Rabu, 28 Maret 2018

Sejarah Perkembangan Filologi


Kebudayaan Yunani lama merupakan salah satu unsur kebudayaan yang sangat besar pengaruhnya bagi unsur kehidupan masyarakat Barat. Dalam berbagai aspek, hal ini mempengaruhi  kehidupan yang tersimpan dalam naskah lama milik bangsa itu. Cabang ilmu yang membuka unsur-unsur yang berakar pada kebudayaan Yunani lama itu adalah Filologi.
Filologi Yunani lama merupakan alat penting untuk menyajikan kebudayaan Yunani masa itu, bahkan sampai sekarang masih tetap berperan dalam memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan. Sebab kebudayaan ini tidak saja berperan di belahan dunia barat, tetapi juga berpengaruh luas di seluruh dunia.

1.      Filologi di Daratan Eropa
Awal kegiatan filologi di kota Iskandaria oleh bangsa Yunani pada abad ke-3 S.M. dengan membaca naskah Yunani lama yang mulai ditulis pada abad ke-8 S.M. dalam huruf Yunani kuno (Huruf bangsa Funisia). Naskah itu berkali-kali disalin sehingga mengalami perubahan dari bentuk aslinya.
Pusat studi untuk meneliti, membaca, dan menelaah teks menyerupai perpustakaan yang banyak menyimpan sejumlah besar naskah berupa daun papirus yang bergulung  dan  berisi berbagai ilmu pengetahuan, filsafat, hukum, sasta, karya sastra, ilmu kedokteran, ilmu perbitangan dan lain-lain yang merupakan miliki bangsa Yunani lama. Perpustakaan itu menepati bangunan yang kini berganti menjadi museum. Pada saat itu masih berupa sebuah kuil tempat untuk memuja 9 orang dewi Muze, dewi kesenian dan ilmu pengetahuan dalam mitologi Yunani.
Para penggarap naskah-naskah itu dikenal dengan ahli filologi, di cetus oleh Eratosthenes. Para ahli filologi pada zaman itu benar-benar memiliki ilmu yang sangat luas. Mereka terlebih dahulu harus mengenal hurufnya, bahasanya dan ilmu yang dikandungnya untuk memahami isi naskah. Setelah dapat membaca dan memahami isinya mereka menulisnya kembali dengan huruf dan bahasa (teks) yang digunakan pada masa itu. Para ahli meneliti naskah dalam bentuk gulungan papirus yang memuat filsafat, kedokteran, perbintangan dan karya sastra Homerus, Plato, Menander, Herodo¬tus, Hippocrates, Socrates, dan Aristoteles.
Metode awal yang dilakukan ialah memperbaiki huruf, bacaan, ejaan, bahasanya, tata tulisanya kemudian menyunting dalam keadaan yang mudah dibaca, dimengerti, bersih dari kesalahan-kesalahan, kadang-kadang diberi komentar atau tafsiran serta penjelasan secukupnya. Mereka menguasai ilmu dan kebudayaan Yunani lama yang dikenal dengan mazhab Iskandariah.
Dalam perkembangan ini, filologi  memiliki tujuan utama yaitu untuk menggali ilmu pengetahuan Yunani  lama. Disamping itu, Filologi juga sebagai kegiatan peradagangan artinya naskah-naskah yang berisikan tentang ilmu pengetahuan dan tradisi lisan disalin oleh para budak Belian, selanjutnya dijual kepada yang membutuhkan. Pada penyalinan ini seringkali mengalami penyimpangan-penyimpangan. Sehingga perlu diadakannya perbaikan yang di lakukan oleh ahli filologi.
Pada tahap selanjutnya, kegiatan filologi  berpindah ke Eropa Selatan setelah Iskandariah jatuh kedalam kekuasaan Romawi. Berpusat di kota Roma dan tetap melanjutkan kegiatan mazhab Iskandariah. Akan tetapi setelah pecahnya Romawi menjadi Romawi barat dan Romawi timur pada abad ke 4 Masehi sangat mempengaruhi kegiatan filologi mashab Iskandariah.

2.      Filologi di Kawasan Romawi
a. Filologi di Romawi Barat. Mengikuti Mazhab Iskariyah hingga masuknya Kristen di Romawi pada masa ini, di mulai menggali naskah-naskah dalam bahasa latin yang berupa puisi dan prosa. Bahasa latin menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Adapun telaah naskah keagamaan yang dilakukan oleh pendeta berakibat pada naskah Yunani yang mulai ditinggalkan dan kurang di kenal lagi.
b. Filologi di Romawi Timur. Pusat kajian filologi di daerah ini tersebar di Antioch, Athena, Iskandariyah, Beirut, Konstaninopel dan Gaza. Selanjutnya berkembang menjadi perguruan tinggi yang telah menghasilkan tenaga ahli dalam bidang pemerintahan, pendidikan, dan administrasi. Dalam periode itu mulailah muncul tafsir pada tepi halaman naskah, disebut dengan Scholia. Akan tetapi saat telaah teks Yunani berkembang dirasakan kurangnya ahli dalam kegiatan ini sehingga bermunculan kuliah filologi di Perguruan Tinggi untuk menghasilkan ahli-ahli Filologi di jaman itu.
c. Filologi di Zaman Renaisan Renaisans. Pada zaman ini, mulai dari Italia pada abad ke-13, menyebar ke negara Eropa lainnya dan berakhir pada abad ke-16. Pada zaman ini merupakan kebangkitan kembali filologi Yunani yang telah lama ditinggalkan. Kajian tetap berdasar kepada kritik teks dan sejarahnya, seperti karya Lovato Lovati (1241-1309), Lorensi Vallo (1407-1457), den Angelo Poliziano (1454- 1494), keti¬ganya dari Itali. Pada abad ke-15 jatuhnya kerajaan Romawi Timur ke tangan bangsa Turki dan ahli filologi berpindah ke Eropa Selatan (Roma).
Penemuan mesin cetak di Gitenberg (Jerman) menyebabkan perkembangan baru dalam bidang filologi. Dengan adanya perkembangan ini, kegiatan ahli filologi pada zaman ini adalah menyalin naskah, menulis naskah dan mengkaji secara cermat serta kritik teks yang telah disempurnakan dengan menghadirkan lebih banyak naskah. Naskah-naskah yang telah dikaji secara cermat kemudian diperbanyak dengan menggunakan mesin cetak. Sehingga terbitan teks dangan mesin cetak menjadi lebih banyak. Dengan demikian kekeliruan saat penyalinanan teks menjadi lebih sedikit.
Dalam perkembangan selanjutnya, di Eropa kegiatan ilmu filologi juga diterapkan untuk telaah naskah lama nonklasik seperti naskah Germania Romania. Ahli filologi perlu mempelajari bahasa-bahasa tersebut. Saat itu pengertian filologi menjadi berkurang kembali dengan adanya ilmu bahasa yang menelaah teks untuk mempelajari bahasa naskah-naskah tersebut. Sehingga pada abad ke 19 ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, sedangkan pada abad ke 20 filologi di Eropa Daratan tetap menelaah teks klasik, sementara di kawasan anglo-sakson berubah menjadi linguistik.

3.      Filologi di Kawasan Timur Tengah
Bangsa Yunani lama telah menanamkan kebudayaannya hingga di kawasan Timur Tengah sejak lama. Perguruan tinggi sebagai pusat berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani. Dalam perkembangan sejarahnya, puncak perkembangan ilmu pengetahuan Yunani di kawasan Timur Tengah yaitu pada zaman dinasti Abasiyah. Pada masa kepemimpinan Makmun (809-833) perkembangan itu mencapai puncaknya. Di istananya terkumpul sejumlah ilmuwan dari negara lain yang mempelajari berbagai disiplin ilmu dan diberi fasilitas yang baik.
Dikenal ada tiga penerjemah handal pada saat itu. Salah satunya adalah Hunain yang melakukan banyak hal dengan mendata naskah-naskah yang sudah diterjemahkan maupun yang belum diterjemahkan, dan tempat penyimpanannya secara lengkap. Ia juga melakukan kritik teks yang tajam dengan jangkauan naskah sebanyak mungkin. Berkatnya dapat diketahui metode filologi yang digunakan pada saat itu.
Timur Tengah dikenal memiliki dokumen lama berisi nilai-nilai agung. Sebelum kedatangan Islam, Timur Tengah telah memiliki karya sastra yang mengagumkan.
Setelah kedatangan Islam pun karya sastra mistik Islam berkembang maju. Kedatangan bangsa Barat di kawasan ini menyebabkan karya sastra mereka dikenal dunia Barat. Meluasnya kekuasaan dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia pada abad ke-8 membawa ilmu pengetahuan Yunani yang telah diserap bangsa Arab kembali ke Eropa dengan tradisi Islam. Hingga Bahasa Arab dipelajari sebagai alat untuk mempelajari naskah-naskah yang ditulis dalam bahasa tersebut. Terdapat pusat studi ketimuran di berbagai tempat di Eropa yang menghasilkan ahli- ahli dalam mengkaji naskah-naskah Timur Tengah.

4.      Filologi di Kawasan Asia
  1. Kawasan India
India adalah bangsa yang dinilai memiliki cukup dokumen peninggalan masa silam seperti prasasti dan naskah-naskah. Kontak langsung dengan bangsa Yunani ada pada zaman Raja Iskandar Zurkarnain yang mengadakan perjalanan sampai ke India pada abad ke-3 S.M. daerah Gadhara terdapat seni patung, bukti dari pengaruh Yunani. Patung Buddha yang dipahat seperti patung Apollo. Perpaduan antar budaya Yunani, Hindu, Buddha, dan Jaina dinamakan kebudayaan Gadhara, dan mencapai puncaknya pada zaman raja Kaniska Kusana (ke-78 – 100).
Abad ke-1 terjadi kontak antara India dan Cina. Ada pula yang menterjemahkan naskah-naskah India ke dalam bahasa Cina, yaitu Fa-hian, Hiuen-tsing, dan I-tsing. Kontak India dengan bangsa Persi lebih awal dari bangsa-bangsa sebelumnya. Namun hubungan itu belum memberikan informasi yang mantap.
Adapun masuknya karya sastra India Pancatantra yang diterjemahkan ke dalam bahasa Persi. Alberuni, seorang Arab-Persi, pernah mengunjungi India pada tahun 1030 dan mempelajari naskah-naskah India untuk mengetahui kebudayaan bangsa itu.
Naskah-naskah tersebut antara lain:
1. Naskah-naskah India Kesusastraan Weda (kitab suci agama Hindu), kitab suci Brahmana, kitab Aranyaka, dan kitab Upanisad.
2. Telaah Filologi dari Naskah-naskah India
Sampai pertengahan abad ke-19 telah banyak dilakukan telaah terhadap karya sastra klasik India. Dengan dilakukannya studi terhadap weda dan kitab-kitab agama Buddha lainnya dari segi materi perkembangan filologi di India telah dipandang lengkap. Semenjak tahun 1850 banyak dilakukan kajian terhadap sastra klasik India secara ilmiah, dan diterbitkan sejumlah naskah dengan kritik teks.hingga pada awal abad ke-20 daftar tersebut sudah meliputi beribu-ribu naskah.
b.      Filologi di Kawasan Nusantara
Bangsa Yunani lama telah sejak lama menanamkan kebudayaannya hingga di kawasan Timur Tengah. Ide filsafati dan ilmu eksakta daerah Timur Tengah terutama didapat dari bangsa Yunani lama. Perguruan tinggi sebagai pusat berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani. Dalam perkembangan sejarahnya, puncak perkembangan ilmu pengetahuan Yunani di kawasan Timur Tengah yaitu pada zaman dinasti Abasiyah. Pada masa kepemimpinan Makmun (809-833) perkembangan itu mencapai puncaknya. Diistananya terkumpul sejumlah ilmuwan dari negara lain yang mempelajari berbagai disiplin ilmu dan diberi fasilitas yang baik.
Dikenal ada tiga penerjemah handal pada saat itu. Salah satunya adalah Hunain yang melakukan banyak hal dengan mendata naskah-naskah yang diterjemahkan maupun yang belum diterjemahkan, dan tempat penyimpanannya secara lengkap. Ia juga melakukan kritik teks yang tajam dengan jangkauan naskah sebanyak mungkin. Berkatnya dapatdiketahui metode filologi yang digunakan pada saat itu. Kegiatan filologi juga diterapkan pada naskah-naskah yang dihasilkan penulis dari daerah itu. Timur Tengah dikenal memiliki dokumen lama berisi nilai-nilai agung. Sebelum kedatangan Islam, Timur Tengah telah memiliki karya sastra yang mengagumkan.
Setelah kedatangan Islam pun karya sastra mistik Islam berkembang maju. Kedatangan bangsa Barat di kawasan ini menyebabkan karya sastra mereka dikenal dunia Barat. Meluasnya kekuasaan dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia membawa ilmu pengetahuan Yunani yang telah diserap bangsa Arab kembali ke Eropa dengan baju Islam. Hingga Bahasa Arab dipelajari sebagai alat untuk mempelajari naskah-naskah yang ditulis dalam bahasatersebut. Terdapat pusat studi ketimuran di berbagai tempat di Eropa yang menghasilkan ahli- ahli dalam mengkaji naskah-naskah Timur Tengah.

c.       Filologi di Kawasan Nusantara
Kawasan Nusantara terbagi dalam banya kelompok etnis, memiliki bentuk kebudayaan khas, tanpa meninggalkan sifat kekhasan budaya Nusantara.
1.      Naskah Nusantara dan Para Pedagang Barat Hasrat mengkaji naskah Nusantara timbul dengan kehadiran bangsa barat abad ke-16. Yang mengetahui pertama naskah lama adalah para pedagang. Dan maraknya perdagangan naskah kuno. Peter Floris dan Pieter Wilemsz van el binck adalah seseorang bergerak dalam perdaangan naskah kuno. Di zaman VOC usaha mempelajari bahasa-bahasa Nusantara hampir terbatas pada bahasa Melayu.
2.      Telaah Naskah Nusantara oleh Para Penginjil Sesuai dengan teori filologi, sastra lisan termasuk kajian filologi, maka diantara penginjil ada yang mengkaji sastra lisan daerah yang didatanginya, karena kelompok etnis belum mengenal huruf sehingga budayanya masih disimpan dalam sastra lisan, seperti daerah Toraja oleh. N. Adriani dan Kruijt.
3.      Kegiatan Filologi terhadap Naskah Nusantara Kehadiran NBG ke Indonesia mendorong tumbuhnya kegiatan untuk meneliti naskah-nasah Nusantara. Minat itupuun timbul pada para tenaga Belanda dan Inggris. Kajian ahli filologi bertujuan untuk menyunting, membahas serta menganalisis isinya dengan menggunakan metode intuitif atau diplomatik.
Perkembangan selanjutnya disunting dalam bentuk transliterasi huruf Latin dan berkembang lagi dalam bentuk bahasa asing terutama bahasa Belanda. Adanya telaah naskah untuk tujuan pembahasan isinya, yang ditinjau dari berbagai disiplin.
Kegiatan filologi terhadap naskah Nusantara, mendorong berbagai kegiatan ilmiah, terutama dimanfaatkan oleh disiplin humaniora dan disiplin ilmu-ilmu social. Semua kegiatan itu telah memenuhi tujuan filologi, ialah melalui telaah naskah-naskah dapat membuka kebudayaan bangsa dan telaah mengangkat nili-nilai luhur yang tersimpan di dalamnya.
  
Daftar Pustaka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar