Senin, 18 Februari 2019

Terjemahan Teks Wicitraratha


1.      Berbicaralah raja Janamejaya bertanya didalam cerita. Hendakmya kasih maafkan kepada anak maharsi,petuah kepada gurunya".
Ucapan kata raja janamejaya.Dijawab oleh asisten wiracampa,kata beliau:
,,Dengarkan dengan baik mengunakan telinga kalian. Suara disaat Pandawa memiliki kekuasaan. 13 tahun lamanya hidup di hutan. Dijatuhi hukuman diusir dari kerajaan. Datanglah kejayaan 4 tahun saat masih jaya. Bertamulah waktu itu brahmana Kata raja darupada mengadakan sayembara meminta yudistira kepada brahmana untuk ikut serta.apa sebab raja darupada lahir.belum mempunyai anak. Disaat dikalahkan oleh pandawa. Disebabkan Drona memberitahu brahmana menjadi tamu.
,,Raja darupada memlakukan sesuatu untuk Drona, meminta sesuatu agar dapat Melukakkan brahmana. Pengankatan sebagai putra wenang uumejahana akan dibeeikan ke drona.menuruti keinginkeinanya. Datang seorang gakkakula, ia adalah brahmana kluarga dari negara yajnopayajna.putra bhagawan pingglakeca yang bernama pinggalakecaputra. Jika kamu ingin mengalahkan brahmana kamu harus mnyamar ke dalam suatu suku kerajaan.mengajarkan kebaikkan dihati masing-masing. Memintalah aampun disaat berjalan kekerajaan yang drona tempati.jangan malu. Bersama ditahun yang lalu brahmana juga sabar. Kalah dari yajnopayajna. Sehingga memberikan tauladan ke pada abhipraya. Pulanglah raja darupada untuk menemui brahmana. Saat kedatangan membuat suatu perjanjian di widhiwidhana. Yang kalah akan dibuang dipengasingan di dalam hutan. Sehabis pengasingan, 1 tahun menyamar bila ketahuan akan diulangi kembali. Yang menang akan diberi gelar putra mahacakti. Harus adil, sesuai peraturan, tidak ada yang membantu. Waktunya telah tiba ternyata dia adalah dewacabna kangrwengo
2.      ,,Esya dronasya mrtyawe. Yaitu matyana ng Drona”, ucapnya di akacacabda. Saksad agni mahabala, ajyahophalam labhet. Dia adalah maharaja Drupada. Seperti ada obat yang keluar dari tengah-tengah tempat yang ditinggikan. Krsna nilotpalaksini. Dia mendengar dari orangnya, menjadi daun mahkota di ujung biru. Nilakuncitamurdhaja. Rambutnya hitam dan keriting. Padmakesaragandhanan. Menjadi gandha (intisari) teratai yang wangi. Asyah crutwa tatha krocat. Ia terkenal menjadi bahan perbincangan dalam


pembicaraan, gandhanya sampai menembus hidung bahkan hingga satu kroca, dharma yang meneranginya, tidak ada bedanya dengan uang dewa-dewa mereka. Tubuhnya berwarna hitam, ucap dewi Krsna, sang Dropadi mengatakan hal yang lain, ia Putra Drupada. Kunang di saudaranya, yang muncul dari kundhamadhya, Drstatwat, ia perkasa. Dharmadyutsambhawat. Obat yang datang melalui perbuatan menurut dharma, perbuatan dharma untuk korban. Hingga matang oleh sang Dhrstadyumna. Karena keadaan anak sang raja Drupada, sang Dhrstadyumna disuruhnya untuk mempelajari ilmu memanah dari sang guru Drona. Dikunjunginya sang guru Drona oleh sang Dhrstadyumna, bahwa akan dikalahkannya kelak. Tetapi walaupun demikian, dia juga mempelajari, keterangan yang menjadi akibat dari perbuatan diri sendiri, tak ada yang sulit dari sang pandita. Sang Dropadi menyuruh untuk disayembarakannya maharaja Drupada, yang terkenal dengan cincin decantara.
Karena tamu sang brahmana adalah Yudhistira. Sehingga cincinnya disayembarakan.
Itu adalah tanda bhagawan Byasa. Menyembah sang rsi, mempersembahkan air pencuci kaki dan air hirup. Berucaplah bhagawan Byasa:
,,Kunti anakku. Begitupulalah Pandawa, sebabnya bahwa kami datang sini, hendak memberikan Pancala, untuk sayembara dari sang Drupada. Diceritakan oleh gadis remaja, dia adalah gadis yang soleh, tiap hari memuja dewa Rudra-Ciwa, mencari suami yang utama, harus segala rupa dalam kebajikan, tahu dharma, berani, perkasa, terpelajar, menarik hati. Dari dewa Rudra-Ciwa, memberikan anugrah. Yaitu ia berujar lima kali: ,,Patin dehi, patin dehi, patin dehi, patin dehi (patin dehi), dharmajnah, curah, balawan, krtawidya, priyambadah. Dia akan dianugerahi suami dengan lima bab, mempunyai sifat baik yang berdharma dan sebagainya, pada suatu waktu penjelmaan yang dahulu, yaitu putra wanita pendeta, sehingga dianugrahinya, dari sang dewa Rudra-Ciwa. Yang sekarang beranakan maharaja Drupada, yang bernamakan Dropadi. Tak ada yang pantas menjadi suaminya, dari pada yang baik, dewasa, menghormati, dan bisa menyelesaikan sayembara”.
3.      Demikian perkataan Bhagawan byasaneher.
Dia adalah sang Pandawa, saat itu bhagawan Byasa belum bertemu dengan brahmana. Dia berjalan dengan pelan, tidak takut akan terlambat ke sayembara. Pada tengah malam barus aja bulan terbenam, membuat sang Arjuna, menjadi yang dicontoh di negara. Hingga datang di Ganggatira, ada raja Gndharwa, Anggaraparna bermain-main di dalam air dengan istrinya Kumbhinasi. Hingga sang Pandawa melewati seseorang, ia berkata:
,,Hai Pandawa. Tanyogya dahat ulahta, pergilah menemui dewa, yang disebut pada tengah malam iking, ketika gandharwameng-ameng nanti. Kita adalah manusia, yang mengikuti permainan, sebabnya bahwa adalah musuh kita”.
Demikian perkataan Anggraparna. Arjuna menjawab:
,,Hai raja Gandharwa. Ucapanmu itu sama dengan waktu itu. Kami adalah ksatria yang sakti. Apakah dosa kami sehingga harus pergi pada tengah malam?”
Demikian perkataan Arjuna. Marahlah sang Anggaraparna, dilepaskannya anak panahnya, berhati-hatilah sang Arjuna. Jika dia menolak ucapan Anggraparna. Berkatalah ia: “Hai raja Gandharwa. Tidak sabar melepaskan itu panah. Dari Agneyastra pada kita, riwayatnya adalah, anugerah dari sang hyang Drona, dan sama seperti kami, yang melepaskan manusia sakti. Kita adalah sama raja Gandharwa, yang diberikan Agneyastra.”
Demikian perkataan Arjuna. Dilepaskankah sang Anggraparna. Menyala hingga sana, tempat Agneyastra. Ia tidak takut oleh sang Anggraparna, melompat meninggalkannya. Direnggutnya dari sang Arjuna. Berlarilah sang Kumbhinasi memeluk sang Yudhistira, supaya dibiarkan hidup sang suami. Kata Yudhistira:
,,Arjuna adikku. Haywa kita sahasamatyani sang gandharwapati. Nihan strinya manangis mangupaksama malakw inurip”.
Demikian kata Yudhistira. Dilepaskannya sang Anggaraparna, yang diperbolehkan hidup sang Arjuna. Berucaplah sang raja Gandharwa:
4.      Raja Gandharwaraja, dipanggil Sang Anggarparna. Mulailah ia berperang dan berakhir pada tempat kematian Sang Anggaparna. Kuneng nama sang Wicitraratha, Wicitraratha berpikir untuk memikirkan senjata syurga, Wicitraratha mempunyai ilmu yang disebut Caksusiwidya, diberi oleh sang wicwawasu. Ilmu itu bermanfaat , tetapi tidak terlihat oleh thribhuwana, ilmumu juga terlihat. Datanglah seorang ilmu yang pemberi, karena akan menjadi lantaramu kepada orang banyak. Musuh seorang kudaticaya sangat kejam, kamawarna , yang banyak pilihan warnanya, kamagaman, dan akan didatanginya. Milik jang sempurna kepada putri gandharwa dan diberikan cintaku kepada sang putri, hingga permulaan sahabat adalah musuh rahadyan sang raja. Seratus peperangan bermacam-macam, kata sumiddhakna sakahyunta.
Demikianlah kata sang wicitraratha dan dijawablah oleh sang Arjuna: sang gandharwaraja, kamu memberikan ilmu itu kepada sang caksusiwidya. Aturan daripada hal bahwa ilmumu diberikan kepada kami ialah biarlah memberikan, sebagai kebiasaan orang yang diberi kepada sang pinakadaksina ratu widya. Apakah daya orang malapa mempunyai ilmu dan apakah seorang kakak juga memberikan ilmu kepada kita?
Demikianlah menurut sang Arjuna dan dijawab oleh sang wicitraratha; Hai Sang Tapatya. Saya hidup diberikannya kepada sang rahadyan dan tika lebih dari mas. Musuh dia lagi dari jogja itu agneyastra dan ditanyta itu seimbang melawan musuh dari kita.
Demikianlah menurut sang wicitraratha. Memuji-muji sang Arjuna, meminta maaf kepada caksusiwidya dengan memberitahu Agneyastra kepada sang wicitraratha dan membangun kepercayaan sang arjuna kepada sahabatnya dengan sang wicitraratha. Sang Arjuna itu bertanya kepada sang wicitraratha dan disangkanya oleh sang tapatya ujar sang wicitraratha, yakni
Ada seorang sang Tapatya yang sedang menjangka. Ada seorang ratu di hastina. Maharaja sambarana namanya. Berbakti berbakti kepada raja adityanityakala yang memudja matahari dan untuk raja aditya di maharaja sambarana. Ada seorang anak nira kanya yang bernama tapati di paripurna ahayu dan ada seorang sarwaloka. Dikehendaki oleh beliau untuk diberikan depada raja sambarana. Kebetulan maharaja sambarana berjalan cepat-cepat. Tertinggallah dia. Beliau seorang diri menuju hutan memperlihatkan ilmunya kepada sang tapati. Maharaja sambarana bertemu dengan atyanta di lituhayu.
Ujar beliau:
5.      Ibu menyuruh untuk kita bertemu di alas? Apakah ada yang tertinggal? Apakah itu Saraswati kartika? Girindraputri adalah ibu kita. Athawa Prabha mempunyai turunan yaitu Aditya, dan apakah mereka berada di alas denta? Ada Apurwa disana menemui Prayojananta? Menyuruh T’asyasih, tetapi ia berbicara tidak kelihatan.
Oleh karena itu sang raja Sabarana. Dan tika tidak mau mengantarkannya. Dan akhirnya ia hilang dan tidak tau kemana ia pergi. Maharaja telah berada di sebuah alas yang dipenuhi rumput, ranting, dan ia bertemu dengan haji. Sang Maharaja menangis mengadu karena telah bertemu dengannya. Dan kemudian Maharaja itu pinsan. Lalu ada yang membantunya untuk berdiri. Sang Raja terpanah, ia dipaksa untuk melakukannya. Berbicara dengan kanya Prabhu berkata:
,,Hai Maharaja Sambarana. Saya minta tolong beri tahu Rahadyan. Bahwa kita dari bharanta. Kita menyuruh km berangan - angan. karena tidak jadi terkena pangkuan.
6.      kepada kita sang cahaya, maharaja sambarana itu meminta kepada kami sang raja aditya memperkuat ilmunya.
Demikianlah kata sang maharsi. Di atas pemberiannya, berjalan samamenuju suryaloka. Ujar sang aditya, yakni :
Sang bhataraditya. Di kerajaan ratu sambarana menanyakan apakah akan menambah kehebatannya.
Demikianlah kata bhagawan wasistha. Diberikannya kepada sang tapati oleh raja aditya. Diturunkannya sang bhagawan wasistha oleh suryaloka, dipulangkan sang tapati tidak perlu diremehkan yang ada di hutan kata sang sambarana, dikawinkannya kepada sang tapati dengan maharaja sambarana. Menyukai kepada sang natha, maksudnya demikian kata katicayan itu orang yang karena bantuannya. Berjalan kehutan hendak menghendaki permainan diukir. Diberi izin oleh bhegawan wasistha. Dua belas tahun lamanya berada di hutan dan dimasukkannya musuh sang tapati. Demikianlah dan dimasukkannya musuh sang tapati. Demikianlah juga musim kemarau di kerajaan itu sangat kelaparan dan tidak menemukan makanan. Diundanglah beliau atas belas kasihan di banyak orang. Disuruhnya beliau pulang ke bhegawan wasistha. Pulanglah beliau dengan sang tapati, saudara dari tentara prajurit itu. Kedatangan orang kerajaan, prawawarsa sahasraksah casyani, jatuh pada lahirnya jaman dahulu mengadakan musyawarah lagi seluruh dunia, tentang perkawinan maharaja sambarana dengan sang tapati mempunyai anak yang bernama sang kuru sang prasiddha bekerja di lapangan kuruksetra kedatangan sang tapati dan keluarga sang tapatya.

Demikianlah kata kedua sang wicitraratha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar