Kebudayaan,
peradaban, dan pembangunan merupakan sebuah kesatuan dari sebuah proses pembiasaan
berpola. Menurut Koentjaraningrat (1994), kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang
menjadi pedoman tingkah lakunya. Dari kedua pengertian tersebut kita dapat
melihat bagaimana luasnya suatu kebudayaan, kebudayaan tidak hanya suatu hal
yang tradisional, terjadi pada masa lampau, atau dilakukan oleh nenek moyang
melainkan sebuah warisan yang didapat oleh generasi sebelum kita yang kemudian
berkembang dan akan terus berkembang seiring bertambah lamanya warisan
tersebut.
Kebudayaan
sendiri lahir karena adalah sebuah kebiasaan yang dilakukan secara terus
menerus, sehingga menghasilkan sebuah kegiatan yang kemudian diwariskan secara
turun temurun. Warisan turun temurun inilah yang kemudian disebut dengan sebuah
kebudayaan, dimana kebudayaan itu sendiri bukanlah suatu warisan yang didapat
dari per individu melainkan dari sekelompok manusia yang berkumpul dalam suatu
komunitas yang sama, atau tempat yang sama, atau struktur sosial yang sama, dan
lain sebagainya. Sebuah kesamaan pada individu-individu itulah yang kemudian
melahirkan sebuah peradaban-peradaban yang memiliki ciri khas dan memberikan
warisan kebudayan-kebudayaan yang berbeda.
Peradaban
sendiri yang merupakan sebuah turunan kata dari adab yang berartikan kehalusan
dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak. Peradaban menurut KBBI adalah hal
yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa. Dari
pengertian tersebut terlihat jelas bahwa peradaban merupakan sebuah wujud dari
kebudayaan, bahkan diartikan sebagai kebudayaan itu sendiri.
Sebuah
peradaban tersebut akhirnya menganggap warisan yang dimilikinya sebagai suatu
jati diri yang berbeda dari warisan yang lain, sehingga mereka akan membangun
suatu hal dalam bentuk nyata terlihat jati diri mereka. Sebagai contoh bentuk
nyata dari suatu warisan kebudayaan adalah bentuk rumah adat, dimana tentunya
rumah-rumah tersebut menunjukkan jati diri suatu peradaban berbeda-beda yang
tidak memungkinkan peradaban lain untuk mengakui warisan pasti itu.
Pembangunan
sendiri meliputi proses, cara, dan perbuatan membangun. Sehingga terlihat jelas
mengenai hubungan antara kebudayaan, peradaban, dan pembangunan. Dimana sebuah
kebudayaan juga lahir dari suatu proses yang terjadi berulang-ulang dalam waktu
yang lama, kemudian melahirkan suatu cara-cara tertentu, dan menumbuhkan suatu
proses pelestarian itu sendiri. Sehingga, dapat disimpulan bahwa pembangunan
adalah sebuah bentuk pelestarian dari suatu kebudayaan.
Sebuah
kebudayaan merupakan suatu hal yang berkembang sehingga pengaruh-pengaruh asing
di luar kebudayaan asli merupakan faktor yang berubah sebuah kebudayaan.
Sehingga, dalam pembangunan nasional dibutuhkan strategi kebudayaan yang
berartikan bahwa kita harus menggali ulang, menata ulang, dan memunculkan
kembali sebuah kearifan lokal yang belum terjamah oleh faktor-faktor yang
merubah sebuah kebudayan. Dengan menemukan kebudayaan asli atau kebudayaan
murni maka pembangunan nasional sebagai bentuk wujud kebudayaan yang
berlangsung dapat diproses menjadi lebih baik dengan memilah hal-hal baik dan
buruk dari suatu kebudayaan, kemudian hal baik tersebut dapat dikembangkan
menjadi hal yang lebih luas, yang kemudian akan memunculkan karakteristik dan
ciri khas pembangunan nasional berbasis kebudayaan yang baik.
Sebuah
pembangunan nasional suatu bangsa merupakan sebuah bentuk menunjukkan jati diri
suatu bangsa, sehingga kebudayaan yang baik merupakan hal pokok atau suatu
sumber terwujudnya suatu pembangunan. Jika pembangunan nasional tidak didasari
oleh kebudayaan maka pembangunan itu hanya akan menjadi suatu pembangunan tanpa
makna dimana langkah berdirinya pembangunan tersebut tak jadi suatu hal yang
patut untuk dipelajari dan dilestarikan.
Referensi
Koentjaraningrat.
1994. Kebudayaan, Mentalitas dan
Pembangunan. Cetakan ke-17. Jakarta: PT Gramedia.
Kemdikbud.
2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Kelima. Jakarta: Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar