KETERANGAN:
·
Metode pengumpulan folklore pengarsipan dibagi menjadi
3 tahap, yakni prapenelitian di tempat,
penelitian di tempat, dan cara pembuatan naskah
folklore bagi pengarsipan.
·
Tahap prapenelitian di
tempat yakni bahwa sebelum memulai suatu penelitian, yaitu terjun ke tempat
atau daerah kita hendak melakukan penelitian suatu bentuk folklor, kita harus
mengadakan persiapan yang matang.
·
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam tahap prapenelitian yakni membuat suatu rancangan
penelitian yang megandung keterangan pokok (bentuk folklor, cara memperoleh
pengetahuan itu, alat-alat yang digunakan, dll). Selain itu dalam rancangan
penelitian sudah harus pula ditentukan dengan teliti daerah kediaman kolektif
yang bentuk folklornya hendak kita teliti dan berapa lama penelitian itu akan
berlangsung.
·
Tahap
penelitian di tempat berlangsung ketika penelitian di tempat. Cara yang dapat
kita pergunakan untuk memperoleh bahan folklor di tempat adalah wawancara dan
pengamatan.
·
Wawancara
dalam tahap penelitian di tempat terdapat dua jenis, yakni wawancara terarah
dan tidak terarah. Wawancara tidak terarah adalah wawancara yang bersifat bebas
santai dan memberi informan kesempatan yang sebesar-besarnya untuk memberikan
keterangan yang ditanyakan.
·
Pengamatan
adalah cara melihat suatu kejadian dari luar sampai ke dalam dan melukiskan
secara tepat seperti apa yang kita lihat. Sebenarnya arti pengamatan dalam suatu
penelitian tidak terbatas pada penglihatan saja, melainkan juga pengalaman yang
diperoleh dari perasaan indera seperti pendengaran, bau, dan rasa.
·
Hal-hal
yang harus diamati adalah: (1) lingkungan fisik suatu bentuk folklor yang
dipertunjukkan, (2) lingkungan social suatu bentuk folklor, (3) interaksi para
peserta sutu pertunjukan bentuk folklor, (4) pertunjukan bentuk folklor itu
sendiri, dan (5) masa pertunjukan. Agar penelitian kita dapat dilakukan dengan
sangat cermat, maka selain mempergunakan cara pengamatan yang terlibat harus
pula dilanjutkan dengan cara pengamatan yang terkendali.
·
Alat
bantuan bagi Daya Pengamatan. Untuk memperbesar daya pengamatan kita perlu
mempergunakan alat-alat bantuan dalam kegiatan pengamatan kita. Alat bantuan
yang biasa digunakan antara lain adalah kamera bagi pemotretan, video tape bagi
pembuatan gambar hidup dan keker. Penggunaan alat bantuan ini penting bukan
saja karena dapat dijadikan bahan pelengkap pengamatan kita, tetapi hasilnya
juga dapat kita pelajari lagi untuk pengecekan di kemudian hari.
·
Waktu
mencatat hasil pengamatan atau wawancara, kita harus waspada agar jangan sampai
mencampuradukkan hasil pengumpulan dengan interpretasi.
·
Cara
pembuatan naskah folklor bagi pengarsipan:
-
Setiap
bahan folklor atau item yang telah dikumpulkan harus ditik spasi rangkap di
atas kertas HVS tebal dengan ukuran kuarto (21 cm x 28 cm).
-
Tidak
mempergunakan kertas tipis (doorslag) karena untuk pengarsipan tidak baik.
-
Pita
tik yang dipergunakan harus baru.
-
Naskah
yang disimpan dalam arsip harus menggunakan ketikan asli bukan tembusannya.
-
Menggunakan lembaran kertas tersendiri bagi
tiap item.
-
Kertas
tik hanya boleh dipergunakan pada satu permukaan saja.
-
Pada
setiap lembar kertas tik harus diberi jarak kosong selebar 3,5 cm di sebelah
kiri, 2,5 di sebelah kanan, dan 3,5 cm di sebelah atas dan bawah.
-
Setiap
alinea baru harus dimulai dengan lima ketukan kosong.
-
Pada
setiap lembaran kertas pertama harus dibubuhi beberapa keterangan,, yaitu: (a)
genre, (b) daerah asal genre itu, (c) suku bangsa yang memilikinya pada sudut
kiri bagian atas kertas.
REFERENSI
Danandjaja,
James. 2002. Folklore Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan lain-lain.
Jakarta: Grafiti Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar