikuti lomba.
37.2 Muhammdiyah melawan sekolah
PN.
37.3 Tokoh Aku tak percaya diri.
37.4 Juri datang.
37.5 Lomba dimulai.
37.6 Juri memberi pertanyaan.
37.7 Lintang menjawab.
37.8 Pak Zulfikar mengkritik
jawaban Lintang.
37.9 Lintang beragumen.
37.10 Pak Zulfikar diam.
37.11 SD
Muhammadiyah
memenangkan lomba.
38. Di Bilitong
38.1 Mahar dan Flo membuat
organisasi rahasia.
38.2 Organisasi Socientiet de
Limpai.
38.3 Mahar dan Flo menjadi ketua.
38.4 Tokoh Aku menjadi sekretaris.
38.5 Ada sembilan anggota
socientiet.
39. Di
hutan Genting
Apit
39.1 Socientiet melakukan misi
pertama.
39.2 Socientiet memasang alat
elektronik pada cabang pohon.
39.3 Hutan Genting menjadi
laboratorium alam Socientiet.
40. Di
kuburan keramat
40.1 Socientiet mencari benda
magis pusaka.
40.2 Socientiet menunggu munculnya
makhluk halus.
41. Di dekat pohon Jemang angker
41.1 Socientiet melakukan riset.
41.2 Socientiet mengendap-endap
42. Di Gua Ambar
42.1 Socientiet mencari informasi
43. Di kelas
43.1 Mahar dan Flo bercerita pada
teman-temannya.
43.2 Nilai Flo dan Mahar merosot.
43.3 Mahar dan Flo tidak naik
kelas.
43.4 Ayah Flo meminta agar anaknya
kembali ke sekolah PN.
43.5 Ayah Flo meminta tolong pada
guru Frischa dan pria flamboyanFlo tetap tidak ingin pindah dari Muhammadiyah.
43.6 Mahar mendapatkan ide.
43.7 Mahar dan Flo mencari jalan
keluar.
43.8 Socientiet berencana pergi ke
Pulau Lanun.
44. Di Pelabuhan
44.1 Socientiet bernegoisasi
dengan nakhoda.
45. Di Lautan
45.1 Cuaca cerah di lautan.
45.2 Cuaca berubah. Ombak
menerjang.
45.3 Penumpang panik.
45.4 Tokoh Aku dan teman-temannya
berpegangan tangan dan berdoa kepada Tuhan.
45.5 Ombak mulai tenang.
45.6 Nakhoda meninjuk arah depan
dan berteriak.
46. Di Pulau Lanun
46.1 Sampai di Gua rumah Tuk Bayan
Tula.
46.2 Tokoh Aku merasa takut.
46.3 Socientiet dikejutkan engan
kedatangan Tuk Bayan Tula.
46.4 Mahar dan Flo meminta agar
lulus ujuan.
46.5 Tuk memberi segulung kertas.
47. Di kelas
47.1 Mahar dan Flo sangat senang.
48. Di luar kelas
48.1 Mahar berpidato.
48.2 Mahar dan Flo membuka
gulungan.
49. Di bawah Pohon Filicium
49.1 Kesembilan anak itu berdebat
dengan Samson mengenai film Pulau Putri.
50. Di
MPB
50.1 Kesepuluh anak itu ketakutan karena mereka
tidak mengerti bahwa film Pulau Putri tersebut adalah film genre horror.
51. Di
kelas
51.1 Kesembilan anak itu masih
memperdebatkan tentang adegan dalam film Putri Pulau tersebut.
51.2 Dua hari Lintang tidak
bertemu dengan teman – temannya menciptakan pertanyaan yang beragam.
51.3 Empat hari sejak
menghilangnya Lintang, teman-temannya merasakan kehilangan dan cemas. Dan
mengatakan kerinduannya terhadap lintang tersebut.
51.4 Kelas menjadi sepi
dikarenakan ketidakhadirannya lintang dan jawaban-jawaban cerdasnya, suasana
kelas menjadi semakin hening dan sepi.
51.5 Beberapa hari setelahnya
muncul seorang pria tua membawakan surat kepada Bu Mus. Isi dari surat tersebut
adalah “ayahku telah meninggal, besok aku akan kesekolah” Lintang.
51.6 Dikarenakan kondisi keuangan
yang kurang mencukupi, empat bulan sebelum kelulusan SMP. Lintang pergi dari
sekolah tempat ia dimana menimba ilmu selama hampir sembilan tahun.
51.7 Ketika datang keesokan
harinya, wajah lintang tampak hampa putus asa terhadap keputusan keluar dari
sekolah tersebut. Merekasemua saling berisak tangis dan tidak sanggup
menghadapi permasalahan tersebut, begitu juga bu Mus.
52. Di
sebuah tempat di Pulau Balitong
52.1 Pasangan pria dan wanita
menghampiriku.Wanita itu marah kepadaku karena surat restitusi bea masuk
lukisan dari luar negeri yang dikirim oleh kantor Duane terlambat ia terima.
Semua ini kesalahanku karena aku lalai dalam mensortir surat tersebut.
52.2 Dalam jangka satu minggu ini,
telah tiga kesalahan yang aku perbuat. Aku seorang manusia, overload dengan
beban pekerjaanku.
52.3 Pagi sekali, seorang madam
menghampiriku dan memarahiku. “ Hoe vaak
moet ik je dat nog zeggen”.
52.4 Perginya madam, rencana yang
telah aku buat selama bertahun –tahun tidak menjadi apa apa. Menjadi penulis
bukan, pemain bulu tangkispun juga bukan. Hanya bisa menjadi tukang sortir
surat.
52.5 Pada suatu dini hari, ketika
hujan deras, aku menumpuk empat bendel master tulisanku beserta enam buah
disket. Aku ikat dan beri pemberat dan aku lari kejembatan semper kemudian aku
membuang tulisanku di sungai ciliwung tersebut.
52.6 Aku melarikan diri disebuah
desa cantik, yang belasan tahun lalu aku kenal daerah ini. Aku memanggil tempat
ini Edensor.
52.7 Tokoh “Aku” berdoa kepada
tuhan untuk memberikannya pekerjaan apapun selain menjadi tukang pos. Baginya
tukang pos bukannya perkerjaan yang bagus.
52.8 Eryn Resvaldya Novella, satu
satunya hiburan dalam kehidupanku.
Melihatnya setelah lelah seharian bekerja membuat penatku tiba – tiba
hilang begitu saja.
52.9 Ayah Eryn terkena PHK.
Membuatku ingat akan sosok lintang. “Aku” berharap bisa membantunya untuk
membiayai kuliahnya.
52.10 Eryn sedang menunggu jawaban
atas proposal skripsinya yang berulang kali. Karena dari semua proposal yang ia
lampirkan. Tidak ada satupun yang layak untuk disidang dalam skripsi tersebut.
52.11 Eryn mendapatkan judul untuk
skripsinya.Namun, terkendala kasus yang ingin ia amati. Suatu hari “Aku”
menemukan surat ditujukan kepada Eryn. Surat tersebut tertulis dari salah satu
staf di Rumah Sakit Jiwa Sungai Liat.
53. Di
Rumah Sakit Jiwa Sungai Liat
53.1 Sungai Liat, disana ia
memintaku menemaninya dalam penelitiannya tersebut. Zaal batu, itu nama yang
orang belitong beri kepada rumah sakit jiwa sungai liat tersebut. Sekalian aku
pulang kampung.
53.2 Sore itu Ketika kami tiba di
Zaal Batu. Suara Adzan ashar bersautan sautan lalu sepi yang mencekam. Memasuki
Gedung tua berwarna putih. Melewati selasar panjang belantai ubin tua berwarna
coklat yang bermotif jajaran genjang simetris.
53.3 Mereka bertemu dengan
perawat, kemudian perawat tersebut mengantarkan mereka keruang staf rumah sakit
tersebut. Eryn. Aku melihatnya tak berani jauh dari perawat tersebut.
53.4 Melewati ruang ruang pasien
tersebut. Tokoh “Aku” Merasa kasihan dengan mereka sendiri, terlebih – lebih
merasa kasihan dengan dirinya sendiri.
53.5 Berada disebuah ruangan baru.
Mereka bertemu dengan seorang pria berusia enam puluh tahun. Beliau mendekat
dan tersenyum. Profesor Yan namanya.
53.6 Profesor Yan menjelaskan”Mother Complex” yang diderita pasiennya. Hampir lebih dari
enam tahun ia dan ibunya berada dalam rumah sakit jiwa tersebut.
53.7 Profesor Yan membimbing kami
menyusuri lorong hingga berada didepan sebuah pintu paling ujung di bangunan
rumah sakit tua tersebut.
53.8 Beliau membukakan pintu
tersebut. Namun, Tokoh “Aku” ragu apakah dirinya harus ikut masuk bertemu
dengan pasien yang dijelaskan prof. Yan atau memilih tinggal menunggu diluar
ruangan. Namun Profesor terlanjur membukakan pintu.
53.9 Mereka bertemu dengan
pasangan ibu dan anak yang mengalami gangguan mental yang hebat. Mereka seakan
memelas, momohon agar diselamatkan.
53.10 Eryn melakukan wawancara
pendahuluan selama kurang lebih satu setengah jam kepada kedua pasien malang
itu.
53.11 Setelah wawancara tersebut
selesai. Aku berpamitan kepada pasangan ibu dan anak tersebut.
53.12 Ketika “Aku” menuju untuk
menutup pintu. Terdengar “Tokoh Aku” dari arah belakang. Sentak Prof Yan, Eryn,
Suster, dan akupun menoleh kebelakang dan mencari dari mana asal suara itu
berasal.
53.13 Suara itu berasal dari
pasangan ibu dan anak tadi.Karena sosoknya hampir tidak bisa dikenali lagi.
Tokoh aku kesulitan mencari tahu siapa mereka. Ternyata yang memanggilnya
adalah Teman kecilnya sewaktu SD. Trapani dan Ibunya.
54. Di
toko Sinar Harapan
54.1 Toko Sinar Harapan tak banyak
berubah, masih sama seperti dulu. Di toko tersebut ada seorang pria berbadan
kekar dengan wajahnya ramahnya. Dia salah satu penjaga dari toko tersebut.
54.2 Aku kembali ketoko Sinar
Harapan. Disana aku mengingat kenangan yang dimilikinya dengan toko ini.
54.3 Terlepas dari tempat yang
begitu banyak kenangannya. Aku tumbuh di bogor dengan titik terendah.
54.4 Seminggu setelah bukuku
kulempar disungai. Aku membaca pengumuman beasiswa pendidikan lanjutan sekolah
asing.
54.5 Tokoh aku kemudian menyusun
rencana-C. Yaitu ingin melanjutkan sekolahnya.
54.6 Tokoh aku bertekad untuk
mendapatkan beasiswa tersebut. Baginya beasiswa itu adalah tiket untuk
meninggalkan kehidupannya yang lama. Sebagai tukang sortir di kantor.
54.7 Tes demi tes telah dilalui
tokoh aku hingga pada tes terahkir yang berupa wawancara. Seorang mantan
menteri yang gemar merokok yang menjadi penanyaku.
54.8 Setelah melihat resumeku, ia
tertarik dengan resumeku. Dan ia tertarik juga dengan penelitianku
54.9 Tokoh aku bercerita tentang
temannya bernama A-Kiong yang memeluk
agama islam dan mengganti namanya dengan Muhammad Jundullah Gufron Nur Zaman.
54.10 Tokoh Gufron yang menikah
dengan sahara serta membuka sebuah toko kelontong yang bernama Sinar Perkasa
dan dibantu oleh seorang kuli yang bernama Samson.
55. Di
rumah tokoh Aku
55.1 Sesampainya dirumah ia
bertemu dengan ibunya dan pergi melihat proyek disana.
56. Di
tempat pembuatan proyek
56.1 Ditempat proyek tersebut ia
bertemu dengan teman lamanya. Lintang. Kini lintang seorang supir kelas bawa,
yang kesehariannya tidak pernah tercukupi.
57. Di
tempat peluncuran novel Mahar
57.1 Mahar Alhan bin Jumadi ahlan,
sahabat lamaku yang lebih dikenal dengan Mahar. Meluncurkan bukunya hari ini,
novel tentang persahabatan yang sama indah.
57.2 Selain diriku, ada Nurzaman, Bu Mus, Pak Harfan,
serta Kucai yang hadir dalam peluncuran novel milik Mahar tersebut.
57.3 Setelah acara peluncuran
buku. Mereka mengunjungi ibu Tokoh Aku untuk bersilahturahmi.
57.4 Mereka juga bertemu dengan
trapani. Bekas pasien rumah sakit jiwa yang sudah boleh diijinkan pulang oleh
profesor Yan. Keadaannya membaik setelah bertemu dengan Tokoh Aku.
58. Di
rumah tokoh Aku
58.1 Mereka menanyakan kabar Tokoh
Aku. Ibu Tokoh Aku pun menjawab dengan keramahan, dan tak jarang ia berkata
rindu terhadap anaknya Tokoh Aku.
58.2 Disana mereka membuka surat
dari ical yang isinya sebuah foto ical dengan kegiatan mahasiswa disana. Dalam
foto itu ia berpose dengan ciri khas “Gothic”
58.3 Ibunya sempat geram melihat
ical yang berdandan tak karuan seperti itu, dan mahar dan yang lain pun
ketakutan ketika ibu ical mengepalkan tangannya serta mengacungkan pisau antip
miliknya.
58.4 Pendapatku adalah wajahnya
itu persis benar dengan wajah orang yang sama sekali tidak pernah shalat. Kata
Kucai. Semua menjadi tertawa terbahak tidak karuan.
- Latar
A. Tempat
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini
adalah di sebuah sekolah bernama SD Muhammadiyah yang terletak di Desa Gantung,
Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan.Namun, ada pula yang
latarnya adalah di rumah, pohon, gua, tepi pantai, pasar dan lain-lain tapi
masih di kawasan Belitong.
-
Di sekolah
“seluruh hadirin terperanjat karena trapani
berteriak smabil menunjuk kepinggir lapangan rumput luas halaman sekolah itu “
(LP, 2006 : 6)
-
Di bawah pohon
“kucai mengangkangi dahan tertinggi, sedangkan
sahara, satu-satunya betina dalam kawanan itu ,bersilnang kaki di atas dahan
terendah “ (LP, 2006 : 159)
-
Di gua
“ kami terus merambah masuk sampai
beratus-ratus meter tapi tak menemukan tanda-tanda gua itu akan berakhir “(LP,
2006 : 396)
-
Di rumah
“kotak kapur yang ada tulisan pesang Aling itu
kusimpan dikamarku seperti benda koleksi yang bernilai tinggi “ (LP, 2006
: 258)
- Suasana
-
Menyenangkan
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan
suasana senang ialah saat tim cerdas cermat SD Muhammadiyah berhasil
memenangkan pertandingan.
“Ketika lintang mengangkat tinggi-tinggi trofi
besar kemenangan”( LP, 2006 : 384)
-
Menegangkan
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan
suasana cemas ialah saat Pak Harfan, Bu Muslimah dan calon murid SD
Muhammadiyah beserta orang tua yang menunggu untuk menggenapkan calon siswa
yang mendaftar agar sekolah tidak ditutup.
“suasana kelas menjadi tegang, kami harap
mahar segera meminta maaf dan menyatakan pertobatan tapi sungguh sial, ia malah
menjawab dengan nada bantahan”( LP, 2006 : 351)
-
Menyedihkan
Salah satu penggalan cerita yang menggambarkan
suasana sedih ialah saat Ikal, teman-temannya dan Bu Muslimah berpisah dari
Lintang yang memutuskan berhenti sekolah karena harus mengurusi keluarga yang
ditinggal mati ayahnya.
“aku tak sanggup menatap wajah nya yang
pilu dan kesedihanku yang mengharu biru telah mencurahkan habis air
mataku, tak dapat aku tahan tahan sekuat apapun aku berusaha “ (LP, 2006
: 433)
- Waktu
-
Pagi hari
“bagiku pagi itu adalah pagi yang tak
terlupakan “ (LP, 2006 : 14)
-
Sore hari
“situasi makin kacau ketika sore itu berita
kunjungan burung pelintang menyebar ke kampong dan beberapa nelayan batal
melaut” (LP, 2006 : 187)
-
Malam hari
"malam ini kami menginapdi masjid
al-hikmah karena subuh nanti kami mempunyai acara seru ,yaitu naik gunung “
(LP, 2006 : 285)
- Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan dalam novel ini
adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama karena dalam penceritaan novel
penulis menggunakan kata ‘aku’. Tokoh‘aku’ dalam novel ini diceritakan paling
dominan sehingga si tokoh ‘aku’ dapat dikatakan sebagai tokoh atau pelaku
utama.
- Gaya Bahasa
Penulis memakai gaya bahasa campuran Karena
penulis masih memakai bahasa-bahasa asing (memakai kata serapan)
Kutipan Novel:
“Papilio blumei, kupu-kupu tropis yang menawan
berwarna hitam bergaris biru-biru itu mengunjungi pucuk ficilium” (LP,
2006 : 157 )
- Amanat
a. Jangan mudah menyerah oleh keadaan (jangan
putus asa).
b. Jauhi sifat pesimis.
c. Sebagai guru haruslah dengan ikhlas mengajar
dan berdedikasi tinggi terhadap pendidikan.
d. Jangan mudah menyerah oleh keadaan (jangan
putus asa).
e. hiraukan orang yang menggangumu, teruslah
berjalan jika menurutmu itu benar.
f. Dari bersekolah dengan sungguh-sungguh
cita-cita akan tercapai walaupun dengan usaha dan perjuangan yang sulit.
g. Hidup ini dapat kita lalui dengan bahagia
apabila kita semangat dalam menjalankan kewajiban kita, dan sabar dalam
menghadapi cobaan
IV.
Unsur
Ekstrinsik Novel Laskar Pelangi
Unsur-unsur
yang terdapat dalam novel Laskar Pelangi
dipengaruhi oleh latar belakang yang cukup banyak, yakni:
1.
Latar
Belakang Tempat Tinggal
Lingkungan
tempat tinggal pengarang mempengaruhi psikologi penulisan novel. Apalagi novel
“Laskar Pelangi” merupakan adaptasi dari cerita nyata yang dialami oleh
pengarang langsung. Letak tempat tinggal pengarang yang jauh berada di Desa Gantung,
Kabupaten Gantung, Belitong Timur, Sumatera Selatan ternyata benar-benar
dijadikannya latar tempat bagi penulisan novelnya.
2. Latar Belakang Sosial dan Budaya
Pada novel
ini banyak sekali unsur-unsur sosial dan budaya masyarakat yang bertempat
tinggal di Belitong. Adanya perbedaan status antara komunitas buruh tambang dan
komunitas pengusaha yang dibatasi oleh tembok tinggi merupakan latar belakang
sosial. Dimana interaksi antara kedua komunitas ini memang ada dan saling
ketergantungan. Komunitas buruh tambang memerlukan uang untuk melanjutkan
kehidupan, sedang komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh tambang
untuk menjalankan usaha mereka.
3. Latar Belakang Religi (agama)
Latar
belakang religi atau agama si pengarang sangat terlihat seperti pantulan cermin
dalam novel “Laskar Pelangi” ini. Nuansa keislamannya begitu kental. Dalam
beberapa penggalan cerita, pengarang sering kali menyelipkan
pelajaran-pelajaran mengenai keislaman.
4. Latar
Belakang Ekonomi
Sebagian
masyarakat Belitong mengabdikan dirinya pada perusahaan-perusahaan timah.
Digambarkan dalam novel bahwa Belitong adalah pulau yang kaya akan sumber daya
alam. Namun tidak semua masyarakat Belitong bisa menikmati hasil bumi itu. PN
memonopoli hasil produksi, sementara masyarakat termarginalkan di tanah mereka
sendiri. Latar belakang ekonomi dalam novel ini diambil dari kacamata
masyarakat belitong kebanyakan yang tingkat ekonominya masih rendah. Padahal
sumber daya alamnya tinggi.
5. Latar Belakang Pendidikan
Dalam novel
ini terkandung banyak sekali nilai-nilai edukasi yang disampaikan pengarang.
Pengarang tidak hanya bercerita, tapi juga menyajikan berbagai ilmu pengetahuan
yang diselipkan di antara ceritanya. Begitu banyak cabang ilmu
pengetahuan yang diselipkan antara lain seperti sains (fisika, kimia, biologi,
astronomi). Pengarang gemar sekali memasukkan istilah-istilah asing ilmu
pengetahuan yang tertuang dalam cerita. Ini menandakan bahwa pengarangnya
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari novel yang dibuat oleh
Andre Hirata ini, memberikan beberapa pelajaran hidup yang penting, salah
satunya kita harus benar-benar menghargai hidup, menghargai semua pemberian
Tuhan, tidak pantang menyerah
bila menginginkan sesuatu, dan tidak ada yang tidak mungkin asalkan kita mau
dan berusaha.
Novel
ini memberikan amanat yang sangat banyak dan mampu dijadikan sebagai pedoman
yang dapat ditiru dikehidupan saat ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. alfianjaelani.blogspot.com
diakses pada 24 Mei pukul 11.19 WIB. Online
Anonim. awulans.wordpress.com diakses
pada 23 Mei pukul 6.10 WIB. Online
Depdik. novel kbbi.web.id diakses
pada 23 Mei 2015 pukul 6.29 WIB. Online.
Hirata, Andrea. 2005. Laskar
Pelangi. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar