BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa sebagai alat komunikasi manusia
sebagai makhluk sosial tentu memiliki berbagai macam perbedaan dalam berbagai
segi. Misalnya menggunaan bahasa yang sama namun terdapat beberapa kata yang
berbeda, hal tersebut dilandasi oleh perbedaan wilayah, perbedaan sosial, dan
pengaruh bahasa-bahasa yang terdapat dalam tempat bahasa tersebut berkembang.
Penggunaan bahasa yang sama dan hanya
terdapat beberapa kata yang berbeda, dapat disebut dengan dialek. Sebuah bahasa
tidak langsung dapat disebut merupakan yang bahasa yang baru, jika memiliki
kesamaan dengan bahasa proto lebih dari 80%. Sehingga, bahasa yang hampir sama
tersebut lebih dikenal dengan sebutan dialek.
Dialek berasal dari kata Yunani dialektos yang berpadanan
dengan logat. Kata ini mula-mula digunakan untuk menyatakan sistem kebahasaan
yang digunakan oleh suatu masyarakat yang berbeda dari masyarakat lainnya yang
bertentangga tetapi menggunakan sistem yang erat hubungannya. Berdasarkan
etimologi, dialektolohi adalah ilmu yang mempelajari dialek atau ilmu yang
mempelajari variasi bahasa.
Dialektologi merupakan sebuah cabang dari kajian
linguistik yang timbul antara lain karena dampak kemajuan kajian linguistik
komparatif atau linguistik diakronis. Dialektologi juga dikenal dengan nama
geografi dialek atau geolinguistik.karena adanya penyempitan bidang kajian
dialektologi “ilmu tentang variasi bahasa” yang kini
menyempit menjadi telaah variasi bahasa secara spasial. Dalam dialektologi,
hasil akhir analisisnya secara dikronis mengacu pada prabahasa yang berupa
pemetaan bahasa sebgai visualisasi sehingga kebenarannya dapat diperiksa,
sedangkan linguistik bandingan, hasil akhirnya mengacu pada proto bahasa yang
berupa asumsi sebagai hasil rekonstruksi sehingga kebenarannya sulit dibuktikan.
Dalam makalah berjudul “Perbandingan Dialek Surabaya dan
Kediri: Kajian Dialektologi” ini, penulis akan menjabarkan mengenai hasil
perbandingan antara dialek Surabaya atau yang biasa dikenal dengan Boso
Suroboyoan dengan dialek Kediri yang biasa disebut dengan Boso Kediri. Kedua
dialek tersebut sesungguhnya menggunakan bahasa yang sama, yakni bahasa jawa
namun memiliki sedikit perbedaan karena pengaruh lokasi yang sejarah munculnya
dialek tersebut. Penulis mencoba menjabarkan kedua dialek tersebut untuk
memperlihatkan perbedaan dan persamaan antara kedua dialek yang merupakan ragam
dialek wilayah Jawa Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan
di atas, maka perlu dirumuskan masalah agar penelitian ini terarah dan mengana
pada tujuan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1.2.1 Bagaimana perbandingan antara Dialek Surabaya dan Dialek
Kediri?
1.2.2 Apa faktor yang melandasi perbedaan yang terdapat pada Dialek
Surabaya dan Dialek Kediri?
1.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yakni menggunakan metode analisis kualitatif. Mahsun (2005: 233) memaparkan
bahwa analisis kualitatif fokusnya pada penunjukan makna, deskriptif,
penjernihan, dan penempatan data dalam bentuk kata-kata daripada dalam
angka-angka. Pada penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatis yakni sebuah penelitian
hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada
penutur-penuturnya sehingga yang dihasilkan berupa potret atau paparan apa
adanya.
Arikunto (2002: 197) menyatakan bahwa
penelitian deskriptif meliputi metode pengumpulan data dan analisis data,
penerapan metode ini sesuai dengan cara linguistik dalam menangani masalah
kebahasaan. Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan analisis metode
deskriptif kualitatif dalam hasil analisis datanya yang membahas mengenai perbandingan Dialek
Surabaya dan Dialek Kediri.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan suatu penelitian adalah tercapainya
sasaran yang sesuai dengan harapan yang diinginkan. Tujuan dari penelitian ini
adalah
1.4.1 Untuk mengetahui perbandingan antara Dialek Surabaya dan
Dialek Kediri
1.4.2 Untuk mengetahui faktor yang melandasi perbedaan yang terdapat
pada Dialek Surabaya dan Dialek Kediri
BAB II
PEMBAHASAN
Dialek Surabaya dan Dialek Kediri
sesungguhnya berada dalam satu bahasa yakni Dialek Arek atau lebih dikenal
dengan Bahasa Arekan. Dialek Arekan
atau lebih sering dikenal sebagai bahasa
Arekan (Bahasa Jawa : basa Arekan) atau bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek
bahasa Jawa
yang dituturkan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan
oleh sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa
Suroboyoan dapat dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun demikian,
bahasa dengan tingkatan yang lebih halus masih dipakai oleh beberapa orang
Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas orang lain. Namun penggunaan bahasa
Jawa halus (madya sampai krama) di kalangan orang-orang Surabaya kebanyakan
tidaklah sehalus di Jawa Tengah terutama Yogyakarta
dan Surakarta
dengan banyak mencampurkan kata sehari-hari yang lebih kasar.
Bahasa Arekan sendiri tidak memiliki
batasan wilayah penggunaan yang jelas. Dialek Surabaya dan Dialek Kediri masuk
dalam satu rumpun Bahasa Arekan yang berada pada batas wilayah selatan bersama wilayah
Perak, Jombang, dan Malang. Sekalipun kedua dialek tersebut terdapat dalam
rumpun bahasa yang sama, tetapi keduanya memiliki logat yang berbeda serta
memiliki beberapa kata yang berbeda.
Perbandingan Kata dalam Dialek Surabaya dan Dialek Kediri
No.
|
Surabaya
|
Kediri
|
Arti/Makna
|
1
|
Gak/Ogak
|
Ora
|
Tidak
|
2
|
Wah
|
Peh
|
(Tidak terdapat arti, kata ini merupakan kata yang
biasanya ditambahkan dalam ucapan atau sebagai penekanan)
|
3
|
Koen/Awakmu
|
Kowe
|
Kamu
|
4
|
Tibakno
|
Ndelalah
|
Ternyata
|
5
|
Tetep
|
Panggah
|
Tetap
|
6
|
Mari
|
Bar
|
Selesai
|
7
|
-
|
Nda
|
(Sebagai penekanan di akhir kalimat)
|
8
|
-
|
Ye
|
(Sebagai penekanan di akhir kalimat)
|
9
|
Arek
|
Cah
|
Bocah (Anak Kecil)
|
10
|
Moro-moro
|
Ujug-ujug
|
Tiba-tiba
|
11
|
Pol
|
Jan
|
Sangat
|
12
|
-
|
No
|
(Sebagai penekanan di akhir kalimat)
|
13
|
Gorong
|
Gong
|
Belum
|
14
|
Yo Opo
|
Piye
|
Bagaimana
|
15
|
Mbujuki
|
Ngapusi
|
Berbohong
|
Ke-15 kata di atas merupakan beberapa kata
yang terlihat sangat berbeda antara Dialek Surabaya dan Dialek Kediri,
kata-kata dalam tabel hanyalah sebagian kecil kata dalam kedua dialek tersebut
yang dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan. Dari ke-15 kata tersebut tentu
dapat dibuktikan bahwa Dialek Surabaya dan Dialek Kediri walaupun terdapat pada
rumpun bahasa yang sama namun memiliki perbedaan dialek yang cukup mencolok.
Perbandingan Nada dalam Dialek Surabaya dan Dialek Kediri
Selain memiliki penggunaan kata yang
berbeda, perbedaan yang cukup mencolok yang lain adalah dalam hal intonasi atau
nada. Nada yang digunakan antara Dialek Surabaya dan Dialek Kediri sangat
berbeda, perbedaannya adalah sebagai berikut:
No.
|
Surabaya
|
Kediri
|
1
|
Sedikit tinggi dan tidak terdapat penekanan nada,
sehingga tidak terdengar khas dari segi nada.
|
Memiliki penenakan dalam nada (medok), sehingga
terdengar kekhasan dari segi nada.
|
2
|
Terdengar kasar, karena pengucapannya yang sedikit
cepat dan menggunakan intonasi yang tinggi.
|
Terdengar jauh lebih lembut, karena pengucapannya
diucapkan perlahan dan menggunakan bahasa yang tidak terlalu tinggi.
|
Faktor Pembeda Dialek
Pembeda
dialek terdiri dari lima macam perbedaan, yaitu :
·
Perbedaan fonetik :
perbedaan ini berada dibidang fonelogi dan biasanya pemakai dialek/ bahasa yang
bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut.
·
Perbedaan semantik :
dengan terciptanya kata-kata baru berdasarkan perubahan fonologi dan geseran
bentuk.
·
Perbedaan onomasiologis :
menunjukkan nama yang berbeda berdasarkan satu konsep yang diberikan dibeberapa
tempat yang berbeda.
·
Perbedaan semasiologis :
pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda.
·
Perbedaan morfologis :
terciptanya inovasi bahasa.
Selain lima perbedaan di atas, terdapat pembeda lain dari
segi wilayah yakni berdasarkan pengertian. Berdasarkan pengertian dialek
dibedakan sebagai berikut;
- Dialek
regional, cirri-cirinya dibatasi tempat. Misalnya dialeg melayu, manado.
- Dialek
sosial dipakai oleh kelompok sosial tertentu, misalnya dialeg wanita
jepang.
- Dialek
temporal adalah dialeg bahasa yang berbeda dari waktu ke waktu. Misalnya
dialeg melayu kuno, melayu klasik dan modern
Faktor-faktor di atas merupakan factor umum
pembeda dialek, jika dalam kasus Dialek Surabaya dan Dialek Kediri perbedaannya
disebabkan oleh:
·
Wilayah, sekalipun masih dalam
lingkup wilayah selatan keduanya tidak berada pada wilayah yang berdekatan
sehingga memiliki banyak perbedaan dari segi kata, makna, dan intonasi.
·
Dialek Kediri merupakan
percampuran antara Bahasa Arekan dan Bahasa Mataraman sehingga, dialek tersebut
memunculkan banyak kosakata Arekan maupun Mataraman.
BAB III
PENUTUP
Dialek Surabaya dan Dialek Kediri merupakan
dua dialek yang terdapat dalam kawsan Jawa Timur yang masih berada dalam rumpun
yang sama yakni rumpun Bahasa Arekan dan terdapat dalam batas wilayah yang sama
yakni wilayah selatan. Sekalipun kedua dialek tersebut terdapat dalam wilayah
yang sama namun kedua dialek tersebut tetap disebut sebagai dialek yang berbeda
karena memiliki beberapa perbedaan yang sangat mencolok, sehingga tidak dapat
dikatakan sebagai satu dialek yang sama.
Dialek Surabaya dan Dialek Kediri sama-sama
menggunakan bahasa Jawa, perbedaannya ada pada penyebaran kata-kata yang terdapat
di keduanya. Dialek Kediri merupakan percampuran antara Bahasa Arekan dan
Bahasa Mataraman.
DAFTAR PUSTAKA
http://aryaulilalbab-fkm12.web.unair.ac.id/artikel_detail-61121-Umum-Kosa%20Kata%20Asli%20Kediri.html
diakses pada 22 Oktober 2017.
http://informasipengetahuan.blogspot.co.id/2015/09/perbedaan-antara-bahasa-dan-dialek.html
diakses pada 22 Oktober 2017.
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arekan
diakses pada 22 Oktober 2017.
https://littlestoriesoflanguages.wordpress.com/tag/pembeda-dialek/
diakses pada 22 Oktober 2017.
Mahsun.
2005. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta:
Duta Wacana University Press.
Sugiyono.
2013. Metode Penelitiian Kuantitatif dan
Kualitatis. Bandung: Alfabeta.
Mohon maaf, sepengetahuan saya, wilayah di karisidenan kediri dan karisidenan madiun menggunakan dialek mataraman, bukan menggunakan dialek arekan
BalasHapus