Minggu, 19 Maret 2017

Review Kumpulan Cerpen Sastra: Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek | Djenar Maesa Ayu

Judul: Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek
Penulis: Djenar Maesa Ayu
Genre: Antologi Cerpen Dewasa
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ke-: 3, November 2012
Tebal: 117 halaman
ISBN: 978-979-22-8993-0
Tanggal baca: 13-18 Maret 2017
My rating: 3/5

Oke, ketemu lagi di-review buku saya~~
Kali ini saya akan merensi sebuah buku sastra pertama yang say abaca ditahun 2017 ini. Bukan buku sastra yang terlalu berat sebenarnya karena ini hanya kumpulan cerpen. Kumpulan cerpen dewasa lebih tepatnya, yah aha. Cerpen dewasa sastra yang tentu sukses bikin saya mikir hahaha.

Dalam kumpulan cerpen ini terdapat 13 cerpen yang berkisah mengenai kisah cinta. Kisah cinta yang dikemas dengan cara yang berbeda. Kisah cinta yang sesungguhnya bukan kisah cinta biasa. Bukan kisah cinta roman picisan. Bukan kisah cinta manis puitis. Tapi justru kisah cinta pahit-pahit. Kisah cinta menohok. Kisah cinta yang amat teramat tidak biasa. Kisah cinta yang memang tidak patut dibaca oleh anak-anak dibawah umur. Kisah cinta yang hitam. Kisah cinta yang sepertinya memang cocok untuk pecinta karya sastra.

Dalam kumpulan cerpen ini sesungguhnya saya tidak menemukan kekurangan yang spesifik, karena sesungguhnya kekurangan ada pada diri saya sendiri. Why? Tentu karena saya sendiri tidak bisa menaklukkan ke-13 cerpen yang ada dalam buku ini. Tidak semua dari kumpulan cerpen yang ada disini merasuk dalam tulang saya a.k.a sesungguhnya saya nggak terlalu paham haha tapiii bukan berarti saya tidak paham 0%. Intinya sih saya tidak puas karena saya tidak paham 100%. Yah, ini emang selalu terjadi ketika saya baca buku sastra sih. Rasanya kok menyeramkan, ya? Saya anak sastra Indonesia tapi saya tidak bisa menaklukkan buku-buku sastra. Atau mungkin sekarang mendingan ngaku anak linguistik aja, ya? Jangan sastra? Biar nggak malu? Haha *koksayacurhatsih?*

Kelebihan buku ini adalah ia dikemas dengan unik, dengan memberikan sketsa-sketsa ditiap pembukaan cerpen. Sketsa yang sama susahnya untuk dipahami layaknya isinya. Jauh lebih susah malah, ya sepertinya haha.

Kemudian kelebihan yang lain, yang sepertinya saya saja yang menganggap ini sebagai kelebihan sebuah buku. Saya suka diakhir cerpen yang selalu ditulis tanggal pembuatan cerpen, untuk saya itu menyenangkan. Saya bisa membayangkan kapan cerpen itu dibuat, dirangkai, disusun menjadi satu kesatuan utuh.

Lalu, ada dua kutipan yang saya suka dari kumpulan cerpen ini yakni ada dicerpen ketiga halaman 23 dan ada dicerpen kelima halaman 35. Check this out:
Laut selalu membuat saya tidak ingin pulang. Dengan atau tanpa orang lain. Dengan atau tanpa kekasih. Dengan atau tanpa kepentingan dengan atau tanpa alasan.—Three More Days/pg.23

Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa berkepanjangan.
Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa dalam penantian.—Ikan/pg.35.
Saya menyukai dua kutipan itu karena saya rasa kutipan itu seperti saya banget haha. Untuk kutipan pertama dalam arti harfiahnya dan untuk kedua dengan arti yang saya rasa sama seperti maksud Kak Djenar.

Ah ya, masih ada hal yang lain yang saya suka dari kumpulan cerpen ini yakni cover belakangnya. Terdapat warning unik yang membuat saya tersenyum. Apakah kamu juga tersenyum ketika membacanya seperti saya?

Hmmm, saya pikir itu saja yang dapat saya sampaikan dan anw saya lagi terpinspirasi dari instagram @bookfacemagazine untuk foto dengan buku ini dengan menjadikan kaki buku ini sebagai kaki saya. Aduh saya ngomong apa, sih? Sudahlah, silahkan lihat fotonya di-instagram saya @fassnote 

Okay, that’s all~~
See ya on the next review~~

Thanks ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar