Rabu, 28 Maret 2018

Fenomenologi dan Eksistensialisme


Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani “phainestai” yang berarti menunjukkan dan menampakkan diri sendiri. Fenomenologi diperkenalkan oleh Edmund Husserl yang kemudian dikembangkan oleh M.Acheler dan M. Merlau Ponty. Fenomenologi mengatakan bahwa kita harus mengenalkan gejala-gejala dengan menggunakan intuisi. Kenyataan tidak harus didekati dengan argumen-argumen, konsep-konsep, dan teori-teori umum. Fenomenologi dapat diartikan menunjukkan dan menampakkan kesadaran diri sendiri.
Secara umum pandangan fenomenologi bisa dilihat pada dua posisi, yang pertama ia merupakan reaksi terhadap dominasi positivisme. Yang kedua, sebagai pemikiran kritisme Immanuel Kant yang merupakan filsuf dasar fenomenologi, tentang proses pengetahuan manusia adalah suatu proses sintesa antara apa yang disebut dengan apriori (bentuk pengetahuan yang didapat sebelum pengalaman atau bisa dianggap sebagai teori) dan aposteori (terapan yang didapat setelah pengalaman). Bagi Immanuel Kant, kebenaran hanya terbatas dunia dan fenomena, Immanuel Kant mengatakan bahwa objek itu harus ada dalam diri sendiri dan kemudian harus kembali ke objek.
Para ahli mengartikan fenomenologi sebagai suatu metode dalam mengamati, memahami, mengartikan, dan memaknakan sesuatu sebagai pendirian atau suatu aliran filsafat. Tiga hal yang perlu disisihkan dari usaha menginginkan kebenaran yang murni, yaitu:
1) Membebaskan diri dari anasir atau unsur subjektif, yaitu membebaskan diri dari pikiran tentang pengetahuan atau sejarah. Dilakukan dengan menggunakan metode reduksi, yaitu fenomenologi, editis, dan transidental. 2) Membebaskan diri dari kungkungan teori, dan hipotesis. 3) Membebaskan diri dari doktrin-doktrin tradisional.
Eksistensialisme lahir karena adanya paham idealisme yang secara umum merupakan suatu aliran filsafat yang muncul akibat ketidakpuasan beberapa filosof yang memandang bahwa filsafat pada masa Yunani hingga Modern, seperti protes terhadap rasionalisme Yunani, khususnya pandangan tentang spekulatif tentang manusia.
Eksistenialisme menekankan pada manusia yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Seorang eksistensialis menyadari bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karena itu masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi, menusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai, dan berdasarkan pengalaman yang konkret. Sehingga, dapat dikatakan bahwa pusat renungan eksistenialisme adalah manusia. Eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang bisa bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya. Eksistensialisme mempersoalkan keberadaan manusia, dan keberadaan itu dihadirkan lewat kebebasan.
Jean Paul Sartre berpendapat bahwa pada kebebasan manusia, setelah diciptakan mempunyai kebebasan untuk menentukan dan mengatur dirinya. Konsep manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri. Jean Paul Sartre mengatakan, “hilangkan makna atas dunia, biar ‘aku’ yang memberi makna” yang mempunyai maksud yaitu jangan memperdulikan apapun kata/ penjelasan dari selain “aku”. Sartre berpendapat bahwa kenyataan yang benar adalah kenyataan berdasarkan “aku” bukan orang lain, namun kebenaran tersebut dapat dipertangung jawabkan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kebenaran tida terbentuk dari eksistensi orang lain.

Menjadi eksistensialis bukan hanya selalu menjadi seorang yang lain dari pada yang lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi dari eksitensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah inti dari eksistensialisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar