Kritik mengenai
metode Indo-Eropa:
1.
Aliran Neo-Linguistica (Italia) menyerang Junggrammatiker dengan alasan
idealisme dimana menurut mereka setiap manusia memiliki kebebasan untuk
mencipta sendiri tanpa terikat oleh hukum-hukum atau peraturan-peraturan
tertentu. Sehingga, bahasa tidak dapat diatur atau diredusir dalam rumus-rumus
atau hukum-hukum tertentu karena bahasa merupakan hasil idelisme dalam diri
tiap manusia yang selalu berkembang sesuai daya cipta manusia.
2. Aliran
N.Marr (Rusia) menolak hukum
bunyi dari segi materialisme, dimana menurutnya rumus-rumus yang dikemukakan
Junggrammatiker terlalu abstrak sifatnya dan tidak mengindahkan soal-soal
sosial dalam masyarakat. Secara singkat, menurutnya manusia tidak boleh diikat
oleh hukum-hukum atau kaidah-kaidah tertentu.
Meskipun begitu, kedua aliran ini tidak
berhasil mengganti dasar pikiran Junggrammatiker karena tak berhasil membuat
rumus-rumus yang lebih baik. Sehingga, prinsip Indo-Eropa itu masih dipakai.
Korespondensi Bunyi
Istilah hukum bunyi mengandung
tendensi adanya ikatan yang ketat, sehingga istilah tersebut diganti menjadi korespondesnsi fonemis (phonemic
correspondence atau kesepadanan
bunyi). Segmen-segmen yang berkorespondesni bagi glos yang sama, baik dari
segi bentuk maupun makna, dalam bermacam-macam bahasa, diperbandingkan satu
sama lain, hasil perbandingan itu disusun menjadi satu perangkat korespondensi.
Tiap fonem yang terdapat dalam posisi yang sama dimasukkan dalam satu perangkat
korespondensi. Dalam sebuah glos dapat diperoleh sejumlah perangkat
koresponsensi, sesuai dengan besar atau panjangnya segmen dari bahasa-bahasa
yang diperbandingkan.
Untuk mengkongkretkan bagaimana
prinsip perbandingan tersebut diterapkan dalam kenyataan, pertama diperlihatkan
teknik perbandingan yakni dengan dipilih kesepuluh
bilangan utama, yang merupakan kata-kata pembentuk suatu perangkat yang
memiliki kermiripan satu sama lain. Sehingga nanti akan ditemukan kesamaan
antara kesepuluh bilangan utama yang bukan bersifat kebetulan melankan
memperlihatkan suatu pantulan dari perkembangan yang sama.
Semakin banyak data yang
diperbandingakan maka semakin banyak kemungkinan untuk memperoleh perangkat
korespondensi fonemisnya. Suatu perangkat korespondensi fonemis tidak hanya
diperoleh dari satu pasang melainkan harus diturunkan dari seluruh kemungkinan
yang dapat diperoleh dari bahasa-bahasa yang diperbandingkan.
Pembentukan Korespondensi
Fonemis
a.
Rekurensi Fonemis
Rekurensi fonemis (phonemic
recurrence) yaitu prosedur untuk
menemukan perangkat bunyi yang muncul secara berulang-ulang dalam sejumlah
pasang kata yang lain. Untuk menetapkan secara pasti bahwa terdapat
korespondensi fonemis, maka perlu dibuktikan bahwa ada rekurensinya, yaitu
bahwa tiap perangkat itu akan muncul kembali dalam pasangan-pasangan yang lain.
b.
Ko-okurensi
Ko-okurensi (co-occurence)
yaitu gejala-gejala tambahan yang terjadi sedemikian rupa pada kata-kata
kerabat yang mirip bentuk dan maknanya, sehingga dapat mengaburkan baik
kemiripan bentuk-maknanya maupun koresnpondensi fonemisnya dengan kata-kata
lain dalam bahasa kerabat lainnya. Sehingga, dalam menetapkan korespondensi
fonemis harus diperhatikan pula apakah sepasang kata yang tampaknya tidak sama
itu sebenarnya mengandung gejala lain yaitu ko-okurensi, yaitu gejala-gejala
yang timbul dalam kata itu sehingga sudah mengubah bentuk kata itu. Bila ada,
maka kedua kata itu tetap dimasukkan dalam kata yang identik atau mirip.
c.
Analogi
Analogi adalah suatu proses pembentukan kata mengikuti
contoh-contoh yang sudah ada. Analogi dapat muncul dalam suatu situasi
peralihan yang lain, dalam hubungan dengan bahasa-bahasa non-kerabat. Pola
perubahan antara baasa kerabat dapat dipakai sebagai daar untuk mengubah
bentuk-bentuk dari bahasa non-kerabat sehingga dapat diterima dalam bahasa
sendiri. Pembentukan baru berdasarkan analogi bisa terjadi dalam bahasa-bahasa kerabat,
atau juga dalam bahasa sendiri, baik pada morfem dasar maupun pada morfem
terikat, sehingga tampaknya seolah-olah ada semacam kemiripan bentuk karena
warisan. Jadi, dalam menetapkan korespondensi fonemis harus diperhatikan
masalah analogi. Apakah kata-kata yang dipakai dalam perbandingan itu tidak
dibentuk berdasarkan prinsip analogi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar