Kebudayaan Yunani lama
merupakan salah satu unsur kebudayaan yang sangat besar pengaruhnya bagi unsur
kehidupan masyarakat Barat. Dalam berbagai aspek, hal ini mempengaruhi kehidupan yang tersimpan dalam naskah lama
milik bangsa itu. Cabang ilmu yang membuka unsur-unsur yang berakar pada
kebudayaan Yunani lama itu adalah Filologi.
Filologi Yunani lama
merupakan alat penting untuk menyajikan kebudayaan Yunani masa itu, bahkan
sampai sekarang masih tetap berperan dalam memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan.
Sebab kebudayaan ini tidak saja berperan di belahan dunia barat, tetapi juga
berpengaruh luas di seluruh dunia.
1. Filologi
di Daratan Eropa
Awal kegiatan filologi
di kota Iskandaria oleh bangsa Yunani pada abad ke-3 S.M. dengan membaca naskah
Yunani lama yang mulai ditulis pada abad ke-8 S.M. dalam huruf Yunani kuno
(Huruf bangsa Funisia). Naskah itu berkali-kali disalin sehingga mengalami
perubahan dari bentuk aslinya.
Pusat studi untuk
meneliti, membaca, dan menelaah teks menyerupai perpustakaan yang banyak
menyimpan sejumlah besar naskah berupa daun papirus yang bergulung dan
berisi berbagai ilmu pengetahuan, filsafat, hukum, sasta, karya sastra,
ilmu kedokteran, ilmu perbitangan dan lain-lain yang merupakan miliki bangsa
Yunani lama. Perpustakaan itu menepati bangunan yang kini berganti menjadi
museum. Pada saat itu masih berupa sebuah kuil tempat untuk memuja 9 orang dewi
Muze, dewi kesenian dan ilmu pengetahuan dalam mitologi Yunani.
Para penggarap
naskah-naskah itu dikenal dengan ahli filologi, di cetus oleh Eratosthenes.
Para ahli filologi pada zaman itu benar-benar memiliki ilmu yang sangat luas.
Mereka terlebih dahulu harus mengenal hurufnya, bahasanya dan ilmu yang
dikandungnya untuk memahami isi naskah. Setelah dapat membaca dan memahami
isinya mereka menulisnya kembali dengan huruf dan bahasa (teks) yang digunakan
pada masa itu. Para ahli meneliti naskah dalam bentuk gulungan papirus yang
memuat filsafat, kedokteran, perbintangan dan karya sastra Homerus, Plato,
Menander, Herodo¬tus, Hippocrates, Socrates, dan Aristoteles.
Metode awal yang
dilakukan ialah memperbaiki huruf, bacaan, ejaan, bahasanya, tata tulisanya
kemudian menyunting dalam keadaan yang mudah dibaca, dimengerti, bersih dari
kesalahan-kesalahan, kadang-kadang diberi komentar atau tafsiran serta
penjelasan secukupnya. Mereka menguasai ilmu dan kebudayaan Yunani lama yang
dikenal dengan mazhab Iskandariah.
Dalam perkembangan ini,
filologi memiliki tujuan utama yaitu
untuk menggali ilmu pengetahuan Yunani
lama. Disamping itu, Filologi juga sebagai kegiatan peradagangan artinya
naskah-naskah yang berisikan tentang ilmu pengetahuan dan tradisi lisan disalin
oleh para budak Belian, selanjutnya dijual kepada yang membutuhkan. Pada
penyalinan ini seringkali mengalami penyimpangan-penyimpangan. Sehingga perlu
diadakannya perbaikan yang di lakukan oleh ahli filologi.
Pada tahap selanjutnya,
kegiatan filologi berpindah ke Eropa
Selatan setelah Iskandariah jatuh kedalam kekuasaan Romawi. Berpusat di kota
Roma dan tetap melanjutkan kegiatan mazhab Iskandariah. Akan tetapi setelah
pecahnya Romawi menjadi Romawi barat dan Romawi timur pada abad ke 4 Masehi
sangat mempengaruhi kegiatan filologi mashab Iskandariah.
2. Filologi
di Kawasan Romawi
a. Filologi di
Romawi Barat. Mengikuti Mazhab Iskariyah hingga masuknya Kristen di Romawi pada
masa ini, di mulai menggali naskah-naskah dalam bahasa latin yang berupa puisi
dan prosa. Bahasa latin menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Adapun telaah naskah
keagamaan yang dilakukan oleh pendeta berakibat pada naskah Yunani yang mulai
ditinggalkan dan kurang di kenal lagi.
b. Filologi di
Romawi Timur. Pusat kajian filologi di daerah ini tersebar di Antioch, Athena,
Iskandariyah, Beirut, Konstaninopel dan Gaza. Selanjutnya berkembang menjadi
perguruan tinggi yang telah menghasilkan tenaga ahli dalam bidang pemerintahan,
pendidikan, dan administrasi. Dalam periode itu mulailah muncul tafsir pada
tepi halaman naskah, disebut dengan Scholia. Akan tetapi saat telaah teks
Yunani berkembang dirasakan kurangnya ahli dalam kegiatan ini sehingga
bermunculan kuliah filologi di Perguruan Tinggi untuk menghasilkan ahli-ahli
Filologi di jaman itu.
c. Filologi di
Zaman Renaisan Renaisans. Pada zaman ini, mulai dari Italia pada abad ke-13,
menyebar ke negara Eropa lainnya dan berakhir pada abad ke-16. Pada zaman ini
merupakan kebangkitan kembali filologi Yunani yang telah lama ditinggalkan.
Kajian tetap berdasar kepada kritik teks dan sejarahnya, seperti karya Lovato
Lovati (1241-1309), Lorensi Vallo (1407-1457), den Angelo Poliziano (1454-
1494), keti¬ganya dari Itali. Pada abad ke-15 jatuhnya kerajaan Romawi Timur ke
tangan bangsa Turki dan ahli filologi berpindah ke Eropa Selatan (Roma).
Penemuan mesin cetak di
Gitenberg (Jerman) menyebabkan perkembangan baru dalam bidang filologi. Dengan
adanya perkembangan ini, kegiatan ahli filologi pada zaman ini adalah menyalin
naskah, menulis naskah dan mengkaji secara cermat serta kritik teks yang telah
disempurnakan dengan menghadirkan lebih banyak naskah. Naskah-naskah yang telah
dikaji secara cermat kemudian diperbanyak dengan menggunakan mesin cetak. Sehingga
terbitan teks dangan mesin cetak menjadi lebih banyak. Dengan demikian
kekeliruan saat penyalinanan teks menjadi lebih sedikit.
Dalam perkembangan selanjutnya,
di Eropa kegiatan ilmu filologi juga diterapkan untuk telaah naskah lama
nonklasik seperti naskah Germania Romania. Ahli filologi perlu mempelajari
bahasa-bahasa tersebut. Saat itu pengertian filologi menjadi berkurang kembali
dengan adanya ilmu bahasa yang menelaah teks untuk mempelajari bahasa
naskah-naskah tersebut. Sehingga pada abad ke 19 ilmu bahasa menjadi ilmu yang
berdiri sendiri, sedangkan pada abad ke 20 filologi di Eropa Daratan tetap
menelaah teks klasik, sementara di kawasan anglo-sakson berubah menjadi
linguistik.
3. Filologi
di Kawasan Timur Tengah
Bangsa Yunani lama
telah menanamkan kebudayaannya hingga di kawasan Timur Tengah sejak lama.
Perguruan tinggi sebagai pusat berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari
Yunani. Dalam perkembangan sejarahnya, puncak perkembangan ilmu pengetahuan
Yunani di kawasan Timur Tengah yaitu pada zaman dinasti Abasiyah. Pada masa
kepemimpinan Makmun (809-833) perkembangan itu mencapai puncaknya. Di istananya
terkumpul sejumlah ilmuwan dari negara lain yang mempelajari berbagai disiplin
ilmu dan diberi fasilitas yang baik.
Dikenal ada tiga
penerjemah handal pada saat itu. Salah satunya adalah Hunain yang melakukan
banyak hal dengan mendata naskah-naskah yang sudah diterjemahkan maupun yang
belum diterjemahkan, dan tempat penyimpanannya secara lengkap. Ia juga
melakukan kritik teks yang tajam dengan jangkauan naskah sebanyak mungkin.
Berkatnya dapat diketahui metode filologi yang digunakan pada saat itu.
Timur Tengah dikenal
memiliki dokumen lama berisi nilai-nilai agung. Sebelum kedatangan Islam, Timur
Tengah telah memiliki karya sastra yang mengagumkan.
Setelah kedatangan
Islam pun karya sastra mistik Islam berkembang maju. Kedatangan bangsa Barat di
kawasan ini menyebabkan karya sastra mereka dikenal dunia Barat. Meluasnya kekuasaan
dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia pada abad ke-8 membawa ilmu pengetahuan
Yunani yang telah diserap bangsa Arab kembali ke Eropa dengan tradisi Islam.
Hingga Bahasa Arab dipelajari sebagai alat untuk mempelajari naskah-naskah yang
ditulis dalam bahasa tersebut. Terdapat pusat studi ketimuran di berbagai
tempat di Eropa yang menghasilkan ahli- ahli dalam mengkaji naskah-naskah Timur
Tengah.
4. Filologi
di Kawasan Asia
- Kawasan India
India adalah bangsa
yang dinilai memiliki cukup dokumen peninggalan masa silam seperti prasasti dan
naskah-naskah. Kontak langsung dengan bangsa Yunani ada pada zaman Raja
Iskandar Zurkarnain yang mengadakan perjalanan sampai ke India pada abad ke-3
S.M. daerah Gadhara terdapat seni patung, bukti dari pengaruh Yunani. Patung
Buddha yang dipahat seperti patung Apollo. Perpaduan antar budaya Yunani,
Hindu, Buddha, dan Jaina dinamakan kebudayaan Gadhara, dan mencapai puncaknya
pada zaman raja Kaniska Kusana (ke-78 – 100).
Abad ke-1 terjadi
kontak antara India dan Cina. Ada pula yang menterjemahkan naskah-naskah India
ke dalam bahasa Cina, yaitu Fa-hian, Hiuen-tsing, dan I-tsing. Kontak India
dengan bangsa Persi lebih awal dari bangsa-bangsa sebelumnya. Namun hubungan
itu belum memberikan informasi yang mantap.
Adapun masuknya karya
sastra India Pancatantra yang diterjemahkan ke dalam bahasa Persi. Alberuni,
seorang Arab-Persi, pernah mengunjungi India pada tahun 1030 dan mempelajari
naskah-naskah India untuk mengetahui kebudayaan bangsa itu.
Naskah-naskah tersebut
antara lain:
1. Naskah-naskah
India Kesusastraan Weda (kitab suci agama Hindu), kitab suci Brahmana, kitab
Aranyaka, dan kitab Upanisad.
2. Telaah Filologi
dari Naskah-naskah India
Sampai
pertengahan abad ke-19 telah banyak dilakukan telaah terhadap karya sastra
klasik India. Dengan dilakukannya studi terhadap weda dan kitab-kitab agama
Buddha lainnya dari segi materi perkembangan filologi di India telah dipandang
lengkap. Semenjak tahun 1850 banyak dilakukan kajian terhadap sastra klasik
India secara ilmiah, dan diterbitkan sejumlah naskah dengan kritik teks.hingga
pada awal abad ke-20 daftar tersebut sudah meliputi beribu-ribu naskah.
b.
Filologi
di Kawasan Nusantara
Bangsa Yunani lama telah sejak lama
menanamkan kebudayaannya hingga di kawasan Timur Tengah. Ide filsafati dan ilmu
eksakta daerah Timur Tengah terutama didapat dari bangsa Yunani lama. Perguruan
tinggi sebagai pusat berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani. Dalam
perkembangan sejarahnya, puncak perkembangan ilmu pengetahuan Yunani di kawasan
Timur Tengah yaitu pada zaman dinasti Abasiyah. Pada masa kepemimpinan Makmun
(809-833) perkembangan itu mencapai puncaknya. Diistananya terkumpul sejumlah
ilmuwan dari negara lain yang mempelajari berbagai disiplin ilmu dan diberi fasilitas
yang baik.
Dikenal ada tiga penerjemah handal pada
saat itu. Salah satunya adalah Hunain yang melakukan banyak hal dengan mendata
naskah-naskah yang diterjemahkan maupun yang belum diterjemahkan, dan tempat
penyimpanannya secara lengkap. Ia juga melakukan kritik teks yang tajam dengan
jangkauan naskah sebanyak mungkin. Berkatnya dapatdiketahui metode filologi
yang digunakan pada saat itu. Kegiatan filologi juga diterapkan pada
naskah-naskah yang dihasilkan penulis dari daerah itu. Timur Tengah dikenal memiliki
dokumen lama berisi nilai-nilai agung. Sebelum kedatangan Islam, Timur Tengah
telah memiliki karya sastra yang mengagumkan.
Setelah kedatangan Islam pun karya
sastra mistik Islam berkembang maju. Kedatangan bangsa Barat di kawasan ini
menyebabkan karya sastra mereka dikenal dunia Barat. Meluasnya kekuasaan
dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia membawa ilmu pengetahuan Yunani yang
telah diserap bangsa Arab kembali ke Eropa dengan baju Islam. Hingga Bahasa
Arab dipelajari sebagai alat untuk mempelajari naskah-naskah yang ditulis dalam
bahasatersebut. Terdapat pusat studi ketimuran di berbagai tempat di Eropa yang
menghasilkan ahli- ahli dalam mengkaji naskah-naskah Timur Tengah.
c.
Filologi
di Kawasan Nusantara
Kawasan Nusantara terbagi dalam banya kelompok
etnis, memiliki bentuk kebudayaan khas, tanpa meninggalkan sifat kekhasan
budaya Nusantara.
1.
Naskah
Nusantara dan Para Pedagang Barat Hasrat mengkaji naskah Nusantara timbul
dengan kehadiran bangsa barat abad ke-16. Yang mengetahui pertama naskah lama
adalah para pedagang. Dan maraknya perdagangan naskah kuno. Peter Floris dan
Pieter Wilemsz van el binck adalah seseorang bergerak dalam perdaangan naskah
kuno. Di zaman VOC usaha mempelajari bahasa-bahasa Nusantara hampir terbatas
pada bahasa Melayu.
2.
Telaah
Naskah Nusantara oleh Para Penginjil Sesuai dengan teori filologi, sastra lisan
termasuk kajian filologi, maka diantara penginjil ada yang mengkaji sastra
lisan daerah yang didatanginya, karena kelompok etnis belum mengenal huruf
sehingga budayanya masih disimpan dalam sastra lisan, seperti daerah Toraja
oleh. N. Adriani dan Kruijt.
3.
Kegiatan
Filologi terhadap Naskah Nusantara Kehadiran NBG ke Indonesia mendorong
tumbuhnya kegiatan untuk meneliti naskah-nasah Nusantara. Minat itupuun timbul
pada para tenaga Belanda dan Inggris. Kajian ahli filologi bertujuan untuk
menyunting, membahas serta menganalisis isinya dengan menggunakan metode
intuitif atau diplomatik.
Perkembangan
selanjutnya disunting dalam bentuk transliterasi huruf Latin dan berkembang
lagi dalam bentuk bahasa asing terutama bahasa Belanda. Adanya telaah naskah
untuk tujuan pembahasan isinya, yang ditinjau dari berbagai disiplin.
Kegiatan
filologi terhadap naskah Nusantara, mendorong berbagai kegiatan ilmiah,
terutama dimanfaatkan oleh disiplin humaniora dan disiplin ilmu-ilmu social.
Semua kegiatan itu telah memenuhi tujuan filologi, ialah melalui telaah
naskah-naskah dapat membuka kebudayaan bangsa dan telaah mengangkat nili-nilai
luhur yang tersimpan di dalamnya.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar