Review: Filosofi Kopi | Dee Lestari



"Berbahagialah, sesungguhnya engkau mampu berulang tahun setiap hari."

Dee Lestari kembali membuatku jatuh hati. Lagi dan lagi. Sesungguhnya, aku gak memberikan ekspetasi tinggi waktu baca Filosofi Kopi. Nyatanya, sejak cerpen pertama aku sudah terlena. Aku langsung semangat untuk baca kisah demi kisah lain yang disuguhkan di kumpulan cerpen ini.

Kisah perkopian dengan Ben & Jody sebagai karakter utama ini amat menarik. Aku yang awalnya tidak ingin nonton versi film, akhirnya mempertimbangkan untuk menonton karena sepertinya akan menyenangkan melihat Ben & Jody membicarakan kopi secara visual.

Cerpen atau prosa lainnya mulai membuatku pusing. Ada alasan ini menjadi pemenang karya sastra terbaik versi Tempo. Kuulangi lagi, versi Tempo! Tentunya ada kualitas yang melekat dalam kumpulan cerpen ini. Beberapa karya di sini perlu dibaca sambil fokus atau dibaca lebih dari sekali untuk memahami maunya apa.

Banyak karya yang kusuka di sini, Filosofi Kopi menjadi pemenang pertama setelah beradu sengit dengan cerpen penutup buku ini, Rico de Coro. Setelah kedua cerpen itu, aku juga suka Mencari Herman! Surat yang Tak Pernah Sampai, Selagi Kau Lelap, Sikat Gigi, Sepotong Kue Kuning, Cuaca, dan Spasi juga kusuka. Semua aja kusuka! Hahaha

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama