Review: Perempuan di Titik Nol | Nawal El Saadawi



"Pelacur yang sukses lebih baik dari seorang suci yang sesat."

Butuh waktu bagiku untuk memutuskan membaca Perempuan di Titik Nol, buku yang sudah direkomendasikan oleh dosenku untuk dibaca sejak semester satu. Salah satu buku feminis yang patut dibaca setidaknya sekali seumur hidup untuk seorang feminis, karena kalau bukan agaknya maknanya tidak akan mengena haha.

Sejak beberapa lembar awal, aku sudah mengembuskan napas panjang karena tema buku ini adalah salah satu trigger tantrumku; pelecehan seksual. Aku sebenarnya gak begitu nyaman dengan tema-tema ini, tapi kumantapkan hatiku untuk terus membacanya. Menyelami kisah Firdaus membuatku patah hati, sulit sekali jadi dia!

Perempuan di Titik Nol membuatku semakin menyadari lagi dan lagi kalau perempuan tidak pernah aman di mana pun, era mana pun, di belahan bumi mana pun. Buku ini ditulis di 1977 dan menurutku masih sangat relevan dibaca sampai saat ini. Sampai kapan perempuan harus berjuang cuma sekadar untuk mendapatkan kesetaraan?

Firdaus yang bertekad mengingatkan kepada semua perempuan kalau "tubuhmu adalah milikmu sendiri". Meski begitu, ia tetap manusia biasa yang juga terlena. Aku jadi semakin yakin kalau cinta itu memang membuatmu buta hm, Firdaus aja bisa oleng! Gapapa! Tetap kembali ingat, "tubuhmu milikmu sendiri, kamu yang memberikan harga untuk tubuhmu".

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama