Senin, 18 Februari 2019

PERBANDINGAN DIALEK SURABAYA DAN KEDIRI: KAJIAN DIALEKTOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa sebagai alat komunikasi manusia sebagai makhluk sosial tentu memiliki berbagai macam perbedaan dalam berbagai segi. Misalnya menggunaan bahasa yang sama namun terdapat beberapa kata yang berbeda, hal tersebut dilandasi oleh perbedaan wilayah, perbedaan sosial, dan pengaruh bahasa-bahasa yang terdapat dalam tempat bahasa tersebut berkembang.
Penggunaan bahasa yang sama dan hanya terdapat beberapa kata yang berbeda, dapat disebut dengan dialek. Sebuah bahasa tidak langsung dapat disebut merupakan yang bahasa yang baru, jika memiliki kesamaan dengan bahasa proto lebih dari 80%. Sehingga, bahasa yang hampir sama tersebut lebih dikenal dengan sebutan dialek.
Dialek berasal dari kata Yunani dialektos yang berpadanan dengan logat. Kata ini mula-mula digunakan untuk menyatakan sistem kebahasaan yang digunakan oleh suatu masyarakat yang berbeda dari masyarakat lainnya yang bertentangga tetapi menggunakan sistem yang erat hubungannya. Berdasarkan etimologi, dialektolohi adalah ilmu yang mempelajari dialek atau ilmu yang mempelajari variasi bahasa.
Dialektologi merupakan sebuah cabang dari kajian linguistik yang timbul antara lain karena dampak kemajuan kajian linguistik komparatif atau linguistik diakronis. Dialektologi juga dikenal dengan nama geografi dialek atau geolinguistik.karena adanya penyempitan bidang kajian dialektologiilmu tentang variasi bahasa” yang kini menyempit menjadi telaah variasi bahasa secara spasial. Dalam dialektologi, hasil akhir analisisnya secara dikronis mengacu pada prabahasa yang berupa pemetaan bahasa sebgai visualisasi sehingga kebenarannya dapat diperiksa, sedangkan linguistik bandingan, hasil akhirnya mengacu pada proto bahasa yang berupa asumsi sebagai hasil rekonstruksi sehingga kebenarannya sulit dibuktikan.
Dalam makalah berjudul “Perbandingan Dialek Surabaya dan Kediri: Kajian Dialektologi” ini, penulis akan menjabarkan mengenai hasil perbandingan antara dialek Surabaya atau yang biasa dikenal dengan Boso Suroboyoan dengan dialek Kediri yang biasa disebut dengan Boso Kediri. Kedua dialek tersebut sesungguhnya menggunakan bahasa yang sama, yakni bahasa jawa namun memiliki sedikit perbedaan karena pengaruh lokasi yang sejarah munculnya dialek tersebut. Penulis mencoba menjabarkan kedua dialek tersebut untuk memperlihatkan perbedaan dan persamaan antara kedua dialek yang merupakan ragam dialek wilayah Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka perlu dirumuskan masalah agar penelitian ini terarah dan mengana pada tujuan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1.2.1 Bagaimana perbandingan antara Dialek Surabaya dan Dialek Kediri?
1.2.2 Apa faktor yang melandasi perbedaan yang terdapat pada Dialek Surabaya dan Dialek Kediri?

1.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan metode analisis kualitatif. Mahsun (2005: 233) memaparkan bahwa analisis kualitatif fokusnya pada penunjukan makna, deskriptif, penjernihan, dan penempatan data dalam bentuk kata-kata daripada dalam angka-angka. Pada penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatis yakni sebuah penelitian hanya berdasarkan pada fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya sehingga yang dihasilkan berupa potret atau paparan apa adanya.
Arikunto (2002: 197) menyatakan bahwa penelitian deskriptif meliputi metode pengumpulan data dan analisis data, penerapan metode ini sesuai dengan cara linguistik dalam menangani masalah kebahasaan. Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan analisis metode deskriptif kualitatif dalam hasil analisis datanya yang membahas mengenai perbandingan Dialek Surabaya dan Dialek Kediri.




1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan suatu penelitian adalah tercapainya sasaran yang sesuai dengan harapan yang diinginkan. Tujuan dari penelitian ini adalah
1.4.1 Untuk mengetahui perbandingan antara Dialek Surabaya dan Dialek Kediri
1.4.2 Untuk mengetahui faktor yang melandasi perbedaan yang terdapat pada Dialek Surabaya dan Dialek Kediri
BAB II
PEMBAHASAN

Dialek Surabaya dan Dialek Kediri sesungguhnya berada dalam satu bahasa yakni Dialek Arek atau lebih dikenal dengan Bahasa Arekan. Dialek Arekan atau lebih sering dikenal sebagai bahasa Arekan (Bahasa Jawa : basa Arekan) atau bahasa Suroboyoan adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di Surabaya dan sekitarnya. Dialek ini berkembang dan digunakan oleh sebagian masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Secara struktural bahasa, bahasa Suroboyoan dapat dikatakan sebagai bahasa paling kasar. Meskipun demikian, bahasa dengan tingkatan yang lebih halus masih dipakai oleh beberapa orang Surabaya, sebagai bentuk penghormatan atas orang lain. Namun penggunaan bahasa Jawa halus (madya sampai krama) di kalangan orang-orang Surabaya kebanyakan tidaklah sehalus di Jawa Tengah terutama Yogyakarta dan Surakarta dengan banyak mencampurkan kata sehari-hari yang lebih kasar.
Bahasa Arekan sendiri tidak memiliki batasan wilayah penggunaan yang jelas. Dialek Surabaya dan Dialek Kediri masuk dalam satu rumpun Bahasa Arekan yang berada pada batas wilayah selatan bersama wilayah Perak, Jombang, dan Malang. Sekalipun kedua dialek tersebut terdapat dalam rumpun bahasa yang sama, tetapi keduanya memiliki logat yang berbeda serta memiliki beberapa kata yang berbeda.

Perbandingan Kata dalam Dialek Surabaya dan Dialek Kediri
No.
Surabaya
Kediri
Arti/Makna
1
Gak/Ogak
Ora
Tidak
2
Wah
Peh
(Tidak terdapat arti, kata ini merupakan kata yang biasanya ditambahkan dalam ucapan atau sebagai penekanan)
3
Koen/Awakmu
Kowe
Kamu
4
Tibakno
Ndelalah
Ternyata
5
Tetep
Panggah
Tetap
6
Mari
Bar
Selesai
7
-
Nda
(Sebagai penekanan di akhir kalimat)
8
-
Ye
(Sebagai penekanan di akhir kalimat)
9
Arek
Cah
Bocah (Anak Kecil)
10
Moro-moro
Ujug-ujug
Tiba-tiba
11
Pol
Jan
Sangat
12
-
No
(Sebagai penekanan di akhir kalimat)
13
Gorong
Gong
Belum
14
Yo Opo
Piye
Bagaimana
15
Mbujuki
Ngapusi
Berbohong

Ke-15 kata di atas merupakan beberapa kata yang terlihat sangat berbeda antara Dialek Surabaya dan Dialek Kediri, kata-kata dalam tabel hanyalah sebagian kecil kata dalam kedua dialek tersebut yang dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan. Dari ke-15 kata tersebut tentu dapat dibuktikan bahwa Dialek Surabaya dan Dialek Kediri walaupun terdapat pada rumpun bahasa yang sama namun memiliki perbedaan dialek yang cukup mencolok.

Perbandingan Nada dalam Dialek Surabaya dan Dialek Kediri
Selain memiliki penggunaan kata yang berbeda, perbedaan yang cukup mencolok yang lain adalah dalam hal intonasi atau nada. Nada yang digunakan antara Dialek Surabaya dan Dialek Kediri sangat berbeda, perbedaannya adalah sebagai berikut:
No.
Surabaya
Kediri
1
Sedikit tinggi dan tidak terdapat penekanan nada, sehingga tidak terdengar khas dari segi nada.
Memiliki penenakan dalam nada (medok), sehingga terdengar kekhasan dari segi nada.
2
Terdengar kasar, karena pengucapannya yang sedikit cepat dan menggunakan intonasi yang tinggi.
Terdengar jauh lebih lembut, karena pengucapannya diucapkan perlahan dan menggunakan bahasa yang tidak terlalu tinggi.

Faktor Pembeda Dialek
Pembeda dialek terdiri dari lima macam perbedaan, yaitu :
·    Perbedaan fonetik                : perbedaan ini berada dibidang fonelogi dan biasanya pemakai dialek/ bahasa yang bersangkutan tidak menyadari adanya perbedaan tersebut.
·    Perbedaan semantik             : dengan terciptanya kata-kata baru berdasarkan perubahan fonologi dan geseran bentuk.
·    Perbedaan onomasiologis    : menunjukkan nama yang berbeda berdasarkan satu konsep yang diberikan dibeberapa tempat yang berbeda.
·    Perbedaan semasiologis       : pemberian nama yang sama untuk beberapa konsep yang berbeda.
·    Perbedaan morfologis          : terciptanya inovasi bahasa.
Selain lima perbedaan di atas, terdapat pembeda lain dari segi wilayah yakni berdasarkan pengertian. Berdasarkan pengertian dialek dibedakan sebagai berikut;
  • Dialek regional, cirri-cirinya dibatasi tempat. Misalnya dialeg melayu, manado.
  • Dialek sosial dipakai oleh kelompok sosial tertentu, misalnya dialeg wanita jepang.
  • Dialek temporal adalah dialeg bahasa yang berbeda dari waktu ke waktu. Misalnya dialeg melayu kuno, melayu klasik dan modern
Faktor-faktor di atas merupakan factor umum pembeda dialek, jika dalam kasus Dialek Surabaya dan Dialek Kediri perbedaannya disebabkan oleh:
·         Wilayah, sekalipun masih dalam lingkup wilayah selatan keduanya tidak berada pada wilayah yang berdekatan sehingga memiliki banyak perbedaan dari segi kata, makna, dan intonasi.
·         Dialek Kediri merupakan percampuran antara Bahasa Arekan dan Bahasa Mataraman sehingga, dialek tersebut memunculkan banyak kosakata Arekan maupun Mataraman.




BAB III
PENUTUP

Dialek Surabaya dan Dialek Kediri merupakan dua dialek yang terdapat dalam kawsan Jawa Timur yang masih berada dalam rumpun yang sama yakni rumpun Bahasa Arekan dan terdapat dalam batas wilayah yang sama yakni wilayah selatan. Sekalipun kedua dialek tersebut terdapat dalam wilayah yang sama namun kedua dialek tersebut tetap disebut sebagai dialek yang berbeda karena memiliki beberapa perbedaan yang sangat mencolok, sehingga tidak dapat dikatakan sebagai satu dialek yang sama.
Dialek Surabaya dan Dialek Kediri sama-sama menggunakan bahasa Jawa, perbedaannya ada pada penyebaran kata-kata yang terdapat di keduanya. Dialek Kediri merupakan percampuran antara Bahasa Arekan dan Bahasa Mataraman.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arekan diakses pada 22 Oktober 2017.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitiian Kuantitatif dan Kualitatis. Bandung:  Alfabeta.

1 komentar:

  1. Mohon maaf, sepengetahuan saya, wilayah di karisidenan kediri dan karisidenan madiun menggunakan dialek mataraman, bukan menggunakan dialek arekan

    BalasHapus