Objek penelitian
filologi adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan
sebagai basil budaya bangsa masa lampau. Semua bahan tulisan tangan itu disebut
naskah (handschrift dengan singkatan hs untuk tunggal; hss untuk jamak; manuscript
dengan singkatan ms untuk tunggal, mss untuk jamak). Jadi,
naskah itu benda konkret yang dapat dilihat atau dipegang.
Secara sederhana, langkah-langkah dalam penelitian filologi dapat
dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
1.
Penentuan objek
kajian
2.
Pencatatan dan
pengumpulan naskah (inventarisasi naskah)
3.
Mengadakan kritik
teks
4.
Rekontruksi teks
dan penyuntingan (Baried, 1985:67-72 dalam Sudardi, 2001:22).
Langkah penelitian
tersebut kemudian dapat dirinci menjadi rangkaian kegiatan berikut:
1.
Inventarisasi naskah
Inventarisasi
naskah adalah langkah awal yang dilakukan oleh peneliti naskah setelah
menetapkan naskah yang akan diteliti, sebelum menginventarisasi naskah terlebih
dahulu menentukan judul naskah yang akan diteliti. Inventarisasi naskah ini
tujuannya adalah untuk mencari dan mencatat semua naskah yang sama judul
atau isinya dengan naskah yang diteliti.
2.
Deskripsi naskah
Deskripsi
adalah tahap yang kegiatannya membuat deskripsi tiap-tiap naskah yang diteliti
secara terperinci. Dalam hal ini, peneliti berupaya menghimpun berbagai
informasi dan data yang berkenaan dengan naskah yang dijadikan sumber data
penelitian. Adapun yang dideskripsikan yaitu menyangkut keadaan naskah, judul
naskah, nomor naskah (apabila dari koleksi museum/perpustakaan), huruf atau
tulisan, bahan, ukuran naskah, tebal naskah, tempat penyimpanan, asal naskah,
jumlah baris perhalaman, cara penulisan, bahasa, bentuk teks, umur naskah,
pengarang/penulis/penyalin, fungsi sosial, dan ikhtisar.
3.
Penentuan umur naskah
Penentuan
umur naskah bisa dilakukan berdasarkan hasil penelusuran yang telah
dilakukan. Penentuan tahun yang berupa tahun Hijriah harus
dilaporkan dalam bentuk tahun Masehi dengan menggunakan perhitungan manual
dengan menghitung umur tahun Hijriah dan konversinya dalam tahun Masehi.
4.
Pembacaan dan perbandingan teks
Pembacaan
dan perbandingan dilakukan terhadap teks yang memiliki lebih dari satu naskah
(bukan naskah tunggal/codeks unicus). Perbandingan dilakukan untuk mencari ada
tidaknya versi dan varian. Untuk mencari adanya ada tidaknya versi dilakukan
perbandingan terhadap unsur-unsur intrinsik teks. Pencarian ada tidaknya varian
(perbedaan kata dan kalimat) dilakukan terhadap teks yang seversi. Teks yang
tidak seversi tidak perlu dicari variannnya. Hasil perbandingan teks setidaknya
dapat merunut sejarah dan kekerabatan teks. Perbandingan dalam
seleksi naskah merupakan usaha untuk membandingakan naskah-naskah yang
ditemukan pada tahap inventarisasi, untuk menentukan guna naskah-naskah
tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah naskah yang sama
judulnya atau isinya disusun dalam dua versi yang berbeda, sehingga perlu
dikelompokkan terlebih dahulu.
5.
Transliterasi
Transliterasi
artinya penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad yang satu ke
abjad yang lain. Istilah ini dipakai bersama-sama dengan istilah transkripsi
dengan pengertian yang sama pada penggantian jenis tulisan naskah. Penggantian
jenis tulisan pada prasasti umumnya memakai istilah transkripsi.
6.
Penyuntingan teks
1) Metode Edisi Naskah Tunggal
Apabila hanya ada naskah tunggal dari suatu tradisi sehingga perbandingan
tidak mungkin
dilakukan dapat ditempuh dua jalan.
A. Diplomatik
Dalam metode diplomatik, teks diterbitkan tanpa adanya
perubahan. Teks direproduksi dengan teknologi facsimile, microfilm, dan
lain-lain. Metode ini dianggap paling murni karena editor tidak ikut campur di
dalamnya namun metode ini juga kurang membantu pembaca karena teks tidak
mengalami perubahan. teliti
oleh seorang pembaca yang ahli dan berpengalaman.
B.
Standar
Dalam
metode standar yaitu metode dengan cara memasukkan
campur tangan peneliti dalam penyuntingan (Robson, 1978). Dalam metode ini
penyunting sudah membetulkan kesalahan teks, sudah mengalihaksarakan, membagi
kata, menandai kata dengan huruf kapital dan ejaan telah disesuaikan dengan
ejaan yang dikenal pembaca.
2) Metode Edisi Naskah Jamak
A.
Metode
Intuitif
Metode intuitif seringkali disamakan dengan metode
subyektif yakni dengan cara mengambil naskah yang dianggap paling tua
dikarenakan oleh tradisi teks yang beragam. Metode ini digunakan pada zaman
humanisme, dimana orang-orang ingin meneliti karya klasik Romawi dan Yunani.
Pada metode ini, orang-orang bekerja secara intuitif, yakni dengan mencari
naskah-naskah di tempat-tempat yang paling tua, kemudian di tempat-tempat yang
dianggap tidak betul atau tidak jelas, naskah itu diperbaiki dengan memakai
akal sehat,selera baik, dan pengetahuan luas.
B.
Metode Objektif
Metode objektif
adalah penelitian
sistematis mengenai perkerabatan naskah-naskah. Metode ini dikembangkan pada
tahun 1830-an oleh filolog asal Jerman bernama Lachmann. Menurut metode ini, apabila
dari sejumlah naskah ada beberapa naskah yang memiliki kesalahan yang sama pada
tempat yang sama pula, maka dianggap berasal dari satu sumber (yang hilang).
Dari kesalahan-kesalahan yang sama terseut, dapat dibentuk silsilah naskah, dan
setelah terbentuk silsilah naskah tersebut barulah dilakukan kritik teks yang
sebenarnya. Metode objektif yang sampai pada tahap penyusunan silsilah disebut
sebagai metode stema.
C.
Metode Gabungan
Metode gabungan
digunakan apabila penafsiran terhadap suatu teks di kalangan beberapa filolog
hampir sama atau adanya perbedaan tafsiran yang tipis. Pada umumnya, yang
dipilih adalah bacaan mayoritas dengan mempertimbangkan bahwa banyaknya jumlah
naskah itu merupakan sebuah saksi bacaan yang betul. Pertimbangan-pertimbangan
yang dipakai dapat berupa adanya kesesuaian norma tata bahasa, jenis sastra,
keutuhan cerita, faktor-faktor literer lain, dan latar belakang pada umumnya.
Hasil teks yang disunting melalui metode ini merupakan teks baru yang merupakan
gabungan bacaan dari semua naskah yang ada. Metode ini digunakan oleh L.F.
Brakel dalam meneliti Hikayat Hidayat Haafiyyah.
D.
Metode
Landasan (Metode Induk)
Di dalam metode
landasan ini, peneliti memilih salah satu naskah yang dianggap paling unggul
kualitasnya, baik dari segi bahasa, kesusastraan, sejarah, dan lain sebagainya.
Melalui metode ini, naskah yang dianggap paling baik itulah yang dijadikan
landasan atau induk teks. Metode ini juga digunakan oleh SWR. Mulyadi dalam
menyusun edisi teks Hikayat Indraputra.
Referensi
Anonim. “Metode Penelitian Naskah”. http://profesormakalah.blogspot.co.id/2015/01/metode-penelitian-naskah.html
diakses pada 4 Maret 2016 Pukul 14.51 WIB.
Azizi, Arifriza. “Makalah Metode
Penelitian Filologi”. http://arifrizaazizi.blogspot.co.id/2014/10/makalah-metode-penelitian-filologi.html
diakses pada 4 Maret 2016 Pukul 15.01 WIB.
Anonim. “Filologi Metode Naskah Jamak”.
http://coretanmahasiswasejarah.blogspot.co.id/2012/11/filologi-metode-naskah-jamak.html
diakses pada 4 Maret 2016 Pukul 15.07 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar