Penulis:
Djenar Maesa Ayu
Genre:
Antologi Cerpen Dewasa
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan
ke-: 3, November 2012
Tebal:
117 halaman
ISBN:
978-979-22-8993-0
Tanggal
baca: 13-18 Maret 2017
My
rating: 3/5
Oke,
ketemu lagi di-review buku saya~~
Kali
ini saya akan merensi sebuah buku sastra pertama yang say abaca ditahun 2017
ini. Bukan buku sastra yang terlalu berat sebenarnya karena ini hanya kumpulan
cerpen. Kumpulan cerpen dewasa lebih tepatnya, yah aha. Cerpen dewasa sastra
yang tentu sukses bikin saya mikir hahaha.
Dalam
kumpulan cerpen ini terdapat 13 cerpen yang berkisah mengenai kisah cinta.
Kisah cinta yang dikemas dengan cara yang berbeda. Kisah cinta yang
sesungguhnya bukan kisah cinta biasa. Bukan kisah cinta roman picisan. Bukan
kisah cinta manis puitis. Tapi justru kisah cinta pahit-pahit. Kisah cinta
menohok. Kisah cinta yang amat teramat tidak biasa. Kisah cinta yang memang
tidak patut dibaca oleh anak-anak dibawah umur. Kisah cinta yang hitam. Kisah
cinta yang sepertinya memang cocok untuk pecinta karya sastra.
Dalam
kumpulan cerpen ini sesungguhnya saya tidak menemukan kekurangan yang spesifik,
karena sesungguhnya kekurangan ada pada diri saya sendiri. Why? Tentu karena saya sendiri tidak bisa menaklukkan ke-13 cerpen
yang ada dalam buku ini. Tidak semua dari kumpulan cerpen yang ada disini
merasuk dalam tulang saya a.k.a sesungguhnya saya nggak terlalu paham haha
tapiii bukan berarti saya tidak paham 0%. Intinya sih saya tidak puas karena saya
tidak paham 100%. Yah, ini emang selalu terjadi ketika saya baca buku sastra
sih. Rasanya kok menyeramkan, ya? Saya anak sastra Indonesia tapi saya tidak
bisa menaklukkan buku-buku sastra. Atau mungkin sekarang mendingan ngaku anak
linguistik aja, ya? Jangan sastra? Biar nggak malu? Haha *koksayacurhatsih?*
Kelebihan
buku ini adalah ia dikemas dengan unik, dengan memberikan sketsa-sketsa ditiap
pembukaan cerpen. Sketsa yang sama susahnya untuk dipahami layaknya isinya.
Jauh lebih susah malah, ya sepertinya haha.
Kemudian
kelebihan yang lain, yang sepertinya saya saja yang menganggap ini sebagai
kelebihan sebuah buku. Saya suka diakhir cerpen yang selalu ditulis tanggal
pembuatan cerpen, untuk saya itu menyenangkan. Saya bisa membayangkan kapan
cerpen itu dibuat, dirangkai, disusun menjadi satu kesatuan utuh.
Lalu,
ada dua kutipan yang saya suka dari kumpulan cerpen ini yakni ada dicerpen
ketiga halaman 23 dan ada dicerpen kelima halaman 35. Check this out:
Laut selalu membuat saya tidak
ingin pulang. Dengan atau tanpa orang lain. Dengan atau tanpa kekasih. Dengan
atau tanpa kepentingan dengan atau tanpa alasan.—Three More Days/pg.23
Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa.
Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa berkepanjangan.
Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa.
Tawa. Tawa. Tawa. Tawa. Tawa dalam penantian.—Ikan/pg.35.
Saya
menyukai dua kutipan itu karena saya rasa kutipan itu seperti saya banget haha.
Untuk kutipan pertama dalam arti harfiahnya dan untuk kedua dengan arti yang
saya rasa sama seperti maksud Kak Djenar.
Ah
ya, masih ada hal yang lain yang saya suka dari kumpulan cerpen ini yakni cover belakangnya. Terdapat warning unik yang membuat saya
tersenyum. Apakah kamu juga tersenyum ketika membacanya seperti saya?
Hmmm,
saya pikir itu saja yang dapat saya sampaikan dan anw saya lagi terpinspirasi dari instagram @bookfacemagazine untuk foto dengan buku ini dengan
menjadikan kaki buku ini sebagai kaki saya. Aduh saya ngomong apa, sih?
Sudahlah, silahkan lihat fotonya di-instagram saya @fassnote
Okay,
that’s all~~
See
ya on the next review~~
Thanks
^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar