Rabu, 28 Maret 2018

Pemikiran Jean Baudrillard


Jean Paul Baudrillard lahir pada tanggal 20 Juni 1929 di Reims. Jean Baudrillard adalah seorang filsuf asal Perancis yang memiliki perhatian khusus terhadap fenomena konsumerisme masyarakat modern dan keterkaitannya dengan perkembangan media massa kontemporer. Baudrillard dikenal sebagai McLuhan baru atau teoritisi terkemuka tentang media dan masyarakat dalam era yang disebut juga posmodern. Teorinya mengenai masyarakat posmodern berdasarkan asumsi utama bahwa media, simulasi, dan apa yang ia sebut "cyberblitz" telah mengkonstitusi bidang pengalaman baru, tahapan sejarah, dan tipe masyarakat yang baru. Fondasi filsafat Baudrillard adalah kritisisme terhadap pemikiran tradisional dan ilmiah yang menurutnya telah mengganti realitas dengan ilusi tentang kebenaran.
Baudrillard yang terkenal dan mewarnai wacana keilmuan sosial-humaniora, antara lain; konsumsi simbol, simulacrum, hiperrealitas, distingsi, sampah visual dan drugstore.
Menurut Baudrillard, pola konsumsi masyarakat modern ditandai dengan bergesernya orientasi konsumsi yang semula ditujukan bagi “kebutuhan hidup”, menjadi “gaya hidup”. Baginya, hal tersebut tak lepas dari munculnya kelas menengah pasca-Perang Dunia II secara masif akibat diterapkannya konsep ekonomi keynesian. Bagi Baudrillard, hal terkait menunjukkan betapa dewasa ini masyarakat lebih terpaku pada konsumsi simbol ketimbang kegunaan.
Simulacrum atau “simulakra” merupakan sebentuk instrumen yang mampu merubah hal-hal yang bersifat abstrak menjadi konkret dan begitu pula sebaliknya: konkret menjadi abstrak. Beberapa instrumen yang dapat terklasifikasikan di dalamnya antara lain; televisi, video games, komputer/internet, surat kabar dan majalah bahkan lukisan.
Menurut Baudrillard, hiperrealitas merupakan ciri paling kentara yang dibawa simulakra. Sebagai misal, sebuah iklan parfum yang apabila seorang lelaki memakainya maka perempuan seisi kota bakal mengikutinya. Begitu pula dengan iklan minuman ringan yang dapat membuat seseorang melayang, atau iklan multivitamin yang dapat membuat anak cerdas seketika. Tak pelak, seluruh perihal tersebut sekedar menemui bentuknya sebagai hiperrealitas semata, yakni perihal yang tak nyata atau tak mungkin dalam kehidupan sehari-hari. Secara kasar, dapatlah dikatakan bahwa hiperrealitas merupakan “kebohongan” yang dibawa oleh simulakra.
Distingsi merupakan “jarak sosial” yang diakibatkan oleh pilihan selera. Menurut Baudrillard, sampah visual merupakan kebiasaan akut para kapitalis yang gencar memasarkan produk-produknya melalui berbagai spanduk berikut banner di pinggiran jalan yang justru “mendistorsi” alam pikiran mereka yang melihatnya.
Drugstore atau “toko obat” merupakan istilah yang digunakan Baudrillard guna menunjuk pada minimarket yang menjual berbagai barang kebutuhan sehari-hari dan umumnya beroperasi 24 jam penuh/hari. Sebagaimana filosofi toko obat di mana beragam obat penyakit ringan hingga berat terdapat di dalamnya, minimarket-drugstore sebagaimana dimaksudkan Baudrillard berupaya menghindari “spesialisasi barang dagangan”.
Melalui kajiannya mengenai simulakra, Baudrillad mencetuskan tesis tentang “berakhirnya kehidupan sosial”. Menurutnya, mereka yang terjebak dalam simulakra dapat dipastikan telah berakhir kehidupan sosialnya. Dalam perspektif Baudrillard, kesemua dari mereka dapat dikatakan telah terjebak dalam simulakra dan berakhir kehidupan sosialnya. Sebagaimana telah dipaparkan di atas, televisi, video games, internet, bacaan bahkan lukisan dapat terklasifikasi dalam simulakra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar