Austin telah membedakan tiga jenis tindak ujar atau speech acts dalam bukunya yang berjudul
“How to Do Things with Words” pada
tahun 1962, yaitu: tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Berikut
penjelasan lebih detailnya:
1.
Tindak Lokusi ( Locutionary Act)
Tindakan Lokusi adalah kalimat yang diucapkan
sesuai dengan apa yang terdapat di dalam kamus dan menurut kaidah sintaksisnya.
Tindakan lokusi bermakna literal. (Tarigan, 1994:109) mendefinisikan tindak
lokusi sebagai melakukan tindakan untuk
mengatakan sesuatu, contoh: a mengatakan kepada b bahwa X. X adalah kata-kata tertentu yang diucapkan dengan suatu makna dan acuan tertentu.
Tidak tutur lokusi
adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu; tindak mengucapkan
sesuatu dengan kata dan makna kalimat sesuai dengan makna kata itu di dalam
kamus dan makna kalimat itu menurut kaidah sintaksisnya (Gunarwan dalam Rustono,
1999: 37). Fokus lokusiadalah makna tuturan yang diucapkan, bukan
mempermasalahkan maksud atau fungsi tuturan itu. (Rahardi, 2003: 71) mendefinisikanbahwa
lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Lokusi dapat
dikatakan sebagai the act of saying something. Tindak lokusi merupakan tindakan yang paling mudah diidentifikasi
karena dalam pengidentifikasiannya tidak memperhitungkan konteks tuturan
(Rohmadi, 2004: 30).
Contoh tindak tutur
lokusi:
a.
“badan saya lelah
sekali”
Penutur
tuturan ini tidak merujuk kepada maksud tertentu kepada mitra tutur. Tuturan
ini bermakna bahwa si penutur sedang dalam keadaan lelah yang teramat sangat,
tanpa bermaksud meminta untuk diperhatikan dengan cara misalnya dipijit oleh si
mitra tutur. Penutur hanya mengungkapkan keadaannya yang tengah dialami saat
itu.
b.
“Sandy bermain gitar”.
Kalimat
ini dituturkan semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan
sesuatu apalagi untuk memengaruhi lawan tuturnya.
c.
“Tomorrow is a
holiday”.
Kalimat
tersebut dituturkan hanya sekedar dituturkan bahwa besok adalah hari libur
tanpa ada indikasi untuk mengajak mitra tutur untuk berlibur, ataupun maksud
dan tujuan lain.
d.
“Iki Bulik Rum, bakal
garwane Paklik Heru”.
Tuturan
tersebut diutarakan semata-mata untuk menginformasikan bahwa Buklik Rum sebagai
calon istri Paklik Heru. Tuturan tersebut tanpa bermaksud untuk melakukan
sesuatu, apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya.
2.
Tindak Ilokusi (Ilocutionary Act)
Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang
mengandung maksud. (Leech, 1993:316) mendefinisikan tindak ilokusi sebagai
melakukan tindakan dalam mengatakan
sesuatu, contoh: Dalam mengatakan X, pembicara
menyatakan bahwa P.
Tindak
tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung daya untuk melakukan tindakan
tertentu dalam hubungannya dengan mengatakan sesuatu (an act of
doing somethings in saying somethings). Tindakan tersebut seperti janji, tawaran, 10 atau pertanyaan yang terungkap dalam tuturan. Moore (dalam Rusminto, 2010: 23) menyatakan bahwa tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang sesungguhnya atau yang nyata yang diperformansikan oleh tuturan, seperti janji, sambutan, dan peringatan. Mengidentifikasi tindak ilokusi lebih sulit jika dibandingkan dengan tindak lokusi, sebab pengidentifikasian tindak ilokusi harus mempertimbangkan penutur dan mitra tuturnya, kapan dan di mana tuturan terjadi, serta saluran apa yang digunakan. Oleh sebab itu, tindak ilokusi merupakan bagian penting dalam memahami tindak tutur.
doing somethings in saying somethings). Tindakan tersebut seperti janji, tawaran, 10 atau pertanyaan yang terungkap dalam tuturan. Moore (dalam Rusminto, 2010: 23) menyatakan bahwa tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang sesungguhnya atau yang nyata yang diperformansikan oleh tuturan, seperti janji, sambutan, dan peringatan. Mengidentifikasi tindak ilokusi lebih sulit jika dibandingkan dengan tindak lokusi, sebab pengidentifikasian tindak ilokusi harus mempertimbangkan penutur dan mitra tuturnya, kapan dan di mana tuturan terjadi, serta saluran apa yang digunakan. Oleh sebab itu, tindak ilokusi merupakan bagian penting dalam memahami tindak tutur.
Contoh:
a. “Saya tidak pergi”.
Tuturan ini terjadi pada hari minggu pada saat penutur menelpon
mitra tutur dan pada saat itu sedang dalam keadaan hujan. Penutur memiliki
janji kepada mitra tutur untuk pergi bersama. Tuturan ini tidak hanya sebagai
sebuah pemberitahuan semata, tetapi ada maksud lain yang dikehendaki penutur.
Penutur sebenarnya ingin meminta maaf kepada mitra tutur karena membatalkan
janji untuk pergi bersama dikarenakan hujan. Informasi yang diberikan penutur
sebenarnya kurang begitu penting karena besar kemungkinan mitra tutur juga
tidak bisa pergi karena di daerah mitra tutur juga sedang hujan seperti yang
terjadi di daerah si penutur.
b. “Mind your head”.
Tuturan tersebut dituturkan ketika berada di dalam gua. Tuturan
ini bertujuan untuk mengingatkan penutur bahwa atap gua rendah dan agar mitra
tutur membungkuk atau merunduk ketika melewatinya.
c. “Maem, Bu!”
Tuturan di atas tidak hanya digunakan untuk menginformasikan sesuatu
saja, melainkan juga melakukan sesuatu. Tuturan tersebut dituturkan oleh
seorang anak kepada ibunya dengan maksud untuk meminta makan.
3.
Tindak Perlokusi (Perlocutionary Act)
Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang
pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur. Tarigan (1994:109)
mendefinisikan tindak perlokusi sebagai melakukan suatu tindakan dengan mengatakan sesuatu, contoh:
Dengan mengatakan X, pembicara
meyakinkan penyimak bahwa P.
Tindak
tutur perlokusi adalah efek atau dampak yang ditimbulkan oleh tuturan terhadap
mitra tutur, sehingga mitra tutur melakukan tindakan berdasarkan isi tuturan.
Levinson (dalam Rusminto, 2010: 23) menyatakan bahwa tindakan perlokusi lebih
mementingkan hasil, sebab tindak ini dikatakan berhasil jika mitra tutur
melakukan sesuatu yang diinginkan oleh penutur.
Contoh:
a.
“Kemarin saya sangat
sibuk”.
Tuturan tersebut diutarakan seseorang
yang tidak dapat menghadiri undangan rapat kepada orang yang mengundangnya.
Kalimat ini mengandung tindak ilokusi memohon maaf, da tidak perlokusi (efek)
harapan adalah orang yang mengundang dapat memakluminya.
b.
“Mind your head”.
Tuturan tersebut diucapkan ketika
berada di dalam gua, dimana tindak tutur ilokusinya adalah memperingatkan mitra
tutur agar berhati-hati karena atap gua yang rendah dan tindak tutur
perlokusinya adalah tindak waspada yang dilakukan oleh mitra tutur (menunduk).
c. “Aku
lali nggawa dhuwit.”
Tuturan
tersebut diucapkan oleh seorang anak kepada temannya, dimana tindak tutur
ilokusinya adalah untuk meminjam uang kepada mitra tutur dan tindak tutur
perlokusinya adalah agar temannya tersebut memaklumi dan meminjamkan uang.
·
Lokusi dan Ilokusi
Gambar di atas memperlihatkan
ilokusi dan lokusi sebagai tujuan, bukan sebagai tindakan. Tindak lokusi hanya
dapat terlaksana bila sekuensi kegiatan 2-3-4-5 terjadi, sehingga dengan
demikian penutur dapat mendekode pesan dengan baik. Begitu juga dengan tindak
ilokusi hanya akan dapat terlaksana bila sekuensi 1-2-3-4-5-6 terjadi.
·
Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi
Gambar diatas menjelaskan bahwa,
misalkan:
tindak perlokusi digambarkan oleh
sekuensi kejadian 1-2-3-4-5-6-7-8,
tindak ilokusi digambarkan oleh
sekuensi kejadian 2-3-4-5-6-7, dan
tindak lokusi digambarkan oleh
sekuensi kejadian 3-4-5-6
·
Ilokusi dan perlokusi
Perbedaaan
antara Ilokusi dan perlokusi dapat dilihat dalam contoh kalimat berikut ini:
a.
Sir
Bors tried to report to the king that
the battle was lost
(Tuan Bors mencoba melaporkan
kepada raja bahwa mereka kalah dalam perang)
Interpretasi kalimat diatas adalah Tuan Bors mungkin tidak dapat
menemukan raja atau tidak dapat bertemu dengan raja (terjadi kegagalan ilokusi
karena kurangnya “kondisi masukan atau keluaran”.
b.
Sir
Bors tried to tell the king that the
battle was lost
(Tuan Bors mencoba mengatakan kepada raja bahwa mereka kalah dalam
perang)
Interpretasi kalimat diatas adalah bahwa Tuan Bors dapat bertemu dengan
raja tetapi tidak berhasil membuat raja mempercayai kebenaran berita tersebut
(terjadi kegagalan perlokusi)
Klasifikasi Speech Acts pada Verba Ilokusi
1)
Verba Representatif/Asertif
Tindak tutur
asertif, yakni ilokusi di mana penutur terikat pada kebenaran preposisi yang diungkapkan,
misalnya menyatakan, mengusulkan, membual, mengemukakan pendapat, melaporkan.
Contoh:
a.
“Bagaimana kalau
liburan tahun ini kita ke Lombok”.
Tuturan tersebut merupakan usulan untuk
memberitahukan mitra tutur bahwa penutur mengusulkan suatu tempat yang penutur
ketahui, tempat tersebut merupakan tempat wisata yang indah.
b.
“Adik selalu unggul di
kelasnya”.
Tuturan tersebut menginformasikan
keberanaran atau fakta dari penutur. Penutur bertanggung jawab bahwa tuturan
tersebut memang fakta dan dapat dibuktikan karena si adik rajin belajar dan
selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya.
2)
Verba Direktif
Tindak tutur direktif, yaitu ilokusi yang bertujuan
menghasikan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur, (tindak
ilokusi ini oleh Leech disebut dengan tindak tutur ilokusi impositif), seperti memesan,
memerintah, 13
meminta, merekomendasikan, dan menasihati. Berikut uraian mengenai jenis tindak tutur direktif.
meminta, merekomendasikan, dan menasihati. Berikut uraian mengenai jenis tindak tutur direktif.
a.
Meminta
Minta berarti berharap supaya diberi
atau mendapat sesuatu (Poerwadarminta, 2006: 769). Jadi, tuturan meminta
dikemukakan agar mitra tutur memberi sesuatu (yang dimintai). Contoh:
“Mita mau buah”.
Tuturan tersebut terjadi pada pagi
hari, saat sedang menonton televisi. Tuturan tersebut dituturkan oleh penutur
bernama Mita (Seorang anak) kepada mitra tutur yakni kakaknya. Tuturan ini
termasuk tuturan meminta sesuatu kepada mitra tuturnya berupa sebuah permintaan
agar kakaknya memberi buah kepada Mita.
b.
Memerintah
Perintah berarti perkataan yang
bermaksud menyuruh melakukan sesuatu; sesuatu yang harus dilakukan. Memerintah
berarti memberi perintah; menyuruh melakukan sesuatu (Poerwadarminta, 2006:
876). Jadi, tuturan memerintah dikemukakan agar mitra tutur melaksanakan atau
mengerjakan apa yang diinginkan pembicara. Contoh:
“Minum, sana!”
Tuturan tersebut terjadi pada malam
hari, ketika sang adik sedang berbaring di tempat tidur sambil makan keripik
bersama kakaknya. Lalu, sang kakak memerintahkan sang adik untuk mengambil
minum karena adiknya kepedasan saat memakan keripik. Tuturan tersebut termasuk
tuturan memerintah mitra tutur untuk melakukan sesuatu berupa sebuah tindakan
yakni tindakan sang adik mengambil minum karena diperintah kakaknya.
c.
Memesan
Memesan berarti memberi pesan
(nasihat, petunjuk, dan sebagainya) (Poerwadarminta, 2006: 883). Jadi, tuturan
memesan dikemukakan untuk memberi pesan kepada orang lain. Contoh:
“Pesan Ayah, kau bangun subuh”.
Tuturan tersebut terjadi di malam
hari, dituturkan kepada ayah yang akan pergi ke luar kota kepada anak
laki-lakinya. Tuturan ini bukan hanya sebuah pesan agar sang anak harus bangun
subuh, melainkan keinginan sang ayah agar anaknya salat subuh setiap hari.
d.
Menasihati
Nasihat berarti ajaran atau
pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan, teguran) yang baik. Menasihati
berarti memberi nasihat (Poerwadarminta, 2006: 795). Jadi, tuturan menasihati
dikemukakan untuk memberi nasihat, anjuran kepada orang lain. Contoh:
“Kalau mau pintar harus rajin ke
perpustakaan”.
Tuturan tersebut terjadi pada siang
hari, dituturkan kepada seorang guru kepada murid-muridnya saat belajar di
kelas. Tuturan tersebut berisi nasihat kepada murid kalau ingin pintar harus
rajin ke perpustakaan. Guru menginginkan murid-muridnya rajin membaca dan
mengisi waktu luang dengan berkunjung ke perpustakaan.
e.
Merekomendasikan
Rekomendasi berarti hal minta
perhatian bahwa orang yang disebut dapat dipercaya, baik (biasa dinyatakan
dengan surat); penyuguhan; saran yang menganjurkan (membenarkan ; menguatkan).
Merekomendasikan berarti memberikan rekomendasi; menasihatkan; menganjurkan
(KBBI, 2008: 1158). Jadi, tuturan merekomendasikan dikemukakan untuk memberikan
rekomendasi dan memberitahukan kepada seseorang atau lebih bahwa sesuatu yang
dapat dipercaya. Contoh:
“Saya sebagai ketua komisi telah
merekomendasikan pembentukan Dewan Pengurus Keuangan”.
Tuturan tersebut diungkapkan oleh
penutur untuk merekomendasikan pembentukan Dewan Pengurus Keuangan.
3)
Verba Komisif
Tindak
Tutur komisitif, yakni ilokusi di mana penutur terikat pada suatu tindakan di
masa depan, misalnya menjanjikan, menawarkan, berkaul. Contoh:
a. “Adik mau dibelikan apa jika kakak sudah bekerja
nanti?”
Tuturan tersebut berupa komisif
penawaran, dimana tuturan tersebut si penutur terikat suatu tindakan di masa
depan berupa penawaran akan membelikan sesuatu.
b. “Saya sanggung melaksanakan amanah ini dengan
baik”.
Tuturan tersebut mengikat penuturnya
untuk melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut membawa
konsekuensi kepada si penutur untuk memenuhi apa yang telah ia tuturkan.
4)
Verba Ekspresif
Tindak
tutur ekspresif, yakni ilokusi yang berfungsi untuk mengungkapkan sikap
psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya
mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, berbela
sungkawa.
Contoh:
a. “Saya turut berbelasungkawa atas meninggalnya kakek Anda”.
Tuturan tersebut berupa ilokusi ekspresif yang
mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam
ilokusi.
b. “Sudah kerja keras mencari uang, tetap saja hasilnya tidak bisa
mencukupi kebutuhan keluarga”.
Tuturan tersebut merupakan tindak tutur ekspresif
mengeluh yang dapat diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang ditururkannya,
yaitu usaha mencari uang yang hasilnya selalu tidak bisa memenuhi kebutuhan
hidup keluarga.
5)
Verba Deklarasi
Tindak tutur deklaratif,
yakni ilokusi yang digunakan untuk memastikan kesesuaian antara isi proposisi
dengan kenyataan, misalnya membaptis, memecat, 17 memberi nama, menjatuhkan
hukuman, mengangkat. Contoh:
a. “Mulai besok, silahkan Anda angkat kaki dari perusahaan ini”.
Tuturan tersebut merupakan
tindak ilokusi deklaratif, yakni ilokusi yang digunakan untuk memastikan
kesesuaian antara isi proposisi dengan kenyataan. Tuturan ini berupa tuturan
pemecatan yang disampaikan kepala perusahaan kepada bawahannya.
b. “Ibu tidak jadi membelikan adik mainan”.
Tuturan tersebut merupakan
tindak ilokusi deklaratif, yakni ilokusi yang digunakan untuk membatalkan
tuturan sebelumnya.
Tabel 1. Detail deskripsi tindak
tutur
No
|
Speech Acts
|
Description
|
Verb associated with speech acts
|
Example
|
1
|
Assertives
|
Statements
that can be verified as true or false
|
Assert,
claim, affirm, assure, inform, predict, report, suggest, insist, hypothesize,
swear, admit, confess, blame, praise
|
I assure you that we will meet our
budget goals in 2001
|
2
|
Directives
|
Statements
that call upon the listener to do something
|
Direct,
request, ask, urge, demand, command, forbid, suggest, insist, recommend,
implore, beg
|
I urge to you vote against this
resolution
|
3
|
Commisives
|
Statements
that commit to a course of action
|
Promise, vow,
pledge, swear, consent, refuse, assure, guarantee, contract, bet
|
I assure that you will receive
more funding next year
|
4
|
Expressives
|
Statements
that express a psychological position about state of affairs
|
Apologize,
thank, condole, congratulate, complain, protest, compliment, praise, welcome
|
I compliment your achievement in
meeting your third quarter numbers
|
5
|
Declaratives
|
Statements
that through their utterance, perform an act
|
Fire,
pronounce, declare, appoint, confirm, endorse, renounce, denounce, name,
call, repudiate
|
I am firing you
|
Sumber: Searle (1979) and Searle and Vanderveken (1985)
Referensi
Austin,
J.L. 1962. How to Do Things with Words,
Cambridge, Mass: Havard U.P.
http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_ind_0707889_chapter2(1).pdf diakses pada 17 November 2016.
http://digilib.unila.ac.id/8448/13/BAB%20II.pdf diakses pada 17 November 2016.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124223-RB08A288a-Analisis%20turutan-Literatur.pdf diakses pada 17 November 2016.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18715/1/his-jan2007-23%20(5).pdf diakses pada 17 November 2016.
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3763/Bab%202.pdf?sequence=7 diakses pada 17 November 2016.
Leech,
Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Tarigan,
H.G. 1994. Pengajaran Pragmatik.
Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar