Judul:
Dealova
Penulis:
Dyan Nuranindya
Genre:
Teenlit
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan
ke-: 13 (Maret, 2006)
Tebal:
304 halaman
Dimensi:
20 cm
ISBN:
979-22-0760-0
Tanggal
baca: 10-11 Maret 2017
My Rating:
3/5
Hallo
hallo~~
Wah siapa sih disini yang
nggak pernah ngerti kata “dealova"? saya rasa sih pada tau semua, kata
“dealova” memang sempet famous pada
tahun hmmmm entahlah, saya sendiri nggak tau haha. Yang pasti saya tau kalau
dealova itu judul film terus judul lagunya Once yang asli enak banget, aku ingin menjadi mimpi indah di dalam
tidurmu🎶, dan tentu saya juga tau kalo dealova adalah novel.
Saya emang apa banget ya, baru baca novel itu sekarang setelah lebih dari satu dekade
novel itu terbit haha (cetakan pertama 2004). Telat banget asli!!
Oke,
cerita ini sejujurnya roman picisan remaja bangetlah, ya haha. Berkisah
mengenai Farhika Candida Feryaldi alias Karra—well, sejujurnya saya gagal paham
gimana cara si penulis menjadikan nama panggilan dan nama panjangnya gak ada
nyambungnya. Saya sempet mantengin nama panjang si heroine ini dan
menyambungkan ke nama panggilan and I get
nothing .-.
Si
Karra ini adalah kapten basket yang tentunya suka sama basket, cewek yang
“berbeda” dari cewek pada umumnya, cuek bebek sama yang namanya the most wanted school yang digilai
sahabatnya, Finta. Si Karra ini bertemu dengan dua cool guy dalam waktu yang lumayan bersamaan. First cool guy is sahabat dan teman satu band kakaknya, Iraz bernama
Abel dan second cool guy is anak baru
di sekolahnya yang hobi mengajak duel basket bernama Dira (hmmm apa cuma saya
yang merasa kedua nama ini seperti nama cewek? .-.)
Si
Abel adalah cowok yang sama seperti kakak Karra, care her so much or too much?, selalu ada untuknya, selalu mau
membantunya, dan tentunya cowok ini jatuh cinta dengan adik sahabatnya itu.
Cinta diam-diam yang awalnya nggak sadar karena menganggap rasa itu rasa sayang
sama adik.
Si
Dara adalah musuh bebuyutan Karra awalnya, tiap ketemu selalu mengajak cewek
itu duel basket, tapi diam-diam cowok ini care
sama Karra, dia diceritakan gendong Karra ke rumahnya waktu cewek itu
pingsan, adu mulut dengan Karra sometimes
dan ya tentunya cowok ini yang berhasil mengambil hati si Karra.
Kisah
ini nggak berhenti dengan Karra dan Dira jadian, masih berlanjut (dan
sejujurnya menurut saya maksa banget, sih haha). Kisah selanjutnya si Karra
jadi cewek yang agak ‘menye-menye’ ketika dia berhubungan dengan Dira. Suka
nangis setiap habis ketemu Dira, ya begitulah. Apalagi dia ditinggal sama si
Iraz, sang kakak yang biasanya selalu ada untuknya. Sosok Iraz digantikan oleh
sosok Abel yang memang sedari awal sudah dibuat untuk selalu ada untuk Karra,
hanya saja setelah si Iraz pergi ke New York frekuensinya semakin meningkat.
5
bulan kemudian. 5 bulan setelah si Iraz pergi. 5 bulan hubungan Karra dan Dira.
Karra mulai frustasi karena dia tidak menemukan Dira sampai tiba-tiba suatu
pagi orang tua Dira menjemput Karra dari rumahnya. Cewek itu diajak ke rumah
Dira, disana ia melihat kamar Dira yang memang “Dira banget” dan kamar yang
banyak banget foto Karra, bertemu dengan adik Dira. Selanjutnya, mereka (Karra,
orang tua dan adik Dira) pergi ke rumah sakit.
Dira
mengidap penyakit kelainan paru-paru atau kanker paru-paru? (jujur, saya agak
gak paham karena memang ceritanya tidak fokus masalah menceritakan penyakit
Dira .-.), dan jeng jeng jeng umurnya
tinggal sedikit.
Then, Dira meninggal. Meninggalkan Karra dengan kenangan manis (duileh
>.<). Abel masih ada untuknya, semakin ada, semakin dekat, semakin
semakin semakin. Dan tentuuu ending-nya
si Karra bersama dengan Abel. Perasaan adik-kakak yang awalnya mereka rasakan
musnah menjadi kisah-kasih romantis(?) haha
Well,
hmmm sebuah review tentu gak full tanpa
‘nyacat’, ya? Haha. Oke, mari baca catatan nyacat saya untuk novel keramat ini.
Pertama,
saya benar-benar tidak suka cara penulis membuat karakter yang ada di novel
ini. Semuanya too much menurut saya. Ganteng,
banyak fans, kaya.
-
Karra—the heroine, terlalu berbeda. Ya,
mungkin memang niatnya agar kita hanya fokus melihat dia, menjadikan dia sosok
yang memang pantas jadi heroine tapi ya masalah selera bagi saya dia
benar-benar too much. Seakan nggak
punya kekurangan apa-apa.
-
Abel—first cool guy. Seakan dia nggak pernah
punya salah, baik kepada semua orang orang tapi yang saya tangkep dia hanya
jatuh cinta dengan Karra. Please, orang
baik ke semua orang harusnya kalau dibuat sedikit berbeda sifat baiknya ke
orang yang dia sayang dan tidak mungkin akan lebih bagus. Oke, ‘pegang-pegangan’ antara dia dan Karra
mungkin jadi membeda tapi ya intinya dia terlalu baik.
-
Dira—second cool guy. Too cold. Emang sih
diakhir diperlihatkan sisi manisnya tapi kok hmmm menurut saya maksa ya
kejutannya.
-
Iraz—the
older brother. Sister complex addicted .-. oke fine-lah diceritakan dia sayang setengah mati dengan adik semata
wayangnya tapi jadinya nggak natural. Kakak laki-laki yang sebenarnya kalau
sampai seperti Iraz pasti aneh banget.
Oke,
nyacat karakter sudah dan hmm masih ada lagi. Kedua, saya ingin mencacat
hal-hal yang sesungguhnya impossible-nya
sedikit keterlaluan haha.
-
Pg.122,
Iraz pindah ke New York kek pindah ke kampung .-. asli ini ceritanya kaya maksa
banget gitu. Tiba-tiba langsung besok pindah dan nggak bilangin adeknya
terlebih dahulu dengan alasan tidak mau membuat cemas, tapi serius kalau ini
sih jahat banget. Mana alasan nggak bisa ditunda karena tiket pesawat sama
sudah didaftarkan di kampus sana. Daftar kampus di mid-semester emang segampang buka rekening? Eh, buka rekening aja
ribet.
-
Pg.130,
“…Iraz masih sempat melambaikan tangannya kepada Karra dan Ibel”. Omooo plis,
pesawat dan Anda bisa melambaikan tangan? Seriously,
sejak kapan ke bandara bisa nganter sampai depan pesawat????? Okelah ini
dibuat pada masa SMP sama penulisnya, tapi ini bener-bener nggak masuk akal
banget. Kalau pesawat ini diganti bus, kereta, mobil, dan kapal masih okelah.
Tapi pesawaaaat? Ah, serius saya speechless.
-
Saat
mereka ke Bali. Namanya sudah Pak Ketut, sudah Bali bangetlah ya, tapi si Pak
Ketut manggilnya “Mas Abel”. Rasanya saya ingin tertawa. Pak Ketut tinggal di
jawa, kah?
-
No contact dengan Iraz selama dia di New York, asli maksa banget. Mereka diceritakan
borjuis semua, tapi masa email kagak punya? Yaampuuuun!!
-
Then, adiknya Dira yang diajak ke Bali. Ceritanya dia umur 6 tahun tapi dia
masih minta gendong? Aduh, manja banget ya kamu, dek >.<
-
Last, hal yang bikin saya ketawa sesungguhnya dan sebenernya nggak parah sih,
cuma bikin saya ketawa aja haha. Pg.280-281, “serpihan beling”. Oke men beling,
mbok ya pakai “serpihan kaca” haha
Oke,
setelah mencacat agaknya saya nggak enak jadi saya juga harus membicarakan
kelebihan dari novel ini tentunya.
Pertama,
untuk ukuran yang buat anak SMP (pada masa itu) ceritanya bagus. Bahkan,
sekarang setelah saya baca ceritanya memang bagus.
Kedua,
hmmm kembali ke pertama haha. Eh, tulis kata-kata favorit saya aja deh untuk
kelebihan yang kedua. Saya menemukan 4 kata-kata hmm kalimat ding lebih
tepatnya. Sebuah quote yang secara
luar biasa diucapkan 3 cool guy di
novel ini haha.
-
“Gue mau
lo menang”.—Dira, pg.76.
-
“Gue nggak
pernah benci sama lo dan gue nggak akan benci sama elo”.—Iraz, pg.102.
-
“If you can’t have the one you love, love the
one you have”.—Iraz, pg.122 (kayanya saya pernah baca quote ini, tapi dimana yaa?)
-
“ngeliat
elo senyum aja gue udah seneng banget”—Abel, pg.296.
Ketiga,
silahkan baca ulang kelebihan pertama dan kedua saja haha. Saya tidak menemukan
keapikan atau kespesifikasi lebih untuk hal-hal bagus di novel ini. Kan saya
sudah bilang strory-nya bagus jadi
mau bilang apa lagi saya, ya? Haha
Yaaah
hmmm, saya memang salah umur waktu membaca novel ini ya. Jika saya baca 7 tahun
yang lalu mungkin saya akan bilang novel ini ketjeh badai tapi berhubung saya
bacanya diumur saya yang emang masih muda tapi udah kepala dua, ya novel ini
kaya bener-bener maksa dalam segala hal haha. Tapi saya benar-benar salut
dengan kak Dyan, yang waktu nulis ini masih muda ngets tapi bisa bikin novel
ini buming abis. Pasti kakak bangga banget sama novel ini. Untuk novel ke-5
kakak yang aku baca (selain series kos-kosan Soda), aku tidak merasa kecewa kok
setelah membacanya (well, hmm sedikit
sih haha).
Okay,
that’s al~~
See
ya on the next review~~
Thanks
^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar