1.
Berbicaralah raja Janamejaya bertanya didalam
cerita. Hendakmya kasih maafkan kepada anak maharsi,petuah kepada
gurunya".
Ucapan kata raja
janamejaya.Dijawab oleh asisten wiracampa,kata beliau:
,,Dengarkan dengan baik
mengunakan telinga kalian.
Suara disaat Pandawa memiliki kekuasaan. 13 tahun lamanya hidup di hutan. Dijatuhi hukuman
diusir dari kerajaan. Datanglah kejayaan 4 tahun saat masih jaya. Bertamulah waktu itu
brahmana Kata raja darupada mengadakan sayembara meminta yudistira kepada
brahmana untuk ikut serta.apa sebab raja darupada lahir.belum mempunyai anak. Disaat dikalahkan
oleh pandawa. Disebabkan Drona memberitahu brahmana menjadi tamu.
,,Raja darupada memlakukan sesuatu untuk Drona, meminta sesuatu
agar dapat Melukakkan brahmana. Pengankatan sebagai putra wenang uumejahana akan
dibeeikan ke drona.menuruti keinginkeinanya. Datang seorang gakkakula, ia adalah
brahmana kluarga dari negara yajnopayajna.putra bhagawan pingglakeca yang
bernama pinggalakecaputra. Jika kamu ingin mengalahkan brahmana kamu harus
mnyamar ke dalam suatu suku kerajaan.mengajarkan kebaikkan dihati
masing-masing. Memintalah aampun disaat berjalan kekerajaan yang drona tempati.jangan
malu. Bersama ditahun yang lalu brahmana juga sabar. Kalah dari yajnopayajna. Sehingga
memberikan tauladan ke pada abhipraya. Pulanglah raja darupada untuk menemui brahmana. Saat kedatangan
membuat suatu perjanjian di widhiwidhana. Yang kalah akan dibuang dipengasingan di dalam hutan. Sehabis
pengasingan, 1 tahun menyamar bila ketahuan akan diulangi kembali. Yang menang akan diberi
gelar putra mahacakti. Harus
adil,
sesuai peraturan, tidak ada yang membantu. Waktunya telah tiba
ternyata dia adalah dewacabna kangrwengo
2. ,,Esya dronasya mrtyawe. Yaitu matyana ng Drona”, ucapnya di akacacabda. Saksad agni mahabala, ajyahophalam labhet. Dia adalah maharaja
Drupada. Seperti ada obat yang keluar dari tengah-tengah tempat yang ditinggikan.
Krsna nilotpalaksini. Dia mendengar dari orangnya, menjadi daun mahkota di ujung biru. Nilakuncitamurdhaja. Rambutnya hitam dan
keriting. Padmakesaragandhanan. Menjadi
gandha (intisari) teratai yang wangi. Asyah
crutwa tatha krocat. Ia terkenal menjadi bahan perbincangan dalam
pembicaraan,
gandhanya sampai menembus hidung bahkan hingga satu kroca, dharma yang
meneranginya, tidak ada bedanya dengan uang dewa-dewa mereka. Tubuhnya berwarna
hitam, ucap dewi Krsna, sang Dropadi mengatakan hal yang lain, ia Putra
Drupada. Kunang di saudaranya, yang muncul dari kundhamadhya, Drstatwat, ia perkasa. Dharmadyutsambhawat. Obat yang datang
melalui perbuatan menurut dharma, perbuatan dharma untuk korban. Hingga matang
oleh sang Dhrstadyumna. Karena keadaan anak sang raja Drupada, sang
Dhrstadyumna disuruhnya untuk mempelajari ilmu memanah dari sang guru Drona.
Dikunjunginya sang guru Drona oleh sang Dhrstadyumna, bahwa akan dikalahkannya
kelak. Tetapi walaupun demikian, dia juga mempelajari, keterangan yang menjadi
akibat dari perbuatan diri sendiri, tak ada yang sulit dari sang pandita. Sang
Dropadi menyuruh untuk disayembarakannya maharaja Drupada, yang terkenal dengan
cincin decantara.
Karena tamu sang brahmana adalah Yudhistira. Sehingga cincinnya disayembarakan.
Itu adalah tanda bhagawan Byasa. Menyembah sang rsi, mempersembahkan air
pencuci kaki dan air hirup. Berucaplah bhagawan Byasa:
,,Kunti anakku. Begitupulalah Pandawa, sebabnya bahwa kami datang sini,
hendak memberikan Pancala, untuk sayembara dari sang Drupada. Diceritakan oleh
gadis remaja, dia adalah gadis yang soleh, tiap hari memuja dewa Rudra-Ciwa,
mencari suami yang utama, harus segala rupa dalam kebajikan, tahu dharma,
berani, perkasa, terpelajar, menarik hati. Dari dewa Rudra-Ciwa, memberikan
anugrah. Yaitu ia berujar lima kali: ,,Patin
dehi, patin dehi, patin dehi, patin dehi (patin dehi), dharmajnah, curah,
balawan, krtawidya, priyambadah. Dia akan dianugerahi suami dengan lima bab,
mempunyai sifat baik yang berdharma dan sebagainya, pada suatu waktu penjelmaan
yang dahulu, yaitu putra wanita pendeta, sehingga dianugrahinya, dari sang dewa
Rudra-Ciwa. Yang sekarang beranakan maharaja Drupada, yang bernamakan Dropadi.
Tak ada yang pantas menjadi suaminya, dari pada yang baik, dewasa, menghormati,
dan bisa menyelesaikan sayembara”.
3. Demikian perkataan Bhagawan
byasaneher.
Dia adalah sang Pandawa, saat itu bhagawan Byasa belum bertemu dengan
brahmana. Dia berjalan dengan pelan, tidak takut akan terlambat ke sayembara.
Pada tengah malam barus aja bulan terbenam, membuat sang Arjuna, menjadi yang
dicontoh di negara. Hingga datang di Ganggatira, ada raja Gndharwa,
Anggaraparna bermain-main di dalam air dengan istrinya Kumbhinasi. Hingga sang
Pandawa melewati seseorang, ia berkata:
,,Hai Pandawa. Tanyogya dahat ulahta, pergilah menemui dewa, yang disebut pada tengah malam iking, ketika
gandharwameng-ameng nanti. Kita adalah manusia, yang mengikuti permainan, sebabnya bahwa adalah
musuh kita”.
Demikian
perkataan Anggraparna. Arjuna menjawab:
,,Hai
raja Gandharwa. Ucapanmu itu sama dengan waktu itu. Kami adalah ksatria yang
sakti. Apakah dosa kami sehingga harus pergi pada tengah malam?”
Demikian
perkataan Arjuna. Marahlah sang Anggaraparna, dilepaskannya anak panahnya,
berhati-hatilah sang Arjuna. Jika dia menolak ucapan Anggraparna. Berkatalah
ia: “Hai raja Gandharwa. Tidak sabar melepaskan itu panah. Dari Agneyastra pada
kita, riwayatnya adalah, anugerah dari sang hyang Drona, dan sama seperti kami,
yang melepaskan manusia sakti. Kita adalah sama raja Gandharwa, yang diberikan
Agneyastra.”
Demikian
perkataan Arjuna. Dilepaskankah sang Anggraparna. Menyala hingga sana, tempat
Agneyastra. Ia tidak takut oleh sang Anggraparna, melompat meninggalkannya.
Direnggutnya dari sang Arjuna. Berlarilah sang Kumbhinasi memeluk sang
Yudhistira, supaya dibiarkan hidup sang suami. Kata Yudhistira:
,,Arjuna
adikku. Haywa kita sahasamatyani sang gandharwapati. Nihan
strinya manangis mangupaksama malakw inurip”.
Demikian
kata Yudhistira. Dilepaskannya sang Anggaraparna, yang diperbolehkan hidup sang
Arjuna. Berucaplah sang raja Gandharwa:
4.
Raja Gandharwaraja, dipanggil Sang Anggarparna. Mulailah ia
berperang dan berakhir pada tempat kematian Sang Anggaparna. Kuneng nama sang
Wicitraratha, Wicitraratha berpikir untuk memikirkan senjata syurga,
Wicitraratha mempunyai ilmu yang disebut Caksusiwidya, diberi oleh sang
wicwawasu. Ilmu itu bermanfaat , tetapi tidak terlihat oleh thribhuwana, ilmumu
juga terlihat. Datanglah seorang ilmu yang pemberi, karena akan menjadi
lantaramu kepada orang banyak. Musuh seorang kudaticaya sangat kejam, kamawarna
, yang banyak pilihan warnanya, kamagaman, dan akan didatanginya.
Milik jang sempurna kepada putri gandharwa dan diberikan cintaku kepada sang
putri, hingga permulaan sahabat adalah musuh rahadyan sang raja. Seratus
peperangan bermacam-macam, kata sumiddhakna sakahyunta.
Demikianlah kata sang wicitraratha dan dijawablah oleh
sang Arjuna: sang gandharwaraja, kamu memberikan ilmu itu kepada sang
caksusiwidya. Aturan daripada hal bahwa ilmumu diberikan kepada kami ialah
biarlah memberikan, sebagai kebiasaan orang yang diberi kepada sang
pinakadaksina ratu widya. Apakah daya orang malapa mempunyai ilmu dan apakah
seorang kakak juga memberikan ilmu kepada kita?
Demikianlah menurut sang Arjuna dan dijawab oleh sang
wicitraratha; Hai Sang Tapatya. Saya hidup diberikannya kepada sang rahadyan
dan tika lebih dari mas. Musuh dia lagi dari jogja itu agneyastra dan ditanyta
itu seimbang melawan musuh dari kita.
Demikianlah menurut sang wicitraratha. Memuji-muji
sang Arjuna, meminta maaf kepada caksusiwidya dengan memberitahu Agneyastra
kepada sang wicitraratha dan membangun kepercayaan sang arjuna kepada
sahabatnya dengan sang wicitraratha. Sang Arjuna itu bertanya kepada sang wicitraratha
dan disangkanya oleh sang tapatya ujar sang wicitraratha, yakni
Ada seorang sang Tapatya yang sedang menjangka. Ada
seorang ratu di hastina. Maharaja sambarana namanya. Berbakti berbakti kepada
raja adityanityakala yang memudja matahari dan untuk raja aditya di maharaja
sambarana. Ada seorang anak nira kanya yang bernama tapati di paripurna ahayu
dan ada seorang sarwaloka. Dikehendaki oleh beliau untuk diberikan depada raja
sambarana. Kebetulan maharaja sambarana berjalan cepat-cepat. Tertinggallah dia.
Beliau seorang diri menuju hutan memperlihatkan ilmunya kepada sang tapati.
Maharaja sambarana bertemu dengan atyanta di lituhayu.
Ujar beliau:
5.
Ibu menyuruh untuk kita bertemu di alas? Apakah ada yang
tertinggal? Apakah itu Saraswati kartika? Girindraputri adalah ibu kita. Athawa
Prabha mempunyai turunan yaitu Aditya, dan apakah mereka berada di alas denta?
Ada Apurwa disana menemui Prayojananta? Menyuruh T’asyasih, tetapi ia berbicara
tidak kelihatan.
Oleh karena itu sang raja Sabarana. Dan tika tidak mau
mengantarkannya. Dan akhirnya ia hilang dan tidak tau kemana ia pergi. Maharaja
telah berada di sebuah alas yang dipenuhi rumput, ranting, dan ia bertemu
dengan haji. Sang Maharaja menangis mengadu karena telah bertemu dengannya. Dan
kemudian Maharaja itu pinsan. Lalu ada yang membantunya untuk berdiri. Sang
Raja terpanah, ia dipaksa untuk melakukannya. Berbicara dengan kanya Prabhu
berkata:
,,Hai Maharaja Sambarana. Saya
minta tolong beri tahu Rahadyan. Bahwa kita dari bharanta. Kita menyuruh km
berangan - angan. karena tidak jadi terkena pangkuan.
6.
kepada kita sang cahaya, maharaja sambarana itu meminta
kepada kami sang raja aditya memperkuat ilmunya.
Demikianlah kata sang maharsi. Di atas pemberiannya,
berjalan samamenuju suryaloka. Ujar sang aditya, yakni :
Sang bhataraditya. Di kerajaan ratu sambarana
menanyakan apakah akan menambah kehebatannya.
Demikianlah kata bhagawan wasistha. Diberikannya
kepada sang tapati oleh raja aditya. Diturunkannya sang bhagawan wasistha oleh
suryaloka, dipulangkan sang tapati tidak perlu diremehkan yang ada di hutan
kata sang sambarana, dikawinkannya kepada sang tapati dengan maharaja
sambarana. Menyukai kepada sang natha, maksudnya demikian kata katicayan itu
orang yang karena bantuannya. Berjalan kehutan hendak menghendaki permainan
diukir. Diberi izin oleh bhegawan wasistha. Dua belas tahun lamanya berada di
hutan dan dimasukkannya musuh sang tapati. Demikianlah dan dimasukkannya musuh
sang tapati. Demikianlah juga musim kemarau di kerajaan itu sangat kelaparan
dan tidak menemukan makanan. Diundanglah beliau atas belas kasihan di banyak
orang. Disuruhnya beliau pulang ke bhegawan wasistha. Pulanglah beliau dengan
sang tapati, saudara dari tentara prajurit itu. Kedatangan orang kerajaan, prawawarsa
sahasraksah casyani, jatuh pada lahirnya jaman dahulu mengadakan
musyawarah lagi seluruh dunia, tentang perkawinan maharaja sambarana dengan
sang tapati mempunyai anak yang bernama sang kuru sang prasiddha bekerja di
lapangan kuruksetra kedatangan sang tapati dan keluarga sang tapatya.
Demikianlah kata kedua sang
wicitraratha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar